Perubahan tersebut dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba TFU (ketinggian fundus uteri). a) Pada saat anak lahir, fundus uteri berada pada posisi tengah dan beratnya 1000 gram. Menurut Vivian (2011), keluarnya lochea dapat dibedakan berdasarkan waktu dan warnanya, seperti gambar di bawah ini. a) Lochea Rubra/Merah (Kruenta). Keadaan ini mungkin berhubungan dengan penurunan usaha jantung, penurunan volume darah setelah lepasnya plasenta.
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor, seperti kehilangan darah saat persalinan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskular. Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya berkurang hingga mencapai volume darah sebelum hamil. Kandung kemih buncit yang terjadi segera setelah melahirkan dapat menyebabkan pendarahan berlebih karena kondisi ini dapat membuat rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik.
Jika terjadi distensi berlebihan pada kandung kemih, maka dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut (atonia), sehingga pengosongan kandung kemih yang cukup harus menjadi perhatian bidan dan ibu bersalin. Dengan cara ini, tonus kandung kemih biasanya akan pulih dalam waktu 5 hingga 7 hari setelah melahirkan.
Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas
Bidan harus menciptakan perasaan nyaman pada ibu, sehingga ibu dapat mengungkapkan permasalahannya secara terbuka kepada bidan. Gizi pada ibu menyusui erat kaitannya dengan produksi ASI yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut dua kali sehari, mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan area genital dan bagi ibu yang mengalami episiotomi atau laserasi disarankan untuk mencuci luka dengan air dan menghindari menyentuh area tersebut ( Kementerian Kesehatan di Republik Indonesia, 2015).
Sebaiknya anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah rasa lelah yang berlebihan dan anjurkan untuk kembali melakukan aktivitas yang tidak berat. Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas adalah gangguan psikologis seperti postpartum blues (PPS), depresi pasca melahirkan dan psikologi pasca melahirkan. Menurut Vivian (2011), ada dua cara mengatasi gangguan psikologis pada masa nifas, yaitu sebagai berikut.
Tujuan komunikasi terapeutik adalah terciptanya hubungan yang baik antara bidan dan pasien dalam rangka penyembuhan dengan cara sebagai berikut. a) Mendorong pasien untuk mampu meredakan segala ketegangan emosional. Jika hal ini terjadi, disarankan untuk melakukan hal berikut, yaitu meminta bantuan suami atau anggota keluarga lainnya jika perlu istirahat.
Proses Laktasi dan Menyusui
Rangsangan ini dibawa oleh serabut aferen menuju hipotalamus di dasar otak, kemudian merangsang kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon prolaktin dan merangsang sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi susu. Banyaknya prolaktin yang disekresikan dan banyaknya ASI yang diproduksi berhubungan dengan rangsangan sugesti yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya isapan bayi. Stimulasi yang dilakukan bayi saat menyusui, selain mempengaruhi kelenjar pituitari untuk mengeluarkan hormon prolaktin, juga mempengaruhi kelenjar pituitari posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin.
Dimana setelah pelepasan oksitosin ke dalam darah, otot polos yang mengelilingi alveoli dan saluran berkontraksi, memeras ASI dari alveoli, saluran dan sinus menuju puting susu. Gambaran keadaan bayi ketika pipinya disentuh, bayi akan menoleh ke arah sentuhan, jika bibir dirangsang atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari puting susu untuk dihisap. Menekan payudara ibu ke pipi bayi atau area sekitar mulut bayi juga merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari/menggenggam pada bayi.
Hal ini menyebabkan kepala bayi menoleh ke arah puting yang tersambung, setelah itu mulut dibuka dan puting susu kemudian ditarik ke dalam mulut. Refleks menghisap bayi terjadi ketika puting susu ibu merangsang langit-langit mulut (palatum) pada mulut bayi. Agar dapat merangsang langit-langit belakang bayi secara sempurna, sebanyak mungkin areola (rongga dada) ibu harus ditangkap (dibawa ke dalam mulut) oleh mulut bayi.
Oleh itu, sinus susu yang terletak di bawah areola akan ditekan oleh gusi, lidah dan lelangit, supaya susu itu diperah dengan sempurna ke dalam mulut bayi. Refleks menelan pada bayi berlaku apabila susu yang penuh di dalam mulut bayi ditelan oleh bayi. Ini berlaku apabila susu keluar ketika bayi sedang menyusu, diikuti dengan pergerakan menghisap (tekanan negatif) yang disebabkan oleh otot pipi bayi, yang akan meningkatkan pengeluaran susu dan meneruskan mekanisme menelan di dalam perut.
Ketika bayi melakukan kontak kulit dengan ibunya, ia akan merasa aman dan nyaman. Kebiasaan menyusui dengan botol atau dot akan menyebabkan gigi lebih lama bersentuhan dengan susu formula sehingga membuat pola makan menjadi lebih asam. Penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan mendorong lidah ke depan akibat pemberian susu botol dan dot.
Deteksi Dini Masa Nifas dan Cara Penatalaksanaannya a. Hemoragi Postpartum
Bila perdarahan uterus terjadi meskipun rahim sudah berkontraksi dengan baik, periksa kemungkinan pecahnya jalan lahir atau ruptur uteri. Perdarahan pascapersalinan sekunder disebabkan oleh infeksi, kontraksi rahim yang tidak tepat, atau sisa plasenta yang tertahan. Etiologi utamanya adalah re-epitelisasi situs plasenta yang buruk (80%) dan sisa konsepsi atau pembekuan darah.
Jika pemeriksaan USG dapat mengidentifikasi adanya massa intrauterin (sisa konsepsi atau bekuan darah), maka harus dilakukan evakuasi rahim. Infeksi pascapersalinan mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh penetrasi bakteri ke dalam alat kelamin saat melahirkan. Tanda-tanda infeksi pada masa nifas adalah demam, nyeri panggul, nyeri tekan rahim, lokia berbau menyengat (berminyak), keterlambatan pengecilan ukuran rahim, nyeri, bengkak, dan keluarnya nanah pada saat sayatan/episiotomi.
Tanda dan gejala yang terjadi pada infeksi pasca melahirkan dapat bersifat lokal dan umum yaitu. a) Infeksi lokal. Tanda dan gejala umum infeksi nifas adalah suhu meningkat, takikardia, nyeri panggul, demam tinggi, nyeri tekan pada rahim, lokia berbau/bau, penurunan rahim lambat, nyeri dan bengkak pada luka episiotomi. Tanda dan gejala infeksi episiotomi, sayatan atau trauma lainnya antara lain: nyeri lokal, disuria, suhu subfebrile, edema, sisa jahitan menjadi merah dan meradang, produksi nanah atau eksudat berwarna abu-abu kehijauan, pemisahan atau pelepasan lapisan episiotomi. luka bedah.
Selain episiotomi atau laserasi, trauma dapat berupa lecet, memar. bekas gesekan) yang terlalu kecil atau dijahit, dan terbentuknya hematoma. Penyebabnya bisa juga karena benda asing, misalnya kain kasa yang tertinggal sembarangan di dalam vagina. Setelah masa inkubasi, kuman menyerang luka endometrium, biasanya di tempat menempelnya plasenta.
Cedera payudara dapat disebabkan oleh memar akibat penanganan yang kasar, pembesaran payudara, stasis ASI di saluran, dan pecah atau pecahnya puting. Hal ini masuk akal karena stres dan kelelahan dapat menyebabkan teknik yang ceroboh. penanganannya, terutama saat mencuci tangan atau melewatkan menyusui atau mengubah frekuensi menyusui, yang dapat menyebabkan banjir statis. Agar infeksi pada masa nifas dapat diobati, diperlukan pengobatan yang memadai, termasuk cara-cara yang dijelaskan di bawah ini.
Konsep Asuhan Kabidanan
Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas a. Tujuan
Kebijakan Asuhan Kebidanan
Jika bidan membantu persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayinya selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai kondisi ibu dan bayinya stabil. Pastikan involusi rahim normal, rahim berkontraksi, fundus berada di bawah pusar, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak berbau. Memberikan nasihat kepada ibu tentang perawatan bayi, cara merawat tali pusat dan menjaga bayi tetap hangat.
Pastikan involusi uterus normal, uterus berkontraksi, fundus berada di bawah pusar, dan tidak ada perdarahan atau bau yang tidak normal. Memberikan nasehat kepada ibu mengenai perawatan bayi, perawatan tali pusat dan menjaga kehangatan bayi.
Konsep Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas .1 Pengkajian
Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Identifikasi diagnosis dan masalah obstetrik berdasarkan interpretasi yang benar dari data yang dikumpulkan. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan, seperti diagnosis, namun memerlukan pengobatan yang dituangkan dalam rencana perawatan klien. Permasalahan seringkali berkaitan dengan pengalaman perempuan yang diidentifikasi oleh bidan. Varney (2007) masalah adalah permasalahan yang berkaitan dengan pengalaman pasien dan ditemukan berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang yang berhubungan dengan diagnosis.
Ketakutan akibat ketidaksiapan menjadi orang tua, tidak memahami cara merawat perineum, tidak mengetahui cara merawat payudara, dan tidak memahami ASI eksklusif.
Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Identifikasi Kebutuhan Segera
Berikut beberapa kondisi pada ibu nifas dan sangat perlu segera dilakukan tindakan. Perdarahan melalui vagina sering juga disebut dengan perdarahan nifas yang dapat menyebabkan anemia pada ibu. Sakit kepala memang umum terjadi saat hamil, namun jika kondisi ini terus berlanjut setelah melahirkan, sebaiknya berhati-hatilah.
Suhu tubuh meningkat setelah hari pertama kelahiran, namun jika suhu meningkat, ibu harus mewaspadai keadaan ini.
Intervensi
Ajari ibu cara mengurangi rasa tidak nyaman yang terjadi pada masa nifas, seperti nyeri perut, nyeri luka perineum, konstipasi. R : Deteksi dini komplikasi pada masa nifas dapat diketahui dari tanda-tanda bahaya pada masa nifas, antara lain demam atau menggigil, pendarahan hebat, nyeri perut, nyeri hebat atau bengkak pada payudara, nyeri atau hangat pada betis dengan atau tanpa tungkai. edema, depresi (Varney, 2007). Jelaskan pada ibu mengenai kunjungan yang sedang berlangsung, diskusikan dengan ibu saat menentukan kunjungan selanjutnya, dalam 1 minggu, bila ada keluhan.
R : Nasehat cara menyusui yang benar agar ibu dapat menyusui bayinya dengan baik sehingga mencegah terjadinya lecet pada payudara ibu. R : Konseling tentang hubungan seksual adalah memberikan informasi kapan ibu nifas boleh melakukan hubungan seksual. Kriteria luaran : 1) Ibu dapat menyatakan nyeri berkurang 2) Ibu tampak rileks dan dapat istirahat dengan baik.
R : Pemahaman ibu terhadap nyeri dapat menurunkan kecemasan ibu sehingga ibu dapat bersikap kooperatif (Doengoes Jelaskan perubahan fisiologis pada masa nifas. R : Senam nifas memastikan latihan rentang gerak dilakukan secepat mungkin sehingga Otot-otot yang digunakan selama kehamilan meregang dan proses persalinan kembali normal yaitu berjalan lebih awal pada ibu setelah melahirkan yang dapat memperlancar proses involusi.Kriteria hasil: 1) Ibu dapat menyatakan nyeri berkurang. 2) Ibu mengatakan payudaranya tidak kencang dan. tidak terasa sulit.
Tujuan: Tidak terdapat risiko tinggi terjadinya infeksi pada ibu pasca melahirkan setelah dilakukan asuhan kebidanan. Kriteria luaran : 1) Ibu dan keluarga mampu memenuhi perannya sebagai orang tua, sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi. R : Membantu mengurangi kecemasan ibu karena ibu dapat merawat perineum dan payudaranya dengan baik.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang KB, gizi ibu pasca melahirkan, tanda-tanda bahaya pada masa nifas, senam nifas dan cara menyusui yang benar. Tujuan : Asuhan kebidanan pasca melahirkan dapat meningkatkan pemahaman ibu tentang keluarga berencana, gizi ibu pasca melahirkan, tanda bahaya pada masa nifas, senam nifas, proses laktasi, dan kelancaran keluarnya ASI. R : Mengetahui tanda-tanda bahaya pada masa nifas, dan sebaiknya ibu segera memeriksakan kondisinya ke tenaga kesehatan jika muncul tanda-tanda bahaya pada masa nifas.
Implementasi
Evaluasi