• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

Pajak subyektif, yaitu pajak yang berkaitan atau erat hubungannya dengan subjek pajak atau yang dikenakan pajak dan besarnya dipengaruhi oleh keadaan Wajib Pajak. Pajak Pusat, yaitu pajak yang wewenangnya dipungut atau dikelola oleh Pemerintah Pusat dan penerimaannya digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin negara dan pembangunannya (APBN). Pajak Daerah, yaitu pajak yang wewenangnya dipungut atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (pemerintah provinsi dan kabupaten/kota) dan pendapatannya digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD).

Menurut Handayani dan Supadmi (2013:24) Wajib Pajak Korporat adalah sekelompok orang dan/atau modal yang merupakan satuan kerja, mempunyai hak dan kewajiban sebagai pembayar pajak, pemotong dan pemungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. peraturan.

Hak-hak Wajib Pajak

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa wajib pajak badan adalah sekelompok orang atau modal yang melakukan kegiatan usaha yang wajib membayar, memotong, dan memungut pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menunjuk wakil yang mempunyai wewenang khusus untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan; Mencapai pengurangan atau penghapusan sanksi administratif berupa bunga atas keterlambatan pembayaran kekurangan pembayaran dalam hal Wajib Pajak menyampaikan perubahan SPT Tahunan Pajak Penghasilan sebelum tahun pajak 2007, sehingga pajak masih harus dibayar. pembayaran lebih besar dan dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun setelah berlakunya Undang-undang No. 28 Tahun 2007.

Kewajiban Wajib Pajak

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak A. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Nkwe (2013) “claimed taxcompliance adalah tingkat di mana seorang wajib pajak berkomitmen terhadap peraturan dan ketentuan perpajakan” yang berarti “claimed taxcompliance adalah tingkat di mana wajib pajak mengklaim peraturan perpajakan dan peraturan sementara”. Sofa (2008: 2) menyatakan bahwa kepatuhan pajak dapat diartikan sebagai keadaan dimana wajib pajak memenuhi seluruh kewajiban perpajakan dan menggunakan hak perpajakannya. Devano dan Rahayu berpendapat bahwa pengertian kepatuhan wajib pajak adalah rasa bersalah dan malu atas persepsi wajib pajak terhadap kewajaran dan keadilan beban pajak yang ditanggungnya serta dampak kepuasan terhadap pelayanan pemerintah.

Berdasarkan penjelasan beberapa ahli dapat diketahui bahwa kepatuhan wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak OP atau badan dapat memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya mengenai kewajaran dan keadilan beban pajak yang ditanggungnya serta pengaruh kepuasannya terhadap pelayanan pemerintah.

Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak

Jenis-jenis Kepatuhan

Surat Pemberitahuan (SPT)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015:39), Surat Pemberitahuan (SPT) pajak adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, barang pajak dan/atau barang bukan pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan yang berlaku. undang-undang perpajakan. Pemberitahuan (SPT) merupakan cara wajib pajak melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakannya. Dari penjelasan beberapa ahli terlihat bahwa Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak, baik OP maupun Badan, untuk menyatakan harta dan kewajiban perpajakannya, yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jenis dan Bentuk Surat Pemberitahuan (SPT)

2014:42) “Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan”.

Fungsi SPT adalah sebagai berikut

Bagi Wajib Pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkannya. Pembayaran atau pelunasan pajak yang dilakukan sendiri dan atau dengan cara dipotong atau dipungut oleh pihak lain selama 1 tahun pajak atau sebagian tahun pajak; Pembayaran dari pemotongan atau pemungutan potongan/pemungutan pajak orang pribadi dalam suatu masa pajak.

Bagi pengusaha kena pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang, serta melaporkannya. Pembayaran atau pelunasan pajak dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak sendiri dan atau oleh pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Bagi petugas/pemungut pajak, fungsi SPT adalah sebagai alat pelaporan dan akuntansi atas pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

Batas Waktu dan jangka waktu penyampaian SPT

Menurut Waluyo (2013:39) Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilannya harus dibekali dengan laporan keuangan berupa neraca dan penghitungan laba rugi, serta keterangan lain yang digunakan sebagai dasar penghitungan penghasilan kena pajak. SPT PPh Tahunan Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan dari pemberi kerja dengan penghasilan bruto tidak melebihi

Tabel II.2  SPT Tahunan
Tabel II.2 SPT Tahunan

Jangka Waktu Perpanjangan Penyampaian SPT

Apabila SPT tidak disampaikan sampai batas waktu atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT, maka akan diberikan surat teguran.

Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT

Surat Ketetapan Pajak

Pengertian Surat Ketetapan Pajak

Perbedaan Surat Ketetapan Pajak

Pemeriksaan Pajak

Pengertian Pemeriksaan Pajak

Menurut Wulandari dkk. Untuk menguji kepatuhan, pelaksanaan pemeriksaan pajak mempunyai salah satu pedoman bahwa setiap wajib pajak mempunyai kesempatan yang sama untuk diperiksa. Menurut Hidayat (2013:1), pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan mengumpulkan dan mengolah data, dan/atau bukti yang dilakukan secara objektif dan profesional terhadap suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan terhadap kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan perpajakan. Pengertian pemeriksaan menurut Hidayat (2012) dalam bukunya “Pemeriksaan Pajak” adalah sebagai berikut: Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, informasi dan atau bukti yang dilakukan secara obyektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan yang menjadi untuk menguji kepatuhan terhadap kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Berdasarkan penjelasan berbagai ahli pemeriksaan pajak dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, alat bukti secara obyektif dan profesional dengan standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan wajib pajak yang dilakukan oleh aparat pajak berdasarkan undang-undang.

Tujuan Pemeriksaan Pajak

Jangka Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Jika dalam pemeriksaan lapangan ditemukan bukti adanya transaksi terkait transfer pricing dan/atau transaksi lain yang tidak lazim, maka rekayasa transaksi keuangan memerlukan pengujian yang lebih mendalam dan memakan waktu.

Kewajiban Wajib Pajak dalam Pemeriksaan

Hak-hak Wajib Pajak dalam Pemeriksaan

Hasil Pemeriksaan

Penyidikan

Penerimaan Pajak

Menurut Aisyah (2013:21) Penerimaan pajak merupakan sumber utama negara, sehingga peran penerimaan pajak dalam suatu negara menjadi dominan dalam mendukung tujuan pemerintah. Menurut Eko (2014:5) Pendapatan dari sektor pajak termasuk pajak penghasilan yang juga merupakan kontribusi terbesar negara terhadap penerimaan pajak dalam negeri. Menurut Sitanggang dkk. Penerimaan pajak adalah sejumlah iuran masyarakat (yang dipungut dengan undang-undang) yang diterima negara dalam suatu jangka waktu yang akan dipergunakan untuk keperluan negara demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari penjelasan para ahli tersebut terlihat bahwa, “Pendapatan pajak adalah sejumlah sumbangan masyarakat (yang dipungut berdasarkan undang-undang) kepada negara yang digunakan sebagai pembangunan infrastruktur untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. ".

Penerimaan Pajak Penghasilan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan berkaitan dengan perpajakan dengan menggunakan variabel Pemeriksaan Pajak, Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak Penghasilan. TIDAK ADA PENELITI VARIABEL YANG SAMA HASIL VARIABEL 1. Hubungan antara jumlah dan kepatuhan wajib pajak badan terhadap penerimaan pajak. Kepatuhan Wajib Pajak Dalam hal ini, Laporan Tahunan SPT tidak mendukung peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan dan menyatakan tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut.

Kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan pajak dan penagihan pajak berpengaruh positif terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak, Surat Wajib Pajak dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tagihan Pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penegakan Kepemilikan NPWP, Pengendalian Pajak, Penagihan Pajak, Surat Wajib Pajak dan Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan pajak.

Nilai koefisien regresi positif disini berarti semakin tinggi pemeriksaan pajak yang dilakukan fiskus maka semakin besar pula jumlah penerimaan pajak setiap bulan dan setiap tahunnya. Mahendra dan Sukartha Tujuan utama pemeriksaan pajak adalah untuk menguji dan meningkatkan kepatuhan pajak seorang wajib pajak dan diharapkan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak. Hal ini diperkuat dengan penelitian Sutrisno dkk (2016:14) yang menyatakan “bahwa pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak”.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Mahendra dan Sukartha, Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan pemeriksaan pajak akan menyebabkan peningkatan penerimaan pajak perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti membenarkan adanya pengaruh pengendalian pajak terhadap pendapatan pajak perusahaan.

Tabel II.3  Penelitian Terdahulu
Tabel II.3 Penelitian Terdahulu

Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan

  • Kerangka Pemikiran
  • Hipotesis

Keterkaitan Variabel X₁ dengan Variabel Y dapat dijelaskan dengan teori yang dikemukakan oleh Sukamto yang menyatakan “bahwa terdapat pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak. Dalam penelitian Mahendra dan Sukartha pemeriksaan pajak dapat dilihat dari perbandingan jumlah nilai (rupiah) SKP yang diterbitkan setiap bulan oleh KPP Pratama Bandung Utara dibandingkan dengan jumlah nilai (rupiah) pajak penghasilan badan yang dipungut setiap bulannya oleh KPP Pratama Badung Utara. Mahendra dan Sukartha mengatakan bahwa “tinggi rendahnya penerimaan pajak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi penerimaan pajak adalah kepatuhan wajib pajak”.

Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Rahayu, tindakan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jelas terlihat bahwa semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan kewajiban perpajakannya, maka otomatis penerimaan pajak penghasilan pun akan meningkat. Keadaan tingkat kepatuhan wajib pajak badan di KPP Pratama Bandung Cibeunying pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 secara umum kurang optimal, terbukti dengan banyaknya wajib pajak yang gagal memenuhi kewajiban perpajakannya per periode pelaporan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan indikator SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Jumlah Wajib Pajak Badan. Terdapat perbedaan variabel penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2016:1) tentang Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Pengendalian Pajak, Penagihan Pajak, Surat Wajib Pajak Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Pajak. RUU tersebut, penulis mencoba menguji pengaruh pemeriksaan pajak (X1) dan tingkat kepatuhan wajib pajak badan (X2). Perbedaan lainnya terdapat pada Sitanggang dkk, terdapat perbedaan pada variabel yang digunakan yaitu Efektivitas Pemeriksaan Dalam Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak di KPP Pratama Manado, variabel penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya hanya menggunakan 2 (dua) variabel independen ( X1) Efektivitas Pengendalian Pajak dan (Y) Penerimaan Pajak, variabel yang akan dilakukan peneliti dengan menggunakan 3 (tiga) variabel masing-masing.

Pemeriksaan Pajak Independen (X₁) dan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan (X₂) serta Variabel Dependen (Y) Penerimaan Pajak Penghasilan Badan juga terdapat perbedaan pada lokus penelitian. Perbedaan juga terdapat di Pangemanan mengenai hubungan jumlah dan kepatuhan wajib pajak badan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan KPP Pratama Manado. Disini terlihat jelas bahwa terdapat perbedaan pada variabel yang akan dilakukan peneliti dengan variabel yang diteliti oleh Pangemanan, perbedaannya pada variabel independen (X₁) dan lokus penelitian berbeda.

Gambar II.1  Kerangka Pemikiran
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran

Gambar

Tabel II.1  SPT Masa  No  Jenis Pajak  Pihak yang
Tabel II.2  SPT Tahunan
Tabel II.3  Penelitian Terdahulu
Gambar II.1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 adalah “kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa