• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - Repository UNISBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II - Repository UNISBA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Menurut asas ini, pemberian pelayanan kesehatan harus dilaksanakan dengan keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat, antara jasmani dan rohani, antara materil dan rohani. Dengan demikian, penerapan asas keseimbangan dalam pelayanan kesehatan erat kaitannya dengan persoalan keadilan. Dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan, keadilan yang dimaksud bersifat casetic, karena berkaitan erat dengan distribusi sumber daya dalam pelayanan kesehatan.

Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, asas penentuan waktu merupakan asas yang sangat krusial karena berkaitan erat dengan akibat hukum yang timbul dari pelayanan kesehatan. Prinsip itikad baik ini pada hakikatnya didasarkan pada prinsip etika berbuat baik secara umum, yang juga harus diterapkan dalam memenuhi kewajiban dokter terhadap pasien dalam pelayanan kesehatan. Kejujuran adalah prinsip penting dalam meningkatkan kepercayaan pasien terhadap dokter layanan kesehatan.

Berdasarkan asas kejujuran tersebut, dokter wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan pasien, yaitu sesuai standar profesi. Kedudukan dokter sebagai ahli di bidang kesehatan berarti bahwa tindakan dokter harus didasarkan pada ketelitian dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan. Prinsip kehati-hatian ini secara hukum tersirat dalam Pasal 58(1) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengatur bahwa; : “Setiap orang berhak meminta ganti rugi kepada seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau tenaga kesehatan yang menimbulkan kerugian karena kesalahan atau kelalaiannya dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.”

Pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien hanya dapat tercapai jika terdapat keterbukaan dan kesetaraan status hukum antara dokter dan pasien berdasarkan rasa saling percaya.

Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan Menurut Undang-Undang Berdasarkan Pasal 57 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang

36 Tahun 2009 adalah asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban, yang secara implisit memuat asas keterbukaan. Hal ini dapat dimaknai dari penjelasan pasal 2 angka (9) yang berbunyi; “Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban mengandung arti bahwa pembangunan pelayanan kesehatan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai wujud persamaan status hukum.” Sikap ini dapat tumbuh apabila dapat terjalin komunikasi yang terbuka antara dokter dan pasien, dimana pasien dapat menerima penjelasan dari dokter secara transparan.

Hak dan kewajiban tenaga kesehatan menurut undang-undang Berdasarkan pasal 57 undang-undang no. 36 Tahun 2014 tentang. Tanggung jawab tenaga kesehatan Menurut undang-undang Tanggung jawab dalam undang-undang kesehatan diatur dalam Pasal 58 undang-undang.

Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan Menurut Undang-Undang Tanggung Jawab dalam Hukum Kesehatan diatur dalam Pasal 58 Undang-

  • Pengertian Puskesmas
  • Pengertian Pelayanan Kefarmasian
  • Pengertian Standar Pelayanan Kefarmasian
  • Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas

Menurut Pasal 1 Ayat 3 PERMENKES Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas setempat, pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan mencapai hasil nyata untuk meningkatkan mutu pelayanan. hidup sabar. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 2 PERMENKES Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Daerah, standar pelayanan kefarmasian merupakan tolak ukur yang dijadikan pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasian.

Sediaan Farmasi Menurut PERMENKES No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas

Pengertian Sediaan Farmasi

Pengertian Obat Kadaluwarsa

Teori-Teori Tanggung Jawab Dan Kerugian

  • Tanggung Jawab Secara Umum
  • Tanggung Jawab Hukum
  • Tanggung Jawab Hukum Menurut Hukum Perdata
  • Tanggung Jawab Dan Ganti Kerugian Menurut Perlindungan Konsumen
  • Tanggung Jawab Produsen Sebagai Pelaku Usaha
  • Subjek Hukum

Prinsip ini berasumsi bahwa pelaku usaha dan konsumen merupakan dua pihak yang sangat setara, sehingga konsumen tidak memerlukan perlindungan. Hal ini mungkin disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan konsumen atau kurangnya keterbukaan di kalangan pelaku usaha terhadap produk yang ditawarkannya. Dengan demikian, apabila konsumen mengalami kerugian, maka pelaku usaha dapat berdalih bahwa kerugian tersebut merupakan akibat dari kelalaian konsumen itu sendiri.

Doktrin ini menyatakan bahwa pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam memasarkan produknya, baik barang maupun jasa. Dalam hal terdapat hubungan kontraktual antara pelaku usaha (barang atau jasa) dengan konsumen, maka tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada Kontraktual. Dalam hal tidak terjadi perjanjian (no privity of contract) antara pelaku usaha dengan konsumen, maka tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada Product Liability, yaitu tanggung jawab perdata langsung (Strict Liability) pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen. . karena konsumsi barang yang dihasilkannya.

Dalam hal tidak terdapat hubungan kontraktual antara pelaku usaha dengan konsumen, namun kinerja penyedia jasa tidak terukur sehingga terdapat kewajiban upaya terbaik, maka tanggung jawab berada pada pelaku usaha. Professional Liability, yang menggunakan tanggung jawab hukum langsung (Strict Liability) pelaku usaha atas kerugian yang diderita konsumen akibat penggunaan jasa yang diberikannya. Sebaliknya, dalam hal terdapat hubungan kontraktual antara pelaku usaha dengan konsumen, dan kinerja penyedia jasa dapat diukur sehingga terdapat kesepakatan hasil (resultant obligat), maka tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada tentang Tanggung Jawab Profesional, yang menggunakan tanggung jawab perdata berdasarkan perjanjian (Contractual Liability) pelaku usaha atas kerugian yang diderita konsumen akibat penggunaan jasa yang diberikannya.

Mengenai hubungan antara badan usaha dengan negara dalam menjaga keselamatan dan keamanan masyarakat, tanggung jawab badan usaha didasarkan pada pertanggungjawaban pidana, yaitu pertanggungjawaban pidana badan usaha karena mengganggu keselamatan dan keamanan masyarakat (konsumen). Asas tanggung jawab dengan batasan (Limitation of Liability), dengan asas tanggung jawab ini, badan usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausul-klausul yang merugikan konsumen, termasuk pembatasan tanggung jawab maksimal. Tanggung jawab badan usaha atas kerugian konsumen dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen diatur secara khusus pada BAB VI mulai Pasal 19 sampai dengan Pasal 28, dengan memperhatikan isi Pasal 19 ayat 1 angka 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen sudah jelas tanggung jawab pelaku usaha. termasuk:

Berdasarkan hal tersebut, adanya barang dan/atau jasa yang cacat bukan menjadi satu-satunya dasar pertanggungjawaban pelaku usaha. Jika alat perekam yang dibeli ternyata rusak, pihak produsen akan menggantinya dengan alat perekam yang lain. Dengan sistem pelayanan kesehatan, hal ini berarti produsen-pelaku usaha memberikan penggantian kepada konsumen atas biaya perawatan yang telah atau akan dikeluarkan karena menderita sakit akibat penggunaan atau.

Memberikan santunan adalah memberikan sejumlah uang kepada konsumen atau ahli warisnya apabila konsumen tersebut menjadi cacat atau meninggal dunia akibat menggunakan atau mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang disediakan oleh pelaku usaha produsen.39. Oleh karena itu, produsen dan pelaku usaha mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan kewajiban tersebut, yaitu melalui penerapan standar hukum, kepatuhan dan penegakan adat istiadat yang berlaku dalam dunia usaha.

Pengertian Konsumen

Menurut Ridwan, badan hukum adalah segala sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban dalam bertransaksi hukum. Yang dimaksud dengan badan hukum meliputi: orang (naturlijke person) dan badan hukum (rechtperson), misalnya PT. Perseroan Terbatas), PN (badan usaha milik negara), yayasan, instansi pemerintah, dan lain-lain.42. Misalnya dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 Angka 2 yaitu konsumen adalah setiap orang yang menggunakan barang dan/atau jasa yang tersedia pada perusahaan, baik untuk kepentingan dirinya sendiri, keluarganya, orang lain, atau makhluk hidup lain. dan bukan untuk diperdagangkan.46 .

Hak-Hak Konsumen

Hak untuk mendapatkan pampasan, ganti rugi dan/atau penggantian jika barangan dan/atau perkhidmatan yang diterima tidak mengikut perjanjian atau tidak memuaskan; Dan.

Kewajiban Konsumen

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang Berdasarkan ketentuan yang telah diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, bahwa setiap penyelenggara pelayanan publik, baik yang

60 SUMBER PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Undang-Undang Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pendayagunaan Aparatur