10 2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Religiusitas
Secara etimologi, religiusitas dalam KBBI online 2018 versi 2.3 oleh Ebta setiawan berasal dari kata religius yang berarti bersifat keagamaan, dalam bahasa Inggris berasal dari kata religion yang berarti agama, dan dalam bahasa Arab berasal dari kata Ad-dien = agama. Menurut Drikarya dalam Triana, Nurhasanah,
& Senjiati (2016:531) religiusitas adalah suatu kewajiban atau berupa aturan- aturan pelaksanaan yang berfungsi untuk mengikat dan mengukuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, serta alam sekitarnya.
Menurut Abd Rahman et. al dalam Rohmatun & Dewi (2017:29) religiusitas adalah sejauh mana individu berkomitmen pada agamanya dengan agama itulah tercemin sikap dan perilaku individu. Menurut Koenig et al dalam Souiden & Rani (2015:5) agama adalah sistem keyakinan, praktik, ritual dan simbol yang terorganisasi untuk memfasilitasi pendekatan diri dengan yang sakral (Tuhan, kekuatan yang lebih tinggi, dan kebenaran / realitas tertinggi) dan untuk menumbuhkan pemahaman tentang hubungan dan tanggung jawab seseorang dengan orang lain dalam hidup bersama atau sebuah komunitas.
Menurut Johnson et al dalam (Souiden & Rani, 2015:5) religiusitas diartikan sebagai "sejauh mana seorang individu berkomitmen pada agama yang
ia anut dan ajarannya, seperti sikap dan perilaku individu mencerminkan komitmen ini". Menurut Farid & Aviyah (2014:127) religiusitas adalah
“internalisasi nilai-nilai agama yang ada dalam diri seseorang, internalisasi di sini berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati maupun dalam ucapan, kepercayaan ini kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari”.
Berdasarkan beberapa pengertian religiusitas oleh para ahli di atas maka penulis simpulkan bahwa religiusitas adalah sistem keyakinan atau pelaksanaan aturan-aturan yang berhubungan dengan pendekatan diri dengan yang sakral untuk menumbuhkan pemahaman mengenai hubungan dan tanggung jawab seseorang terhadap sekelompok orang dan tuhannya maka terlihatlah sejauh mana seseorang berkomitmen pada agamanya. Kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari.
A. Dimensi Religiusitas
Glock dan Stark dalam Farid & Aviyah (2014:127) mengemukakan bahwa religiusitas memiliki lima dimensi, diantaranya:
1) Dimensi Idiologis
Dimensi idiologis atau keyakinan berkenaan dengan seberapa tingkat keyakinan seseorang terhadap kebenaran ajaran agamanya yang menyangkut keyakinan tentang adanya Allah, Malaikat, Rasul atau Nabi, kitab Allah, surga, neraka, qodho dan qodar.
2) Dimensi Ritualistis atau Praktek
Dimensi ritualistik atau praktek adalah seberapa tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual yang dianjurkan oleh agama
yang dianutnya, kegiatan-kegiatan ritualistik meliputi kegiatan pelaksanaan shalat, puasa, haji (bila berkemampuan), pembacaan Al-Qur’an, pemanjatan doa, dan lain sebagainya.
3) Dimensi Intelektual atau Pengetahuan
Dimensi intelektual atau pengetahuan adalah sejauhmana tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran pokok agamanya terutama mengenai kitab suci agama yang dianutnya. Dalam islam dimensi intelektual atau pengetahuan meliputi pengetahuan tentang isi Al-Quran, pokok- pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan, hukum Islam, dan pemahaman terhadap kaidah- kaidah keilmuan ekonomi Islam/perbankan syariah.
4) Dimensi Konsekuensi atau Pengamalan
Dimensi konsekuensi atau pengamalan adalah sejauhmana seseorang terpengaruh dari ajaran agama dalam berperilaku sehari-hari. Dalam Islam, dimensi konsekuensi atau pengamalan meliputi perilaku suka menolong, berderma, berlaku jujur, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak berjudi, berjuang untuk kesuksesan hidup menurut ukuran Islam, dan mematuhi serta menjalankan norma-norma Islam dalam berbudaya, bermasyarakat, berpolitik, dan berekonomi (transaksi bisnis/perbankan) secara non-riba.
5) Dimensi Eksperensial atau Pengalaman
Dimensi eksperiensial atau pengalaman adalah sejaumana seseorang merasakan dan mengalami perasaan-perasaan yang religius. Dalam Islam, dimensi eksperiensial atau pengalaman meliputi perasaan dekat dengan Allah, dicintai Allah, doa-doa sering dikabulkan, perasaan tenteram dan bahagia karena menuhankan Allah, dan diselamatkan dari musibah, menerima
pendapatan yang tidak terpikirkan sebelumnya, seperti hibah, hadiah, dan warisan.
Menurut Suroso dalam Wimayasari, Hadi, & Furinawati (2017:42) religiusitas yang terdiri dari lima dimensi diantaranya:
1. Dimensi Ideologi
Dimensi Idiologis adalah sebuah tahapan tentang perilaku keyakinan seseorang terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya.
2. Dimensi Ritual
Dimensi ritual adalah aspek yang mencakup perilaku pemujaan dan bentuk persembahan lain menurut ajaran agama masing-masing.
3. Dimensi Eksperiental
Dimensi eksperiental adalah dimensi perpaduan dari ke semua unsur dimensi yang menimbulkan dampak pada umat beragama dalam konteks merasakan dan mengalami perasaan-perasaan yang religius.
4. Dimensi Intelektual
Dimensi intelektual adalah dimensi yang pasti akan dirasakan oleh setiap manusia dalam aktivitas keagamaan sebab tanpa ilmu manusia tidak akan tahu tentang agamanya tersebut.
5. Dimensi Konsekuential
Dimensi konsekuential adalah dimensi yang menunjukan pada seorang umat beragama untuk berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran agamanya yaitu pada sesama manusia (hablu min al-nas) dan perbuatan baik pada alam (hablu min al-alam).
Berdasarkan dimensi religiusitas dari pendapat ahli di atas ternyata ada kesamaan dan perbedaanya terletak pada urutannya saja diantaranya:
1. Dimensi Ideologis
2. Dimensi Ritual atau Ritualistis
3. Dimensi Intelektual atau Pengetahuan 4. Dimensi Konsekuensi atau Pengamalan 5. Dimensi Eksperensial atau Pengalaman 2.1.2. Perilaku Konsumen
A. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen seperti yang dikutip oleh Ujang Sumarwan dalam Nisak, Saryadi, & Suryoko (2013:45) adalah “Perilaku yang ditujukan oleh orang- orang dalam merencanakan, membeli, dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa”. Koestanti & Nainggolan (2015:505) menyatakan bahwa “Perilaku konsumen adalah perilaku konsumen akhir, individu dan rumah tangga, yang membeli barang atau jasa untuk konsumsi pribadi”.
Schiffman dan Kanuk dalam Alamsyah (2016:148) mengemukakan bahwa
“perilaku konsumen dapat diartikan sebagai sikap konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan mengkonsumsi produk atau jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka”. Swasta dan Handoko dalam Yulianthini & Cipta (2016:3) mengatakan perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis simpulkan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukan seorang individu atau rumah tangga
dalam merencanakan, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan mengonsumsi suatu produk atau jasa yang dapat memuaskan konsumen dan memerlukan kegiatan-kegiatan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
B. Jenis Perilaku Pembelian Konsumen
Peneliti mengasumsikan perilaku pembelian konsumen sebagai perilaku menabung nasabah, Kotler dalam Yuliansyah (2014:214) menjelaskan bahwa terdapat empat jenis perilaku pembelian sebagai berikut.
1. Perilaku pembelian rumit yaitu proses pembelian dengan ketentuan dan syarat yang sudah ditentukan oleh perusahaan.
2. Perilaku pembelian pengurang disonansi (ketidaksesuaian).
3. Perilaku pembelian karena kebiasaan yaitu perilaku pembelian yang berhubungan dengan sifat atau kebiasaan pembeli.
4. Perilaku pembelian yang mencari variasi yaitu pembeli yang suka mencari alternatif produk yang ditinjau dari segi harga, desain, dan manfaat.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Kotler dalam Nisak, et. al. (2013:45) menyebutkan setidaknya ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor budaya, sosial, kepribadian, dan kejiwaan. Masing-masing dari faktor-faktor tersebut memiliki subfaktor yang menjadi elemen pembentuknya antara lain:
1. Faktor budaya yaitu budaya itu sendiri, sub budaya, dan kelas sosial.
2. Faktor sosial yaitu kelompok acuan, keluarga, peran dan status.
3. Faktor kepribadian yaitu usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian.
4. Faktor kejiwaan yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, dan keyakinan.
2.1.3. Minat
A. Pengertian Minat Menabung
Cahyani (2013:4) menyatakan bahwa “minat (interest) digambarkan sebagai situasi seseorang sebelum melakukan tindakan, yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut”. Minat menabung oleh Kotler dalam Cahyani (2013:4) diasumsikan sebagai “perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan nasabah untuk melakukan pencarian informasi”.
Menurut Howard dan Sheth dalam Priansa (2017:164) minat menabung merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana nasabah untuk memilih produk tertentu. Minat menabung juga dapat dikatakan sebagai pernyataan mental dari nasabah dalam pemilihan produk tabungan tertentu. Assael dalam Priansa (2017:164) menyatakan bahwa minat menabung merupakan kecenderungan nasabah untuk memilih suatu produk atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pilihan yang terukur dari tingkat kemungkinan nasabah melakukan penyimpanan.
Schiffman dan Kanuk dalam Priansa (2017:164) menyatakan bahwa
“minat menabung merupakan suatu model sikap seseorang terhadap objek produk yang sangat cocok dalam mengukur sikap terhadap golongan produk, jasa, atau merek tertentu”. Djamarah dalam Damayanti (2017:19) menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli di atas maka penulis simpulkan bahwa minat menabung adalah situasi seseorang sebelum melakukan tindakan yang dapat menjadi respon terhadap keinginan nasabah untuk melakukan pencarian informasi pada produk tertentu atau kecenderungan nasabah untuk memilih suatu produk tabungan yang nasabah rasa cocok sehingga seseorang yang memiliki minat akan memperhatikan produk itu.
B. Tahapan Minat Menabung
Tahapan minat menabung dapat dipahami dengan model AIDA yang diuraikan oleh Kotler dan Keller dalam Priansa (2017:164) sebagai berikut.
1. Perhatian (Attention)
Tahap ini merupakan tahap untuk menilai suatu produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan calon nasabah. Selanjutnya nasabah mencari tahu tentang jasa yang perusahaan tawarkan.
2. Tertarik (Interest)
Tahap ini merupakan tahap dimana calon nasabah mulai tertarik untuk mencoba menabung setelah mendapatkan informasi yang jelas.
3. Hasrat (Desire)
Pada tahap ini calon nasabah mulai memikirkan serta mendiskusikan suatu produk atau jasa yang perusahaan tawarkan, karena hasrat dan keinginan untuk menabung mulai timbul.
4. Tindakan (Action)
Pada tahap ini calon nasabah telah mempunyai kemantapan yang tinggi untuk menabung.
Priansa (2017:165) menyebutkan bahwa saat ini beberapa ahli ekonomi telah menambah satu huruf lagi ke dalam AIDA, yaitu huruf “S” yang berarti satisfaction sehingga menjadi AIDAS. Hal ini dikarenakan nasabah yang merasa puas akan menjadi loyal pada produk tersebut. Selain itu Priansa (2017:165) juga menyebutkan bahwa ada juga yang menambahkan huruf “C” yang berarti conviction sehingga menjadi AIDAC yaitu adanya keyakinan atau kepastian dari nasabah untuk menabung, apabila kedua model ini bergabung tentu akan menjadi AIDACS.
Menurut Berman dan Evans dalam Priansa (2017:166) menyatakan ada enam tahapan dalam menumbuhkan minat menabung sebagai berikut.
1. Rangsangan
Suatu keinginan yang terjadi saat mencapai daerah syaraf penerimaan indera seseorang.
2. Kesadaran
Kejadian pada seseorang dalam keadaan sadar yang merasakan ransangan dari objek yang ingin orang tersebut ketahui sehingga menimbulkan respon terhadap objek tersebut.
3. Pencarian Informasi
Pencarian informasi terbagi menjadi beberapa macam. Beberapa pencarian informasi tersebut sebagai berikut.
a. Informasi intern, bersumber dari ingatan nasabah untuk memilih jasa yang memuaskannya.
b. Informasi ekstern, informasi yang berasal dari iklan, melalui teman, ataupun dari media masa.
c. Memastikan sifat yang khas dari setiap pilihan yang ada. Pada tahap ini nasabah mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan produk tabungan yang sesuai dengan kriteria yang nasabah perlukan, setelah itu baru nasabah memutuskan tabungan apa yang akan nasabah pilih.
4. Pemilihan Alternatif
Setelah informasi produk yang diinginkan telah diperoleh, maka peneitian oleh nasabah dilakukan dengan berbagai alternatif yang ada. Beberapa konsep dasar yang dapat dilakukan nasabah dengan alternatif yang ada sebagai berikut.
a. Sifat produk (brand image, kelebihan, dan keamanan) misalnya jika seseorang nasabah akan menabung, maka ia akan memperhatikan brand image perusahaan, keuntungan dari tabungan tersebut, dan keamanan tabungan.
b. Bobot tingkat kepentingan dari produk, hal ini bergantung pada ciri-ciri produk yang berkesan dan masuk ke dalam benak nasabah.
c. Kepercayaan atas brand merupakan alat yang dipakai nasabah untuk membedakan tiap brand dengan ciri masing-masing. Kepercayaan ini adalah hasil dari pengalaman dan persepsi nasabah.
d. Fungsi kemanfaatan produk merupakan gambaran nasabah yang mengharapkan kepuasan atas produk yang diinginkan.
e. Proses penilaian produk dapat peneliti lakukan dengan menggunakan prosedur penilaian tertentu untuk membuat satu pilihan dari sekian banyak alternatif yang ada.
5. Tempat Menabung
Tempat menabung merupakan salah satu pertimbangan di Bank mana nasabah akan menabung. Sebuah Bank yang memiliki citra yang baik akan merangsang nasabah untuk loyal di tempat yang sama.
6. Pemilihan Menabung
Pemilihan menabung merupakan tahap akhir nasabah dalam menentukan pilihan dan siap untuk menyetorkan uangnya kepada Bank tersebut. Terdapat dua faktor utama yang menentukan keputusan menabung yaitu sikap orang lain dan faktor situasional yang tidak terduga.
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Menabung
Swastha dan Irawan dalam Priansa (2017:168) menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi minat menabung sebagai berikut.
1. Perasaan Emosi
Apabila seseorang merasa senang dan puas dalam memilih produk suatu tabungan, hal itu akan memperkuat minat menabung dan jika merasa tidak puas, minat menabung menjadi hilang.
2. Kesadaran Kebutuhan
Kesadaran kebutuhan sangat penting dalam menentukan keinginan nasabah untuk menabung. Namun, apabila tidak ada kesadaran kebutuhan menabung, minat menabung juga tidak ada.
3. Pengenalan masalah (problem recognition)
Masalah terjadi ketika nasabah melihat adanya perbedaan yang signifikan antara apa yang dia miliki dengan apa yang dia butuhkan. Berdasarkan pengenalannya akan masalah selanjutnya nasabah mencari atau
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang produk tabungan yang diinginkan.
Priansa (2017:168) menyebutkan bahwa terdapat dua sumber informasi yang nasabah gunakan ketika menilai suatu kebutuhan fisik yaitu persepsi individual dari tampilan fisik dan sumber informasi luar seperti persepsi nasabah lain. Selanjutnya informasi-informasi yang telah nasabah peroleh lalu nasabah gabungkan dengan informasi yang telah nasabah miliki sebelumnya. Semua input berupa informasi tersebut membawa nasabah pada tahap dia mengevaluasi setiap pilihan dan mendapatkan keputusan terbaik yang memuaskan dari perspektif dia sendiri. Tahap akhir ada pada tahap nasabah memutuskan untuk menabung atau tidak menabung.
D. Dimensi Minat Menabung
Minat menabung dapat terukur dengan berbagai dimensi, Priansa (2017:168) menyebutkan bahwa secara umum dimensi tersebut berkenaan dengan empat dimensi pokok sebagai berikut.
1. Minat Transaksional
Minat transaksional merupakan kecenderungan nasabah untuk selalu loyal pada Bank tersebut yang berdasarkan atas kepercayaan yang tinggi terhadap Bank.
2. Minat Referensial
Minat referensial merupakan kecenderungan nasabah untuk mereferensikan produknya kepada orang lain. Minat tersebut muncul setelah nasabah memiliki pengalaman dan informasi tentang produk tersebut.
3. Minat Preferensial
Minat preferensial merupakan minat yang menggambarkan perilaku nasabah yang memiliki preferensi utama terhadap produk-produk tabungan tersebut.
4. Minat Eksploratif
Minat eksploratif merupakan minat yang menggambarkan perilaku nasabah yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
Menurut Kinear dan Taylor dalam Setyawan & Japarianto (2014:3) dimensi pembentuk minat menabung diambil dari teori minat beli sebagai berikut.
1. Attitude
Attitude merupakan sikap yang nasabah miliki untuk mengaitkan sesuatu yang menghubungkan sikap dengan atribut, manfaat, dan suatu objek.
2. Attention to buy
Attention to buy merupakan tindakan nasabah untuk menanggapi produk atau jasa yang telah perusahaan tawarkan.
Berdasarkan penjelasan dimensi di atas terbagi menjadi indikator-indikator yang lebih spesifik untuk minat menabung. Menurut Schiffman & Kanuk dalam Sari (2017:185) indikator-indikator dari minat menabung antara lain:
1. Tertarik untuk mencari informasi mengenai produk 2. Mempertimbangkan untuk membeli
3. Tertarik untuk mencoba 4. Ingin mengetahui produk 5. Ingin memiliki produk.
2.1.4. Hubungan Teori Religiusitas Terhadap Minat Menabung
Omer dalam Mu’in (2016:28) menyatakan bahwa “hubungan antara perilaku ekonomi (economic behavior) berkaitan dengan tingkat keyakinan atau keimanan seseorang”. Menurut Mehboob Ul Hassan dalam Mu’in (2016:28)
“perilaku ekonomi sangat ditentukan oleh tingkat keimanan seseorang atau masyarakat”. Perilaku ini kemudian membentuk kecenderungan perilaku konsumsi dan produksi sehingga perspektif tersebut juga berpengaruh terhadap minat menabung.
Kesimpulan tersebut menjelaskan tiga karakteristik perilaku ekonomi dengan menggunakan tingkat keimanan sebagai asumsi:
1. Ketika keimanan ada pada tingkat yang cukup baik maka motif dalam ekonomi akan didominasi oleh motif maslahah (public interest), kebutuhan (needs) dan kewajiban (obligation).
2. Ketika keimanan ada pada tingkat yang kurang baik, maka motif dalam ekonomi (mengonsumsi, menabung, dan memproduksi) tidak hanya didominasi oleh tiga hal tersebut, tetapi juga akan dipengaruhi secara signifikan oleh ego, rasionalisme (materialisme) dan keinginan yang sifatnya individualistis. Karakter ini disebut sebagai muslim yang kurang taat.
3. Ketika keimanan ada pada tingkat yang buruk, maka motif berekonomi (berkonsumsi atau menabung) akan didominasi oleh nilai-nilai individualistis (selfishness), ego, keinginan dan rasionalisme. Karakter ini dikategorikan sebagai muslim tidak taat.
Berdasarkan teori di atas juga ditemukan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang mendukung penelitian yang ingin diteliti penulis. Adapun hasil penelitian tersebut sebagai berikut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurma Sari & Khoirul Anwar (2018:32-33) yang menganalisis mengenai variabel tingkat religiusitas (independen) dan minat menabung (dependen) menunjukan bahwa perhitungan uji T test (uji secara individu) dan Uji Koefisien Determinasi (𝑅2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat menabung. Namun dalam penelitian ini pengaruh variabel independen terhadap dependennya kurang kuat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami et al (2015:86) yang menganalisis mengenai religiusitas, kelompok referensi, dan motivasi terhadap keputusan menabung menunjukan bahwa secara simultan dan parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan. Dari ketiga faktor yang diteliti, religiusitas merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh bagi nasabah dalam memutuskan untuk menabung di bank syariah di kota Banjarmasin.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Triana et al (2016:533) mengenai variabel independen (tingkat religiusitas dan disposible income) menunjukan bahwa berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (minat menabung) di Bank BRI Syariah Kantor Kas Unisba baik secara parsial maupun secara simultan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Penelitian terdahulu ini digunakan sebagai pembanding dengan pengkajian penelitian terdahulu dan penelitian sekarang.
Penelitian terdahulu juga dapat digunakan sebagai jawaban sementara karena di dalamnya ada penggunaan variabel independen dan dependen yang sama. Namun, hanya tempat atau objek penelitiannya saja yang berbeda.
Adapun penelitian yang akan peneliti lakukan sekarang adalah strategi meningkatkan minat menabung melalui penerapan religiusitas pada masyarakat di lingkungan Bank Syariah Mandiri KCP Antapani Bandung. Untuk melihat beberapa penelitian terdahulu yang variabel independen dan dependen nya sama dengan penelitian yang akan peneliti lakukan sekarang dapat terlihat pada Tabel II.1.
Tabel II.1
Perbandingan Metode Penelitian ini dengan Penelitian Sebelumnya
No Nama
Peneliti Judul
Alat Analisis
Data
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian 1 Fitria
Nurma Sari (2018) Sumber:
journal.unes a.ac.id
Pengaruh Tingkat Religiusitas Santri Pondok
Pesantren Darussalam
Kediri Terhadap
Minat Menabung di
Perbankan Syariah
Uji T test (uji secara
individu) dan Uji Koefisien Determinasi
(𝑅2)
Tingkat Religiusitas
dan Minat Menabung
Tingkat religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat menabung.
2 Wahyu Utami, Marijati Sangen, dan M. Yudi Rachman (2015) Sumber:
jurnal wawasan manajemen
Analisis Pengaruh Religiusitas,
Kelompok Referensi dan
Motivasi Terhadap Keputusan Menabung Di Bank Syariah
(Studi Pada Nasabah Bank
Syariah di Kota Banjarmasin)
Uji hipotesis:
uji F, uji T, menentukan
variabel dominan;
dan uji regresi linear berganda
Religiusitas , kelompok referensi,m otivasi, dan
keputusan menabung.
Secara simultan dan parsial terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara factor religiusitas, kelompok referensi, dan motivasi terhadap keputusan nasabah dalam menabung di bank syariah.
Banjarmasin 3 Hutomo
Rusdianto dan Chanafi Ibrahim (2016) Sumber:
Journal.stai nkudus.ac.i d
Pengaruh Produk Bank
Syariah Terhadap
Minat Menabung
dengan Persepsi Masyarakat
sebagai Variabel Moderating di
Pati
Uji validitas, uji
reliabilitas, uji MRA (Moderating
Regresion Analisis)
Produk bank syariah,
minat menabung,
dan persepsi masyarakat
Produk- produk bank
syariah memberikan
kontribusi bagi minat menabung.
Selain itu persepsi masyarakat juga mampu memoderasi
antara produk bank
syariah dengan minat menabung.
4 Sisca Pengaruh Statistik Pandangan Ketiga
Damayanti (2017) Sumber:
http://www .trijurnal.le mlit.trisakti.
ac.id
Pandangan Islam, Pelayanan, dan
Keamanan Terhadap Minat Nasabah
untuk menabung di Bank Syariah
Mandiri Cabang X
deskriptif, uji validitas,
uji reabilitis, dan teknik Structural Equation Modeling (SEM)
islam, pelayanan, keamanan, dan minat menabung
variabel independen
yang ada memiliki pengaruh positif tehadap
minat nasabah
untuk menabung,
namun dalam variabel Pandangan Islam tidak
terjadi hubungan
yang signifikan.
5 N. Triana dan N.
Hasanah (2016) http://karyai lmiah.unisb a.ac.id/
Pengaruh Tingkat Religiusitas dan Disposible
Income Mahasiswa Fakultas Syari
’ ah Unisba terhadap Minat
Menabung di Bank BRI Syari ’ ah Kantor Kas
Unisba
Uji validitas, uji Realibilitas,
uji t, uji signifikansi,
uji F, uji koefisien determinasi
, uji regresi berganda,
dan uji normalitas.
Tingkat, Religiusitas , Disposible
Income, dan Minat Menabung.
variabel independent
secara sendiri- sendiri mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependent.
6 Nizar Souiden Marzouki Rani (2015) Sumber:
Internationa l Journal of Bank
Consumer attitudes and
purchase intentions toward Islamic
banks: the influence of
religiosity
Alpha Cronbach,
analisis faktor konfirmator
i (CFA), GFI, RMSEA,
Consumer attitudes, purchase intentions,
and influence of
religiosity
Marketing Emeraldinsi ght.com
dan RMR.
Sumber : Data diolah Penulis, 2018 2.3. Kerangka Pemikiran
Menurut Uma Sakaran dalam Sugiyono (2016:93) kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Dengan demikian, dapat dikatakan kerangka pemikiran bertujuan untuk menjelaskan secara teoritis hubungan antara variabel yang akan diteliti.
Menurut Abd Rahman et. al dalam Rohmatun & Dewi (2017:29) religiusitas adalah sejauh mana individu berkomitmen pada agamanya dengan agama itulah tercemin sikap dan perilaku individu. Menurut Farid & Aviyah (2014:127) religiusitas adalah “internalisasi nilai-nilai agama yang ada dalam diri seseorang, internalisasi di sini berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran- ajaran agama baik di dalam hati maupun dalam ucapan, kepercayaan ini kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari”.
Glock dan Stark dalam Farid & Aviyah (2014:127) mengemukakan bahwa religiusitas memiliki lima dimensi yaitu dimensi idiologis, dimensi ritualistis atau praktek, dimensi intelektual atau pengetahuan, dimensi konsekuensi atau pengamalan, dan dimensi eksperensial atau pengalaman.
Minat menabung oleh Kotler dalam Cahyani (2013:4) diasumsikan sebagai
“perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan nasabah untuk melakukan pencarian informasi”. Menurut Howard dan Sheth dalam Priansa (2017:164) minat menabung merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana nasabah untuk memilih produk tertentu, minat
menabung juga dapat dikatakan sebagai pernyataan mental dari nasabah untuk memilih produk tabungan tertentu.
Menurut Schiffman & Kanuk dalam Sari (2017:185) terdapat indikator- indikator dari minat menabung yaitu tertarik untuk mencari informasi mengenai produk, mempertimbangkan untuk membeli, tertarik untuk mencoba, ingin mengetahui produk, dan ingin memiliki produk.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini menganalisis tentang pengaruh religiusitas terhadap minat menabung pada Bank Syariah Mandiri terlihat dalam Gambar II.1 di bawah berikut ini.
H2 H1
Sumber: Data diolah penulis, 2018
Gambar II.1. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Religiusitas : Variabel x disebut juga sebagai variabel independen atau bebas Minat Menabung : Variabel y disebut juga sebagai variabel dependen atau terikat H1 : Religiusitas berpengaruh terhadap minat menabung.
2.4. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2016:99) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Selanjutnya rumusan masalah penelitian
Minat Menabung (Y)
1. Tertarik untuk mencari informasi mengenai produk.
2. Mempertimbangkan untuk membeli.
3. Tertarik untuk mencoba.
4. Ingin mengetahui produk.
5. Ingin memiliki produk.
Sumber: Sari (2017:185) Religiusitas (X)
1. Dimensi Idiologis 2. Dimensi Ritualistik 3. Dimensi Intelektual 4. Dimensi Konsekuensi 5. Dimensi Pengalaman Sumber: Farid & Aviyah (2014:127)
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta - fakta empiris yang diperoleh dalam pengumpulan data.
Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti rumuskan hipotesisnya sebagai berikut.
H1= Religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat menabung.