Nyeri hebat merupakan gejala sisa akibat pembedahan pada daerah intraabdomen (perut bagian dalam). Sekitar 60% pasien menderita nyeri berat, 25% nyeri sedang, dan 15% nyeri ringan (Nugroho, dalam Rustianawaati, dkk (2013). Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Sedangkan Scrumun mengartikan nyeri sebagai suatu kondisi tidak menyenangkan yang disebabkan oleh rangsangan fisik atau dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan emosional (H & Uliyah, 2014). Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan hilang dengan cepat serta tidak berlangsung lebih dari 6 bulan dan ditandai dengan meningkatnya ketegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang terjadi secara perlahan, biasanya berlangsung cukup lama yaitu lebih dari 6 bulan.
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, misalnya pada penyakit atau intervensi bedah dan mempunyai onset yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan hingga berat). Nyeri kronis adalah nyeri terus-menerus atau intensitasnya yang menetap selama jangka waktu tertentu karena penyebab keganasan seperti kanker yang tidak terkontrol atau non-ganas. Menurut NANDA International Nursing Diagnoses: Definition and Classification, nyeri akut adalah nyeri yang akhirannya dapat diharapkan atau diprediksi dan durasinya kurang dari 3 bulan.
Sedangkan nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang, yang akhirnya tidak dapat diharapkan atau diprediksi, serta berlangsung lebih dari 3 bulan (Herdman & Kamitsuru, 2018).
Fisiologi Nyeri
Selain itu, rangsangan yang diterima reseptor tersebut berupa impuls nyeri diteruskan ke sumsum tulang belakang melalui dua jenis serabut bermielin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lambat atau serabut C. Impuls nyeri kemudian melewati sumsum tulang belakang. pada interneuron dan terhubung dengan jalur asendens utama yaitu traktus spinotalamikus (STT) atau traktus spinotalamikus dan spinoreticular (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri (Hidayat, 2009). Sel saraf atau neuron terdiri dari badan sel dan dua set proyeksi yang terutama bertanggung jawab untuk transmisi impuls saraf, termasuk impuls nyeri.
Proyeksi ini disebut neuron atau serabut aferen (sensorik), serabut yang memantau masukan sensorik dan membawa informasi dari perifer ke sistem saraf pusat. Serabut C mentransmisikan lebih lambat dan umumnya mempunyai karakteristik nyeri yang “dalam, tumpul, panjang dan sulit dilokalisasi” (Andarmoyo, S, 2013). Neuroregulator atau zat yang berperan dalam transmisi nyeri dibedakan menjadi dua, yaitu neurotransmitter dan neuromodulator.
Persepsi nyeri ditransmisikan oleh neuron khusus yang berperan sebagai reseptor, pendeteksi stimulus, penguat dan penghantar ke sistem saraf pusat. Ini adalah proses transmisi impuls nyeri dari nosiseptor saraf tepi melalui tanduk dorsal dan sumsum tulang belakang ke korteks serebral.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Laki-laki seharusnya lebih berani dibandingkan perempuan, jadi sudah terprogram untuk membuat mereka lebih tahan terhadap rasa sakit dibandingkan perempuan. Beberapa budaya percaya bahwa menunjukkan rasa sakit adalah hal yang wajar, namun ada budaya lain yang mengajarkan bahwa lebih baik menekan perilaku tersebut agar tidak menunjukkan rasa sakit. Seseorang yang pernah mengalami nyeri akan mempunyai kemampuan coping yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang baru pertama kali mengalami nyeri.
Nyeri juga dapat terjadi karena rangsangan ujung serabut saraf oleh bahan kimia yang dilepaskan selama operasi atau iskemia jaringan akibat gangguan suplai darah.
Pengkajian Nyeri
Periksa penyebab yang menimbulkan rangsangan nyeri dan penyebab yang dapat mengurangi rangsangan nyeri dan memperburuk nyeri. Nyeri yang dirasakan klien berupa sensasi tertekan, berdenyut, tajam, tumpul, perih, terbakar, perih, dan lain-lain. Kaji tingkat keparahan nyeri dengan menggambarkan nyeri yang dirasakan dalam skala 1-10, mulai dari nyeri ringan, sedang, dan berat atau sangat menyiksa.
Pengukuran Tingkat Nyeri
Skala VAS berupa garis lurus/horizontal sepanjang 10 cm yang mewakili intensitas nyeri terus menerus dan deskriptor verbal di setiap ujungnya.
Penatalaksanaan Nyeri
Narkotika dapat memberikan efek pereda nyeri karena obat tersebut dapat mengaktifkan obat pereda nyeri endogen pada sistem saraf pusat (Tamsuri, 2007 dalam (Wahyudi & Wahid, 2016). Obat pereda nyeri non narkotika seperti aspirin, asetaminofen dan ibuprofen, selain mempunyai efek anti -efek nyeri, juga memiliki efek antiinflamasi dan antipiretik Obat non-narkotika mempunyai efek mengurangi nyeri dengan cara menghambat prostaglandin dari jaringan yang mengalami trauma dan peradangan (Wahyudi & Wahid, 2016).
Ada tiga jenis analgetik yaitu obat antiinflamasi non-narkotika dan non-steroid (NSAID), analgesik narkotika/opiat, dan bahan pembantu (Sulistiyo, 2013). Meskipun tindakan ini bukan pengganti pengobatan, namun tindakan ini diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri (Smeltzer & Bare, 2001 dalam Sulistiyo, 2013). Menurut Wahyudi & Wahid (2016), manajemen nyeri non farmakologis dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain relaksasi progresif, stimulasi kulit plasebo, dan teknik distraksi.
Konsep Pijat Refleksi .1 Pengertian Pijat Refleksi
Manfaat Pijat Refleksi
Endorfin adalah zat yang diproduksi secara alami oleh tubuh yang bertindak dan memiliki efek mirip dengan morfin. Endorfin bersifat menenangkan, memberikan efek menguntungkan dan berperan penting dalam regenerasi sel untuk memperbaiki bagian tubuh yang aus atau rusak. Karena bekerja pada sistem saraf, pijat refleks juga dapat meningkatkan aktivitas sistem vegetatif tubuh yang dikendalikan oleh otak dan sistem saraf yaitu sistem hormonal-kelenjar, sistem peredaran darah, sistem pencernaan, dll.
Penumpukan asam laktat inilah yang menyebabkan nyeri pada otot atau nyeri pada persendian. Hal ini akan mengurangi stres dan dapat melepaskan penumpukan asam laktat akibat pembakaran anaerobik sehingga dapat membersihkan endapan bahan limbah yang tidak terpakai. Hal ini tentunya sangat bermanfaat untuk menjaga jantung, sistem pernafasan, sistem limfatik, metabolisme atau pencernaan tubuh, sistem ekskresi, dan semua sistem yang kerjanya dipengaruhi oleh sistem saraf dan otot.
Gregory Budiman dalam (Gunawan, 2014) menjelaskan bahwa fisiologi pijat mempunyai efek antara lain vasodilatasi pembuluh darah tepi yang diikuti dengan pelebaran pori-pori membran pembuluh darah. Melebarnya pori-pori akan mengeluarkan gas dari dalam tubuh sehingga tidak terjadi penumpukan gas atau bau di dalam tubuh. Zat metabolisme seperti asam laktat diangkut dari pembuluh darah ke organ tubuh yang sakit, sehingga menimbulkan efek terapeutik pada organ target.
Zona Pijat Refleksi
Area ini meliputi ruas-ruas tubuh, depan dan belakang, yang terbentang dari jari kaki hingga kepala dan otak. Zona 1: Dari ujung jempol kaki melewati tungkai dan badan ke kepala dan otak, lalu turun ke lengan dan terus ke ujung jempol kaki. Zona 2: dari ujung jari kedua melewati kaki dan badan ke kepala dan otak, lalu turun ke tangan dan terus ke ujung jari telunjuk.
Zona 3: dari ujung ketiga jari kaki melewati tungkai dan badan lalu ke kepala dan otak, lalu turun ke lengan dan naik ke ujung jari tengah. Zona 4: dari ujung keempat jari kaki melewati kaki dan badan lalu ke kepala dan otak, lalu turun ke lengan dan ke ujung jari manis. Zona 5: dari ujung jari kaki kelima melewati bagian luar kaki dan badan ke kepala dan otak, lalu turun ke tepi luar lengan dan ke ujung jari kelingking.
Khusus ibu jari, penampang masing-masing ibu jari dibagi menjadi 5 zona atau bagian yang sama besar (G.S & Aryani, 2015). Arti dari zona adalah adanya aliran energi vital di sepanjang setiap zona, yang terhubung ke seluruh area tubuh yang berada di dalam zona tersebut. Jadi permasalahan pada suatu titik atau area pada zona tertentu dapat menimbulkan permasalahan pada bagian tubuh lain yang berada pada zona yang sama, begitu pula pada saat mencari letak titik atau area pijat refleksi tersebut.
Organ yang terlibat pada area ini terletak di dada dan perut bagian atas, termasuk lengan dan siku. Organ yang termasuk dalam area ini adalah organ yang berada di perut bagian bawah, termasuk lengan bawah. Area ini mencakup bagian tubuh di bawah garis melintang dasar panggul, yaitu seluruh tungkai dan kaki (Hendro & Aryani, 2015).
Di dalam tubuh menyebabkan adanya apa yang disebut daerah penghubung zonal (refleks silang = daerah acuan). Misalnya saja pada kasus cedera siku pada pemain tenis, selain pijat refleksi pada kaki dan/atau telapak tangan, lutut juga dapat dipijat sebagai area penghubung zonal. Bagi pemula, lebih aman memijat area sambungan zonal terlebih dahulu dibandingkan memijat langsung area yang cedera.
Titik Pijat Refleksi 1. Kepala (otak)
Teknik Dasar Pemijatan
Gesekan juga dapat meningkatkan aktivitas sel-sel tubuh sehingga darah mengalir lebih lancar ke area yang nyeri, sehingga dapat meredakan nyeri. Getaran merupakan suatu gerakan pemijatan dimana bagian tubuh digetarkan dengan menggunakan telapak tangan atau jari. Untuk menggetarkan, letakkan telapak tangan pada bagian tubuh yang digetarkan, lalu tekan dan getarkan dengan gerakan kuat atau lembut.
Menyerang adalah gerakan memukul atau memukul yang merangsang jaringan otot yang dilakukan secara cepat secara bergantian dengan kedua tangan. Tapotement sebaiknya tidak dilakukan pada daerah yang tulangnya menonjol, atau pada otot yang tegang atau daerah yang terasa perih atau pegal. Menurut G.S & Aryani (2015), pijatan ini juga membantu mengurangi timbunan lemak dan area otot yang lembek.
Pergerakan dari satu teknik pijat ke teknik pijat berikutnya sebaiknya dilakukan terus menerus agar klien merasa nyaman. Irama adalah selang waktu dari satu gerakan ke gerakan lainnya secara teratur, stabil, dan tidak terlalu cepat atau lambat (G.S & Aryani, 2015).
Mekanisme kerja Pijat Refleksi
Ketika jalur nyeri memasuki otak, jalur tersebut terpisah menjadi dua jalur berbeda, jalur nyeri menusuk yang hampir seluruhnya terdiri dari serabut delta tipe A kecil, dan jalur nyeri terbakar dari serabut tipe C lambat, satu neuron hanya melepaskan satu jenis pemancar dan bebas di setiap ujung saraf. Sistem analgesia bekerja dengan merangsang area periventrikular diencephalon atau area abu-abu periaqueductal, yang mengirimkan sinyal ke inti raphe di garis tengah. Kemudian dari nukleus ini saluran serabut turun ke sumsum tulang belakang dan berakhir di tanduk dorsal, tempat berakhirnya rasa sakit dan organ sensorik perifer.
Stimulasi sistem analgesik akan menghambat atau menghentikan transmisi impuls nyeri melalui neuron lokal pada area tersebut. Senyawa tersebut berasal dari zat di kelenjar pituitari (dasar otak) dan berperan dalam pengendalian endokrin (Geddes & Grosset, 2005 dalam Nurmaulitasari, 2018).
Lingkungan Kerja Pelayanan Pijat Refleksi
Kerangka Konseptual
Hipotesis Penelitian