• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

Kereta api penumpang merupakan kereta api yang khusus diperuntukkan bagi penumpang dari satu kota ke kota lain. Kereta api barang (barang), yaitu kereta api yang khusus mengangkut produk (barang) untuk tujuan pengiriman dari suatu tempat ke tempat lain. Semakin banyak kereta api yang melintas, maka tingkat kebisingan di kawasan yang melintas akan semakin tinggi.

Ini juga bisa digunakan di kereta api, semakin tinggi frekuensi kereta maka semakin banyak kebisingan yang dihasilkan.

Baku Tingkat Kebisingan Kereta Api

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 718 Tahun 1987 tentang Kebisingan, tingkat kebisingan dibagi menjadi beberapa zona, seperti terlihat pada Tabel 2.5.

Permukiman Pinggiran Rel Kereta Api

Peraturan Pemerintah Tentang Jalur Kereta Api

Jarak minimal antar ruang ruas lintasan adalah 6 m dari sisi kiri dan kanan ruang utilitas ruas lintasan. Jarak minimal antar ruang pemantauan rel kereta api adalah 9 m dari sisi kiri dan kanan ruang rel kereta api.

Gambar 2.1 Ilustrasi Jalur Kereta Api
Gambar 2.1 Ilustrasi Jalur Kereta Api

Pengukuran Kebisingan

Alat Ukur Kebisingan

Ponsel pintar yang dapat diubah menjadi alat pengukur suara sebagai mikrofon memungkinkan untuk mengukur tingkat kebisingan. Konsep penggunaan aplikasi pengukuran suara adalah dengan mendownload aplikasi pengukuran suara ke smartphone, kemudian melakukan pengaturan berikut pada aplikasi pengukuran suara di smartphone, kemudian melakukan kalibrasi seperlunya, sehingga aplikasi ini dapat mengukur dan menangkap suara sesuai. terhadap kebisingan. tingkat. Keunggulan: Dapat mengukur tingkat kebisingan di atas 130 dBA, sangat praktis dan dapat diunduh melalui smartphone, memberikan solusi keselamatan pasien dan staf.

Apabila angka yang ditampilkan di layar ponsel berbeda dengan angka yang ditampilkan pada pengukur tingkat suara, maka kalibrasi dilakukan dengan menambah atau mengurangi angka desibel pada aplikasi hingga angka desibel yang sama ditampilkan pada pengukur tingkat suara.

Gambar 2.4 Aplikasi Sound Level Meter pada Google Playstore
Gambar 2.4 Aplikasi Sound Level Meter pada Google Playstore

Skala Desibel

Persamaan untuk menghitung nilai rata-rata dari beberapa nilai desibel yang berbeda adalah sebagai berikut. 𝐿𝑒𝑞 adalah ukuran energi rata-rata dari berbagai variasi tingkat tekanan suara selama periode waktu tertentu.

Penilaian Kebisingan

L Max (Tingkat Kebisingan Maksimum)

Tingkat kebisingan tertinggi yang dihasilkan pada saat kendaraan melintas disebut tingkat kebisingan maksimum atau “Lmax”.

L SM (Tingkat Kebisingan Siang Malam)

Penentuan Perhitungan Tingkat Kebisingan

Perhitungan perkiraan tingkat kebisingan menggunakan sistem bilangan indikator yang paling banyak digunakan adalah bilangan indeks ekuivalen (Leq). L90 merupakan persentase noise yang mewakili tingkat noise mayoritas atau noise yang muncul pada 90% total data. Khusus untuk jalan raya, L90 akan menampilkan tingkat kebisingan latar belakang dari L1 yang menunjukkan perkiraan tingkat kebisingan maksimum.

Tingkat kebisingan setara (Leq) adalah tingkat kebisingan yang berfluktuasi yang diukur selama periode waktu tertentu. Perhitungan ini menghasilkan satu angka yang menunjukkan persentase tertentu tingkat kebisingan yang terjadi pada waktu tersebut. Leq = Tingkat kebisingan ekivalen atau tingkat kebisingan perubahan (fluktuasi) kebisingan selama waktu tertentu.

Pengendalian Kebisingan

Mengurangi perpindahan energi getaran dari sumber ke penerima dengan menyusun material yang dapat disesuaikan dengan sumber kebisingan seperti pegas kawat, karet, kayu, dan lain-lain. Teknis pengendalian penerima dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) pada telinga pekerja, seperti penutup telinga atau earplug. Subyek sasaran utama pemeriksaan ini adalah pekerja yang terpapar kebisingan dengan nilai NAB lebih besar dari 85 dBA selama 8 jam paparan kebisingan.

Pengurangan waktu pemaparan direncanakan agar nilai TWA 8 jam tidak melebihi 85 dBA sehingga kerusakan organ pendengaran dapat dicegah. Jika nilai TWA yang dihasilkan >1 maka perlu dilakukan tindakan pengendalian kebisingan, misalnya dengan mengurangi waktu pemaparan. Pelatihan biasanya dilakukan setahun sekali dan materi pelatihan harus selalu diperbaharui sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman di lapangan.

Materi pelatihan meliputi dampak kebisingan, penggunaan alat pelindung pendengaran, jenis APD dan keunggulannya, penggunaan tes audiometri dan penjelasan tata cara pengujian. Oleh karena itu, penting untuk merancang dan menyusun kota yang dapat mengurangi kebisingan hingga batas yang diperbolehkan.

Penghalang Bising (Barrier)

Penghalang Alami (Natural Barrier)

Pemanfaatan tanaman sebagai media penghalang suara hendaknya mempunyai tutupan dan kerapatan daun yang cukup sehingga dapat menyerap suara dari sumber suara (Chimayati, 2017). Pengurangan tingkat kebisingan yang disebabkan oleh semak dan pepohonan sangat kecil, sehingga sebagian besar pepohonan dan semak tidak efektif sebagai penghalang. Gesekan antar daun akibat arah angin dapat menimbulkan tingkat kebisingan hingga 50 dB (Nugroho, 2005).

Keunggulan: Mampu meredam tingkat kebisingan hingga 28,8 dB (A) pada jarak 300-1200m dan menawarkan nilai estetika tersendiri jika terdapat kombinasi pepohonan besar dan semak belukar. Pemilihan penghalang alami harus memperhatikan luas daerah kebisingan, yaitu jarak antara sumber kebisingan dengan lokasi pemukiman yang mempunyai lahan yang cukup untuk meredam kebisingan. Penghalang alami dengan tanaman harus mempunyai tutupan daun yang cukup dan merata serta kerapatan dari permukaan tanah sampai ketinggian yang diinginkan.

Tanaman perdu yang dapat dimanfaatkan untuk meredam intensitas kebisingan, misalnya bambu pringgodani (Bambusa Sp), likuan-yu (Vermenia Obtusifolia), anak nakal (Durante Repens), soka (Ixora Sp), kakaretan (Ficus Pumila), sebe (Heliconia Sp ) dan teh-tehan (Durante). Pohon yang dapat dimanfaatkan antara lain pohon akasia (Acacia Mangium), johar (Casia Siamea) dan pohon lebat dengan cabang rendah. Perpaduan antara penutup tanah, semak dan pepohonan atau kombinasi dengan material lain dapat memberikan nilai pengurangan kebisingan yang optimal.

Tabel 2.6 Efektifitas Pengurangan Kebisingan Oleh Berbagai Macam Tanaman
Tabel 2.6 Efektifitas Pengurangan Kebisingan Oleh Berbagai Macam Tanaman

Penghalang Buatan (Artificial Barrier)

Perhitungan pengurangan hambatan buatan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Maekawa, dan perhitungan dengan menggunakan bilangan Fresnel berikut (Maekawa, 1968) adalah sebagai berikut. R = Jarak sumber kebisingan ke hambatan di lapangan (m) D = Jarak penerima ke hambatan di lapangan (m) Hb = Tinggi hambatan (m). Intensitas kebisingan yang diterima pendengar merupakan kombinasi antara tingkat sisa suara dan pembelokan akibat media penghalang buatan.

Skenario arah rambat kebisingan dengan pembatas buatan dan tanpa pembatas buatan dapat dilihat pada gambar berikut (Pedoman Mitigasi Dampak Kebisingan Akibat Lalu Lintas Jalan PU, 2005). Metode Maekawa merupakan salah satu metode yang digunakan dalam perencanaan media penghalang kebisingan yang bergantung pada jarak sumber ke penghalang kebisingan dan frekuensi suara. A = Jarak dari sumber kebisingan ke puncak penghalang (m) B = Jarak dari puncak penghalang ke pendengar (m) d = Jarak dari sumber kebisingan ke pendengar b.

Metode grafis merupakan metode lain yang digunakan untuk menentukan besarnya pelemahan penghalang melalui grafik. Metode nomograf digunakan untuk menghitung ketinggian penghalang kebisingan sesuai dengan derajat redaman yang diinginkan. Nilai terobosan penghalang, posisi penghalang, jarak antara sumber dan penerima serta sudut yang disertakan diperlukan untuk menentukan nilai redaman menggunakan metode nomograf.

Gambar 2.9 Grafik Maekawa
Gambar 2.9 Grafik Maekawa

Rencana Anggaran Biaya

Tujuan anggaran biaya adalah untuk menentukan besarnya pengeluaran yang diperlukan, untuk mengendalikan pengeluaran atas suatu item pekerjaan, untuk mencegah penundaan atau gangguan pekerjaan, dan untuk membatasi kerugian biaya yang mungkin timbul selama pelaksanaan pekerjaan. Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan perhitungan atau perkiraan jumlah nominal anggaran biaya dari rencana keuangan yang diharapkan dapat menyelesaikan suatu pekerjaan pembangunan konstruksi (Musmawati, 2020). Sebagai bahan perbandingan harga bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai tingkat kewajaran owner’s estimasi (OE) yang dibuat dalam bentuk engineering estimasi (EE) yang dibuat oleh para ahli.

Rencana anggaran biaya merupakan penjumlahan keseluruhan hasil perkalian kuantitas suatu barang pekerjaan dengan biaya satuannya. Anggaran pengeluaran ditentukan secara cermat dan cermat sesuai dengan kondisi penyusunan anggaran.

Komponen Penyusunan Rencana Anggaran Biaya

Biaya subkontraktor umumnya merupakan kumpulan pekerjaan yang terdiri dari jasa dan material yang disediakan oleh subkontraktor. Biaya peralatan merupakan biaya-biaya yang diperlukan untuk kegiatan penyewaan, pengangkutan, pemasangan peralatan, pemindahan, pembongkaran dan biaya pengoperasian serta termasuk upah dari tenaga kerja. Perkiraan biaya peralatan konstruksi didasarkan pada masa manfaat alat, lama penggunaan alat, dan jumlah pekerjaan yang harus dilakukan.

Ini adalah biaya tak terduga yang digunakan untuk kejadian yang mungkin terjadi, misalnya kenaikan muka air tanah, banjir, tanah longsor dan dimaksudkan untuk menyesuaikan perencanaan rinci pada saat pekerjaan konstruksi dengan lapangan. Kontinjensi harus digunakan untuk menangani pengeluaran akibat perubahan yang tidak biasa, namun tidak untuk menutupi defisit. Proses pengadaan proyek dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat berupa imbalan jasa yang diperoleh pelaksana kegiatan proyek (kontraktor). 2) Biaya pemeliharaan.

Biaya pemeliharaan merupakan perkiraan biaya yang dikeluarkan setelah selesainya setiap pekerjaan konstruksi setelah serah terima awal (PHO) sampai dengan serah terima pekerjaan selanjutnya atau serah terima akhir (FHO).

Tahapan Pembuatan Rencana Anggaran Biaya

Hitunglah jumlah energi yang diperlukan untuk setiap kegiatan dan besarnya biaya yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut. Inspeksi peralatan yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek yang menggunakan peralatan mahal. Analisis harga satuan merupakan pemeriksaan terhadap harga satuan pekerjaan, yaitu harga satuan bahan dan harga satuan upah.

Peringkasan merupakan penjumlahan dari masing-masing sub item tenaga kerja kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh total biaya tenaga kerja.

Kendala Pada Penyusunan Rencana Anggaran Biaya

Jumlah bahan yang dibutuhkan harus dihitung berdasarkan gambar kerja dan bukan berdasarkan efisiensi pekerja atau metode kerja. Namun limbah material juga harus dinilai, faktor ini sangat bervariasi dan bergantung pada kinerja dan proses kerja yang digunakan oleh tenaga kerja.

Korelasi Studi Pustaka Terhadap Penelitian

Menurut penelitian Wati (2020), nilai kebisingan kereta listrik jarak 40 m sebesar 73,8 dBA, sedangkan penelitian Yumni (2019) untuk kereta diesel jarak 48 m LSM sebesar 76,6 dBA. Nilai kebisingan kereta api digunakan untuk menunjukkan tingkat kebisingan yang diterima dan dijadikan acuan dalam pengurangan kebisingan. Hasil wawancara (kuesioner) digunakan untuk mengetahui persentase paparan kebisingan kereta api pada tingkat kenyamanan masyarakat sekitar rel kereta api.

Berdasarkan penelitian Christi (2017), perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki dalam mengisi kuesioner tentang tingkat kebisingan kereta api. Kebisingan kereta api merupakan kebisingan lingkungan, sehingga durasi paparan yang dapat mempengaruhi gangguan pendengaran adalah 24 jam. Menurut penelitian Subhan (2016), dengan menggunakan aplikasi sound level meter dapat menghasilkan nilai kebisingan kereta api sebesar 100 dBA dengan frekuensi 1250 Hz.

Kebisingan kereta api merupakan salah satu kebisingan lingkungan yang harus dilakukan 24 jam sehari sesuai jadwal kereta api yang melintasi wilayah penelitian. LA) yang dapat digunakan sebagai data dasar dalam perhitungan Leq, menghasilkan data lintasan LSM di wilayah penelitian. Kuesioner dalam penelitian ini berisi tentang karakteristik responden, serta keluhan mengenai akibat kebisingan kereta api.

Gambar

Tabel 2.4 Baku Tingkat Kebisingan
Tabel 2.5 Pembagian Zona Kebisingan
Gambar 2.1 Ilustrasi Jalur Kereta Api
Gambar 2.6 Tampilan Pengaturan Aplikasi Sound Level Meter
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsumsi Cabai Rawit Harga Cabai Rawit Inflasi Kota Balikpapan Analisis Regresi Pasokan Cabai Rawit Kenaikan Harga Cabai Rawit Transformasi Variabel Palar 2016, Faktor-Faktor