Universitas Muhammadiyah Riau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Definisi Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).
Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, dalam Kurniawan, 2001: 53)
Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti „tanda‟ atau „sign‟ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.
Menurut Umberto Eco (Alex Sobur, 2003 : 74) semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Menurut Eco, ada sembilan belas bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian untuk semiotik, yaitu semiotik binatang, semiotik tanda-tanda bauan, komunikasi rabaan, kode-kode cecapan, paralinguistik, semiotik medis, kinesik dan proksemik, kode-kode musik, bahasa yang diformalkan, bahasa tertulis, alfabet tak dikenal, kode rahasia, bahasa alam, komunikasi visual, sistem objek, dan sebagainya Semiotika di bidang komunikasi pun juga tidak terbatas, misalnya saja bisa mengambil objek penelitian, seperti pemberitaan di media massa,
Universitas Muhammadiyah Riau
komunikasi periklanan, tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra sampai kepada musik.
2.1.2 Makna
Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan (Sobur, 2004:255).
Orang-orang sering menggunakan istiah pesan dan makna secara bergantian. Akan tetapi, ini tidaklah benar jika dilihat dari sudut semantik. Dapat dikatakan, pesan itu tidak sama dengan makna. Pesan bisa memiliki lebih dari satu makna, dan beberapa pesan bisa memiliki satu makna.
Secara semiotika, pesan adalah penanda; dan maknanya adalah petanda. Pesan adalah sesuatu yang dikirimkan secara fisik dari satu sumber ke penerimanya. Sedangkan makna dari pesan yang dikirimkan hanya bisa ditentukan dalam kerangka-kerangka makna lainnya. Tak perlu lagi kiranya dijelaskan bahwa hal ini juga akan menghasilkan pelbagai masalah interpretasi dan pemahaman (Danesi, 2010:22).
2.1.3 Lirik
Permainan bahasa ini dapat berupa permainan vokal, gaya bahasa maupun penyimpangan makna kata dan diperkuat dengan penggunaan melodi dan notasi musik yang disesuaikan dengan lirik lagunya sehingga pendengar semakin terbawa dengan apa yang dipikirkan pengarangnya (Awe, 2003:51). Definisi lirik atau syair lagu dapat dianggap sebagai puisi begitu pula sebaliknya. Hal serupa juga dikatakan oleh Jan van Luxemburg (1989) yaitu definisi mengenai teks- teks puisi tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra melainkan juga ungkapan yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyan-semboyan politik, syair-syair lagu pop dan doa-doa. Bisa diartikan sebagai berikut, yang berkenaan dengan lirik lagu adalah sesuatu yang paling umum, namun sempurna dan modern; selain itu yang paling sederhana namun sangat emosional, itu semua karena diekspresikan secara mendalam oleh penulis (penyair atau dalam hal ini penulis lirik) seperti halnya sajak.
Dapat diartikan lirik, membangun persepsi serta menggambarkan sesuatu yang kemudian diperkaya akan perasaan, kekuatan imaji, serta kesan keindahan. Dalam membuat lirik lagu
Universitas Muhammadiyah Riau
terkait dengan bahasa, dan bahasa terkait dengan sastra. Karena kata- kata (lirik lagu) yang dibuat oleh pencipta lagu tidak semua dapat dimengerti oleh khalayak, karena itulah memerlukan suatu penelitian tentang isi lirik lagu tersebut. Penentuan bahasa yang digunakan juga tergantung pada individual yang menciptakan lirik lagu, karena belum ada ketentuan bahasa dalam membuat sebuah lirik lagu tetapi lirik yang dibuat dapat dipertanggung jawabkan isinya. Sedangkan tiap lirik yang dibuat oleh pencipta lagu pasti memiliki makna tersendiri yang ingin disampaikan kepada pendengarnya.
Definisi lirik sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi. Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa lirik merupakan bagian dari lagu dan merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis lagu. Dan lirik juga bisa dikategorikan kedalam seni sastra karena merupakan sebuah puisi. Lirik lagu merupakan simbol verbal yang diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk yang tahu bagaimana harus bereaksi, tidak hanya terhadap lingkungan fisiknya, namun juga pada simbol-simbol yang dibuatnya sendiri. (Rivers, 2003:28). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa lirik merupakan reaksi simbolik dari manusia yang merupakan respon dari segala sesuatu yang terjadi dan dirasakan oleh lingkungan fisiknya (yang dipengaruhi oleh akal sehat dan rasionalitas).
2.1.4 Musik
Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan telinga kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memberikan kedalaman dan memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford Ensiklopedi Pelajar, 2005 : 100) Bernstein & Picker (1972) mengatakan bahwa musik adalah suara-suara yang diorganisasikan dalam waktu dan memiliki nilai seni dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer kepada pendengarnya.
Pendapat lain dari Eagle mengatakan musik sebagai organisasi dari bunyi atau suara dan keadaan diam (sounds and silences) dalam alur waktu dan ruang tertentu. Musik adalah seni penataan bunyi secara cermat yang membentuk pola teratur dan merdu yang tercipta dari alat
Universitas Muhammadiyah Riau
musik atau suara manusia. Musik biasanya mengandung unsur ritme, melodi, harmoni, dan warna bunyi (Syukur, 2005 :24).
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa musik adalah bunyi yang diatur menjadi sebuah pola yang tersusun dari bunyi atau suara dan keadaan diam (sounds and silences) dalam alur waktu dan ruang tertentu dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal yang berkesinambungan sehingga mengandung ritme, melodi, warna bunyi, dan keharmonisan yang biasanya dihasilkan oleh alat musik atau suara manusia yang dapat menyenangkan telinga dan mengekspresikan ide, perasaan, emosi atau suasana hati.
Musik sangat berpengaruh bagi manusia, karena musik bagi manusia merupakan hiburan menyenangkan yang sanggup mempengaruhi jiwa manusia, seperti halnya yang terjadi pada berbagai jenis tarian, pembentukan watak manusia, seperti yang dapat terjadi pada kaum muda yang dididik lebih tangkas berdasarkan gerakan- gerakan badan yang harmonis pada tarian-tarian dan gymnastic yang diiringi dengan musik, pengisi waktu yang bermanfaat, bahkan menjadi alat untuk mencapai kemajuan dan kebahagiaan rohani pada manusia.
2.1.5 Mitos
Mitos dari Barthes mempunyai makna yang berbeda dengan konsep mitos dalam arti umum. Sebaliknya dari konsep mitos tradisional, mitos dari Barthes memaparkan fakta. Barthes menyatakan bahwa tulisan-tulisannya dalam buku ini merupakan sejumlah esai tentang topik-topik masa itu yang dia tulis setiap bulan untuk sejumlah media massa.
Topik-topik yang menarik perhatiannya ini, tidak lain merupakan refleksi atas mitos-mitos baru masyarakat Prancis kontemporer. Lewat berbagai analisisnya tentang peristiwa-peristiwa yang ditemuinya dalam artikel surat kabar, fotografi dalam majalah mingguan, film, pertunjukan, ataupun pameran, Barthes mengungkapkan sejumlah mitos-mitos modern yang tersembunyi di balik semua hal itu. Mitos inilah yang oleh Barthes disebut sebagai second order semiotic system, yang harus diungkap signifikansinya. Mitos merupakan salah satu type of speech. Jabarannya mengenai konsep mitos-mitos masa kini sebagai kajian sistem tanda dibicarakan pada subbab yang kedua yang berjudul “Myth Today”.
Universitas Muhammadiyah Riau
2.1.6 Komunikasi Verbal
Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mengintepretasikan berbagai aspek realitas individual kita.
Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang mewakili kata-kata itu. (Mulyana, 2001:.237- 238)
Fungsi bahasa Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi : penamaan (naming atau labeling), interaksi dan transmisi informasi. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek dan peristiwa. Book mengemukakan, agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu : untuk mengenal dunia di sekitar kita ; berhubungan dengan orang lain ; dan untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.
Bahasa sebagai suatu sistem simbol bahasa dapat dibayangkan sebagai kode atau sistem simbol, yang kita gunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal. Karakteristik bahasa adalah :
1. Produktivitas 2. Pengalihan 3. Penyelapan cepat 4. Kebebasan makna 5. Transmisi Budaya 2.1.7 Komunikasi Nonverbal
Definisi harfiah komunikasi nonverbal yaitu komunikasi tanpa kata-kata. (Tubbs, 1996:.112) Komunikasi nonverbal dapat menjelaskan sejumlah fungsi penting. Enam fungsi utama adalah : (Devito, 1997:.178) :
1. Untuk menekankan.
2. Untuk melengkapi (complement).
3. Untuk menunjukan kontradiksi.
4. Untuk mengatur.
5. Untuk mengulangi.
6. Untuk menggantikan.
Universitas Muhammadiyah Riau
2.1.8 Studi Semiotika
Studi semiotika adalah disiplin ilmu yang mempelajari makna dari tanda-tanda. Teori Semiologi yang juga disebut Semiotik mempunyai dua pengertian mendasar. Pertama semiologi signifikansi dan yang kedua semiologi komunikasi atau semiologi pragmatic.
Semiologi signifikansi adalah alat tafsir yang digunakan oleh masyarakat untuk memberi makna pada tanda-tanda. Sedangkan semiologi komunikasi juga alat tafsir yang digunakan oleh masyarakat untuk memberi makna pada tanda-tanda, tetapi mengkhususkan mengkaji makna-makna pesan yang disampaikan komunikator dalam proses komunikasi, jadi tanda mempunyai maksud tertentu yaitu pesan komunikator kepada komunikan, khalayak atau publik.
Studi bahasa telah dipengaruhi oleh semiotik dan sebaliknya,keduanya saling berinteraksi dan memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi keduanya. Bahasa oleh Saussure dipandang sebagai sistem terstruktur yang mempresentasikan realitas. Ia mengarahkan bahwa kajian-kajian mengenai bentuk, bunyi dan tata bahasa menjadi sangat penting dalam kajian atau studi-studi bahasa.
2.1.9 Semiotika Menurut Roland Barthes
Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco dalam Sobur, 2004:95). Morris (dalam Trabaut, 1996: 2) mengatakan semiotik adalah ilmu mengenai tanda, baik bersifat manusiawi maupun hewani, berhubungan dengan suatu bahasa tertentu apa tidak, mengandung unsur kebenaran atau kekeliruan, bersifat sesuai atau tidak sesuai, bersifat wajar atau mengandung unsur yang dibuat-buat. Tradisi semiotik memfokuskan pada tanda-tanda dan simbol-simbol. ”
Menurut Littlejohn(2005:35) semiotik adalah sebuah stimulus yang menandakan sesuatu di luar tanda itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa analisis semiotik merupakan cara untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks” (Pawito, 2008: 155).
Universitas Muhammadiyah Riau
Kajian semiotik sampai sekarang telah membedakan dua jenis semiotika, yaitu semiotik komunikasi dan semiotik signifikasi (Sobur, 2006: 15). Yang pertama menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi dan acuan (hal yang dibicarakan). Yang kedua memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dari pada proses komunikasinya. Pada jenis yang kedua, tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Sebaliknya yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasinya. Hegel (Trabaut, 1996: 9) mengakui bahwa proses komunikasi terjadi dengan bantuan tanda (berbicara dan bahasa) dan melihatnya bersama-sama dengan karya yang bersifat materiil sebagai suatu jenis pemuasan kebutuhan dalam bermasyarakat.
Sobur(2013:63)mengatakan Roland Barthes dikenal sebagai salah satu pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Roland Gerard Barthes dilahirkan pada 12 November 1915 di Cherbourg, Perancis, dari pasangan Louis Barthes dan Henriette Binger. Ayahnya, Louis Barthes, adalah seorang perwira angkatan laut yang gugur dalam Perang Dunia I tepat sebelum ulang tahun pertama Barthes. Hari-hari semasa kecilnya dihabiskan bersama ibu, neneknya (Berthe Bhartes), serta bibinya Alice; seorang guru piano yang menginspirasi Barthes untuk mencintai musik. Berdasarkan semiotika yang dikembangkan Saussure, Barthes mengembangkan tiga sistem denotasi, konotasi dan mitos
Semiotika konotasi, yaitu yang mempelajari makna konotasi dari tanda. Dalam hubungan antarmanusia, sering terjadi tanda yang diberikan seseorang dipahami secara berbeda oleh penerimanya.
Semiotika konotatif sangat berkembang dalam pengkajian karya sastra.
Tokoh utamanya adalah Roland Barthes, yang menekuni makna kedua di balik bentuk tertentu.
Semiotik, atau dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Universitas Muhammadiyah Riau
Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktivan pembaca agar dapat berfungsi.
Barthes secara lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. sistem ke-sdua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama.
Pada bagian pertama buku Mythologies, Barthes mengungkapkan topik-topik kontemporer semacam dunia gulat, romantisme dalam film, anggur dan susu, irisan steak, wajah Garbo, otak Einstein, manusia Jet, masakan ornamental, novel dan anak-anak, mainan (toys), mobil Citroën, plastik, fotografi, tarian striptease, dan topik-topik pop lainnya. Sebagaimana dinyatakan dalam pengantarnya pada cetakan pertama (1957), Barthes menyatakan bahwa tulisan-tulisannya dalam buku ini merupakan sejumlah esai tentang topik-topik masa itu yang dia tulis setiap bulan untuk sejumlah media massa.
Topik-topik yang menarik perhatiannya ini, tidak lain merupakan refleksi atas mitos-mitos baru masyarakat Prancis kontemporer. Lewat berbagai analisisnya tentang peristiwa-peristiwa yang ditemuinya dalam artikel surat kabar, fotografi dalam majalah mingguan, film, pertunjukan, ataupun pameran, Barthes mengungkapkan sejumlah mitos-mitos modern yang tersembunyi di balik semua hal itu. Mitos inilah yang oleh Barthes disebut sebagai second order semiotic system, yang harus diungkap signifikansinya. Mitos merupakan salah satu type of speech. Jabarannya mengenai konsep mitos-mitos masa kini sebagai kajian sistem tanda dibicarakan pada subbab yang kedua yang berjudul “Myth Today”.
2.2 Penelitian Terdahulu N
o
Penulis Judul Metodologi Hasil
1 Aldiano Agusta Pemaknaan Lirik Kualitatif Memiliki arti
Universitas Muhammadiyah Riau
Walad Lagu Imagine
(Studi Analisis Semiotika Pemaknaan Lirik Lagu Imagine yang Dipopulerkan Oleh John Lennon)
yang sangat kuat dalam menolak keras
peperangan antara Amerika kepada Negara Vietnam. Tidak hanya untuk menyindir peperangan pada saat itu saja, tetapi lagu ini untuk
perdamaian kepada Negara – Negara lainnya yang pada saat itu sedang berperang mendapatkan suatu kejayaan
2 M.Imron Semiotika dalam
lirik lagu Arab Kun Anta yang
dipopulerkan oleh Hummod Al- Khunder
Kualitatif Lagu ini mengajarkan kita untuk mensyukuri apa yang kita punya, merasa cukup dengan apa yang kita punya tanpa harus merasa iri kepada orang lain. Rasa minder dapat dipatahkan oleh diri kita sendiri apabila kita
Universitas Muhammadiyah Riau
merasa yakin untuk menjadi diri sendiri tanpa takut terhadap orang lain.
Karena rasa cantik dalam diri muncul setelah kepercayan diri yang penuh dan hati yang mantap.
3 Syarif Fitri Analisa Semiotik Makna Motivasi Lirik Lagu “Cerita Tentang Gunung Dan Laut” Karya Payung Teduh
Kualitatif Dalam bait pertama makna yang terkandung adalah manusia pasti mencari kesenangan namun tidak selalu
kesenangan itu datang sekalipun manusia berada ditempat yang tepat. Dalam bait kedua makna yang terkandung adalah manusia mencari
kesenangan di tempat yang tidak
semestinya.
Walaupun memberikan
Universitas Muhammadiyah Riau
kesenangan namun hal itu dapat
menimbulkan masalah baru.
Dalam bait ketiga adalah janganlah melakukan hal yang sia-sia. Hal ini ditunjukan dengan kalimat
“Tak perlu tertawa atau menangis Pada gunung dan laut Karena gunung dan laut Tak punya rasa.”
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3 Kerangka pemikiran
Lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (content) di dalam sebuah tanda terhadap realitas external. Itu yang disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda (sign). Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan
Universitas Muhammadiyah Riau
atau emosi dari pembaca serta nilai – nilai dari kebudayaan. Konotasi mempunyai makna yang aubjektif atau paling tidak intersubjektif.
Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan makna konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya. Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif sehinga kehadirannya tidak disadari. Pembaca mudah sekali membaca makna konotatif sebagai fakta denotatif. Karena itu, salah satu tujuan analisis semiotika adalah untuk menyediakan metode analisis dan kerangka berfikir dan mengatasi terjadinya salah baca (misreading) dan salah dalam mengartikan makna suatu tanda (Seto, 2011:17).
Studi analisis yang dilakukan oleh peneliti mengacu pada semiotika Roland Barthes, dimana mengupas makna dibalik tanda setiap lirik dalam lagu tersebut dengan peta tanda Roland Barthes. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif interpretatif dengan menggunakan analisis semiologi dengan pendekatan semiotik berdasarkan konsep signifikasi tiga tahap Roland Barthes.