• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Teori PAUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Teori PAUD"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

Secara hukum, istilah anak usia dini di Indonesia mengacu pada anak sejak lahir hingga usia enam tahun. Pasal 28 tentang pendidikan prasekolah lebih lanjut menyatakan bahwa “(1) Pendidikan prasekolah diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidikan prasekolah dapat diselenggarakan melalui jalur formal, nonformal, dan/atau informal. (3) Pendidikan Anak Usia Dini, jalur pendidikan formal: TK, RA atau bentuk lain yang sejenis, (4) Pendidikan Anak Usia Dini, jalur pendidikan nonformal: KB, TPA atau bentuk lain yang sejenis, (5) Pendidikan Anak Usia Dini jalur informal: keluarga pendidikan atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah”. Permainan imitasi, imajinatif dan dramatis diperlukan untuk tumbuh kembang anak usia 4-6 tahun (Cahyaningsih, 2011.

Mengingat pendidikan seks pada anak usia dini saat ini sudah mendesak, maka implementasinya harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk formal, informal, maupun nonformal, meskipun dalam kadar tertentu sesuai dengan usia anak. Cara mengajarkan hal ini setelah anak berusia di atas satu tahun: Di bawah ini adalah salah satu cara mengenalkan seks pada anak kecil. Weerakon dalam Radian Nyi Sukmasari, 2014 merinci tahapan pembelajaran tentang seks pada anak usia dini.

Selain itu, setiap masa dan usia anak usia dini mempunyai kesiapan mental yang berbeda-beda, sehingga materi yang disampaikan berbeda-beda tergantung kemampuan dan tingkat pemahamannya tentang pendidikan seks.

Tabel 2.1 Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini Berdasarkan Taksonomi Bloom  Aspek Pengembangan
Tabel 2.1 Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini Berdasarkan Taksonomi Bloom Aspek Pengembangan

Metode-metode dalam Pendidikan 1. Metode Internal Materi

Metode Eksternal Materi

Perwujudan proses pendidikan tentu saja tidak cukup dengan memahami materi saja, namun yang terpenting dan hakikat penyelenggaraan pendidikan adalah demonstrasi dan transformasi dalam kehidupan nyata. Keteladanan merupakan unsur utama dalam pendidikan, karena pendidikan tidak sebatas penyampaian materi saja, namun membangun karakter dalam jiwa setiap peserta didik, oleh karena itu pendidik mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap peserta didik agar tingkah laku dan tindakannya dapat diteladani dan diikuti. Metode bercerita dinilai efektif dan mempunyai daya tarik yang kuat sesuai dengan fitrah manusia yang menyukai cerita, oleh karena itu Islam mengeksplorasi cerita sebagai salah satu teknik dalam pendidikan.

Menjadikan suatu metode pendidikan memang sangat mudah, dalam kebiasaan tersebut siswa tidak dituntut untuk segera memperoleh materi dan mengaplikasikannya, sebenarnya untuk memahaminya sangat mudah namun dalam prakteknya cukup sulit untuk diwujudkan, sehingga perlu sebuah proses. untuk mencapainya. , yaitu melalui kepunahan.

Konsep Edutainment 1. Pengertian Edutainment

Muatan Edutainment a. Pendidikan/education

Perilaku siswa terdiri dari dua aspek, yaitu aspek objektif dan aspek subjektif perilaku. Pendidikan dan pengajaran memerlukan perilaku yang mempunyai ciri-ciri seperti perkembangan yang terus-menerus sepanjang hidup, pola organisasi kepribadian yang berbeda-beda pada setiap orang dan unik, serta kepribadian yang bersifat dinamis dan terus-menerus berubah dengan cara tertentu. Menurut Imam Barnadib (2002:25), pengertian pendidikan adalah fenomena utama dalam kehidupan manusia dimana orang yang matang membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik menjadi orang yang dewasa.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan diberikan untuk mengembangkan tingkah laku untuk mengubah tingkah laku peserta didik. Pengajaran yang efektif dapat diberikan oleh orang dewasa dimana mereka berperan dalam pertumbuhan, perkembangan/perubahan perilaku siswa dengan tujuan agar siswa dapat terus berkembang secara berkelanjutan dengan memiliki teladan. Menurutnya, peran hiburan dalam proses pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu kekuatan yang dapat memotivasi seseorang untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa anak lebih cenderung memilih kegiatan yang mengandung hiburan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika para ahli teori pendidikan modern lebih banyak menggunakan metode humanistik dan mengutamakan kesenangan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan dikemas dalam suasana bermain dan bereksperimen sehingga pembelajaran tidak lagi membosankan, melainkan menjadi ruang bermain yang mendidik dan menyenangkan bagi siswa.

Munculnya konsep edutainment yang mengupayakan proses pembelajaran yang merangsang dan menyenangkan, menimbulkan asumsi bahwa perasaan positif yaitu kegembiraan akan mempercepat pembelajaran. Dalam hal ini, edutainment berupaya untuk menjamin pembelajaran berlangsung dalam suasana yang merangsang dan menyenangkan. Apabila pembelajaran disertai dengan kondisi yang menyenangkan dan menyenangkan, maka tingkat konsentrasi siswa dengan sendirinya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang berlangsung keras dan menegangkan. Dengan pembelajaran yang menyenangkan ini, kami berharap penyerapan materi yang disampaikan dapat lebih baik. seoptimal mungkin agar lebih efektif dan efisien.

Teori Sikap

  • Pengertian Sikap
  • Komponen Sikap
  • Ciri- Ciri Sikap
  • Fungsi Sikap
  • Pembentukan dan Perubahan Sikap
  • Cara Pengukuran Sikap

Hal ini ditegaskan oleh Kartini (1987). Sikap dapat dikatakan sebagai kecenderungan untuk bereaksi, baik secara positif maupun negatif, terhadap orang, objek, atau situasi tertentu. Berdasarkan apa yang telah kita lihat maka terbentuklah suatu gagasan atau konsep tentang sifat umum atau ciri-ciri suatu benda. Respon emosional ditentukan oleh keyakinan atau apa yang kita yakini benar mengenai objek yang bersangkutan.

Menurut Gerungan, interaksi sosial di dalam ingroup dan outgroup dapat mengubah sikap atau membentuk sikap baru. Secara lebih kompleks, menurut Bimo Walgito dalam Santosa (2013:2), terbentuknya sikap dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, berupa faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal yang dapat berupa situasi. . yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat dan hambatan-hambatan atau pendorong yang ada. Perubahan sikap selain perubahan komponen akan lebih tepat kaitannya dengan fungsi sikap, sehingga arah perubahan sikap yang berkaitan dengan perilaku akan lebih jelas, Menurut Rosenberg dalam Walgito (2011:68).

Cara penskalaan pernyataan sikap ini adalah dengan pendekatan stimulus, artinya penskalaan pada pendekatan ini bertujuan untuk menempatkan stimulus atau pernyataan sikap tersebut pada suatu kontinum psikologis yang akan menunjukkan derajat disukai atau tidaknya pernyataan tersebut dalam kata-kata. Dengan cara ini perlu ditentukan keberadaan sekelompok orang yang akan bertindak sebagai panel evaluasi. (Panel Percobaan). Kotak dengan huruf A di sebelah kiri merupakan tempat untuk meletakkan pernyataan posisi yang mempunyai dampak yang paling tidak menguntungkan. Sebaliknya, kotak yang berhuruf K merupakan tempat menaruh pernyataan-pernyataan kurang baik dan kotak F merupakan tempat menaruh sikap-sikap yang dianggap netral.

Kriteria item yang baik adalah pernyataan yang mempunyai nilai Q yang kecil dan nilai S yang berbeda, sehingga skala sikap terdiri dari tingkat nilai S yang berbeda-beda dengan perbedaan yang kurang lebih sama antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain. Untuk menentukan skor sikap responden, pemeriksa hanya memperhatikan pernyataan yang disetujui oleh responden. Nilai skala dari seluruh pernyataan yang disetujui responden kemudian dijadikan dasar penilaian, dengan cara menghitung median atau rata-rata dari nilai skala tersebut.

Oleh karena itu, skor sikap responden yang mendekati angka 11 menunjukkan sikap positif, sedangkan skor yang mendekati 1 menunjukkan sikap negatif, dan skor sekitar 6 menunjukkan sikap netral. Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skala.

Definisi Melindungi Diri

Perlu diingat juga bahwa perhitungan nilai 𝑋̅dan s tidak dilakukan pada pendistribusian total skor responden yaitu poin sikap responden untuk keseluruhan pernyataan (Azwar S, 2011). Skor T tidak bergantung pada jumlah pernyataan, melainkan pada mean dan deviasi standar skor kelompok. Jika T-score yang diperoleh lebih besar dari nilai mean, maka sikap cenderung lebih baik atau positif.

Sebaliknya jika T-score yang diperoleh kurang dari nilai rata-rata, maka umumnya sikap tersebut kurang baik atau negatif (Azwar S, 2011). Banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi pada anak di bawah usia 18 tahun, khususnya siswa sekolah dasar, mendorong semua pihak untuk melakukan pencegahan kekerasan seksual terhadap anak, menurut Andri (Kompas, 13 Oktober 2015). Masyarakat dapat melakukan intervensi jika melihat adanya kejadian kekerasan anak di wilayahnya, yaitu dengan melaporkan dugaan kasus kekerasan anak kepada polisi atau lembaga perlindungan anak seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Orang tua dan guru dapat membantu mendidik anak untuk: 1) menghargai diri sendiri dan melindungi tubuhnya dengan cara: tidak mengenakan pakaian minim di tempat umum, tidak memperlihatkan bagian tubuh tertentu, atau membiarkan orang lain menyentuh bagian tubuh tertentu. atau melihat jenazah kecuali untuk keperluan tertentu (misalnya pemeriksaan oleh dokter, diketahui orang tua).

Pengaruh Edutaintment Terhadap Sikap

Suatu respon hanya akan terjadi jika individu dihadapkan pada suatu gejala yang memerlukan terjadinya respon individu. Respons evaluatif didasarkan pada proses evaluasi dalam diri individu yang akan memberikan kesimpulan nilai berupa baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian membentuk potensi respons terhadap suatu objek sikap. Dengan adanya respon evaluatif maka akan lebih dekat pada operasionalisasi sikap, kaitannya dengan penyusunan alat verbal yang nantinya dapat mengklasifikasikan respon evaluatif seseorang terhadap suatu hal.

Hubungan tersebut terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Berdasarkan apa yang dilihat maka terbentuklah gagasan atau gagasan tentang sifat atau ciri-ciri umum benda tersebut. Dengan terbentuknya keyakinan ini maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkan dari suatu objek tertentu.

Pengalaman pribadi, apa yang dikatakan orang lain kepada kita, dan kebutuhan emosional kita sendiri merupakan faktor penentu utama dalam pembentukan kepercayaan. Artinya, bagaimana seseorang akan berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap rangsangan tertentu akan sangat ditentukan oleh bagaimana keyakinan dan perasaannya terhadap rangsangan tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asal muasal konsep edutainment yang menghendaki proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, beranggapan bahwa perasaan positif yaitu senang/bersemangat akan mempercepat pembelajaran.

Pembelajaran yang dilakukan dikatakan mempengaruhi sikap, dimana pembentukan sikap dipengaruhi oleh tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Komponen kognitif yang berupa apa yang diyakini oleh subjek yang memegang sikap, yaitu enacted learning, dikatakan membentuk keyakinan-keyakinan baru sehingga dapat mempengaruhi sikap individu, dalam hal ini sikap perlindungan diri. . Oleh karena itu, edutainment berupaya untuk menjamin pembelajaran berlangsung dalam suasana yang merangsang dan menyenangkan.

Kerangka Konsep Penelitian

Hipotesis Penelitian

Referensi

Dokumen terkait