• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Poltekkes Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Poltekkes Malang"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Defisiensi Energi Protein (PEM) adalah suatu keadaan gizi buruk yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan/atau kelainan penyakit tertentu. Stunting pada masa kanak-kanak atau perawakan pendek merupakan akibat dari kekurangan gizi kronis atau stunting di masa lalu dan digunakan sebagai indikator kekurangan gizi jangka panjang pada anak. WHO menggambarkan stunting sebagai kegagalan mencapai pertumbuhan linier yang disebabkan oleh kondisi kesehatan yang tidak optimal atau kekurangan gizi.

Tingginya angka stunting pada anak-anak di negara berkembang dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi yang buruk, peningkatan faktor risiko dan paparan penyakit sejak usia dini, serta pola pengasuhan/pemberian makan yang tidak tepat (WHO, 2013. Stunting terutama disebabkan oleh masalah kekurangan gizi, yang bersumber dari permasalahan kemiskinan, politik, budaya dan kedudukan perempuan dalam masyarakat.Jika asupan gizi pada masa ini tercukupi, besar kemungkinan stunting pada anak dapat dicegah.

Selain asupan gizi yang buruk, terhambatnya pertumbuhan juga bisa disebabkan oleh penyakit infeksi berulang pada anak. Sedangkan hasil penelitian Al-Ansori (2013) menunjukkan bahwa faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12 hingga 24 bulan adalah sebagai berikut: Prevalensi stunting tinggi pada anak usia 24-59 bulan, yaitu sebesar 50% dibandingkan anak usia 24-59 bulan. umur 0-23 bulan yaitu sebesar 24%.

Pengetahuan merupakan hasil mengetahui, dan hal ini terjadi setelah manusia mempersepsikan suatu objek tertentu.

Kalsium

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan berperan penting dalam menjaga fungsi tubuh, seperti fungsi seluler, jaringan, organik, dan tubuh secara umum. Kalsium, fosfor dan magnesium merupakan bagian dari tulang, zat besi dan hemoglobin pada sel darah merah serta yodium dari hormon tiroksin. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg per hari, sedangkan mineral mikro yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kurang dari 100 mg per hari.

Kalsium hanya dapat diserap jika berada dalam bentuk yang larut dalam air dan tidak diendapkan oleh unsur makanan lain, seperti oksalat. Kehilangan kalsium juga terjadi melalui keluarnya cairan yang masuk ke saluran pencernaan, dan melalui keringat (Almatsier, 2009). 20 Pembentukan gigi, mineral penyusun dentin dan email penyusun gigi bagian tengah dan luar sama dengan mineral penyusun tulang.

Sereal, kacang-kacangan dan polong-polongan, tahu dan tempe, serta sayuran hijau juga merupakan sumber kalsium yang baik, namun makanan tersebut banyak mengandung zat penghambat kalsium, seperti fitat dan oksalat. Tetani terkadang terjadi pada bayi baru lahir yang diberi susu sapi yang memiliki rasio kalsium:fosfor rendah (Almatsier, 2009). Asam oksalat yang ditemukan dalam bayam, sayuran lain, dan kakao membentuk garam kalsium oksalat yang tidak.

Fe (Zat Besi) a. Pengertian Fe

Defisiensi Fe biasanya menyerang kelompok rentan, anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui, serta pekerja berpenghasilan rendah. Namun sejak 25 tahun terakhir, kekurangan Fe dapat mempengaruhi kualitas sumber daya yaitu kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Almatsier, 2009). Asam fitat dan serat biji-bijian serta asam oksalat pada sayuran dapat menyebabkan Fe sulit diserap.

Tannin, yang merupakan polifenol dan terdapat dalam teh, kopi dan beberapa jenis sayur-sayuran dan buah-buahan, juga menghalang mis. penyerapan.

Zinc

Di pankreas, seng digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang dilepaskan ke saluran pencernaan saat makan. Oleh karena itu, saluran pencernaan menerima zinc dari dua sumber, yaitu dari makanan dan dari cairan pencernaan yang berasal dari pankreas, yang disebut sirkulasi enteropankreatik. Penyerapan seng diatur oleh metallothionein yang disintesis di sel dinding saluran cerna, sebagian diubah menjadi metallothionein sebagai tempat penyimpanan, sehingga penyerapannya berkurang.

Sama halnya dengan zat besi, bentuk penyimpanan ini akan dikeluarkan bersama dengan sel-sel dinding usus halus yang umurnya 2-5 hari. 24 asam dan basa dengan membantu menghilangkan karbon dioksida dari jaringan dan mengangkut serta menghilangkan karbon dioksida dari paru-paru selama respirasi. Karena zinc berperan dalam berbagai reaksi, maka kekurangan zinc akan menimbulkan banyak dampak pada jaringan tubuh, terutama pada masa pertumbuhan.

Defisiensi zinc dapat terjadi pada kelompok rentan yaitu anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia. Fungsi pencernaan terganggu akibat gangguan fungsi pankreas, gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan saluran pencernaan. Kadar fitat dan serat yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya zinc. Kadar albumin plasma merupakan faktor utama dalam penyerapan seng.

Konseling Gizi

  • Pengertian Konseling Gizi
  • Tujuan Konseling Gizi
  • Tempat dan Waktu Konseling Gizi
  • Manfaat Konseling Gizi
  • Prinsip-prinsip Komunikasi dalam Konseling
  • Pengertian Status Gizi
  • Penilaian Status Gizi
  • Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Status gizi merupakan ukuran kondisi tubuh seseorang yang dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2009, dalam Sari, 2018). Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu.

Keadaan gizi buruk atau yang lebih sering disebut dengan gizi kurang merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dibandingkan energi yang digunakannya. 30 Status gizi lebih merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dibandingkan dengan jumlah energi yang dikonsumsi (Nix, 2005, dalam Sara, 2018). Penilaian status gizi merupakan interpretasi yang diperoleh dari data yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda-beda untuk mengetahui suatu populasi atau individu yang berisiko mengalami gizi buruk atau gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007, dalam Sara, 2018).

Antropometri merupakan suatu cara menilai keadaan gizi yang berkaitan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pemeriksaan klinis merupakan suatu cara untuk menilai keadaan gizi berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi, yang erat kaitannya dengan kekurangan atau kelebihan asupan gizi. Kajian ini sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat berdasarkan perubahan yang terjadi terkait kekurangan gizi.

Pemeriksaan biofisik merupakan penilaian status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan pada keadaan tertentu, misalnya rabun senja (Supariasa, 2002, dalam Sari, 2018). A). Survei konsumsi pangan merupakan penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi individu dan rumah tangga. Statistik vital adalah suatu metode penilaian status gizi melalui data statistik kesehatan yang berkaitan dengan gizi, seperti angka kematian menurut usia, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan dan angka penyakit menular terkait gizi buruk (Hartriyanti dan Triyanti, 2007, dalam Sari, 2018).

Penilaian status gizi menggunakan faktor ekologi, karena permasalahan gizi dapat terjadi akibat interaksi beberapa faktor ekologi seperti faktor biologis, faktor fisik dan lingkungan budaya. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan no. 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar antropometri untuk menilai status gizi anak adalah pengertian status gizi pendek dan sangat pendek berdasarkan panjang badan menurut umur (PB/U). ) atau indeks tinggi badan menurut usia (BTI). /U), yang setara dengan istilah stunting (rendah) dan stunting berat (sangat rendah). Keterlambatan tumbuh kembang dapat diketahui apabila telah diukur panjang atau tinggi badan balita kemudian dibandingkan dengan standar, dan hasilnya di bawah normal. Balita pendek adalah balita yang status gizinya berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya dibandingkan dengan skor WHO-MGRS (Multicentre Growth Referrence Study) tahun 2005 kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek bila dengan skor -skor kurang dari -3SD. .

Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi jumlah zat gizi yang dibutuhkan tubuh maka dapat mengakibatkan perubahan status gizi seseorang (Apriadji, 1986, dalam Sari, 2018). Pengetahuan gizi sangatlah penting, dengan pengetahuan tentang gizi seseorang dapat dengan mudah mengetahui status gizinya.

Tabel  1.  Kategori  Ambang  Batas  Status  Gizi  Anak  berdasarkan  Indeks TB/U
Tabel 1. Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak berdasarkan Indeks TB/U

Aplikasi “Anak Tumbuh Sehat”

Gambar

Tabel  1.  Kategori  Ambang  Batas  Status  Gizi  Anak  berdasarkan  Indeks TB/U

Referensi

Dokumen terkait

※Office Use Only APPLICATION FORM FOR ADMISSIONS Personal Details Family Name As it appears on your passport Given Names First Middle Family Name in Chinese Characters / Kanji