• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Smart Library UMRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Smart Library UMRI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

Carrying Idler berfungsi untuk menahan belt pada bagian yang dibebani atau sebagai katrol penopang belt yang dibebani material. Rakitannya hanya terdiri dari satu katrol pendukung dan berfungsi untuk menopang sabuk ke arah yang berlawanan. Idler guide, merupakan idler yang fungsinya menjaga kelurusan belt agar tidak bergerak (bergerak ke kanan/kiri), posisinya berada di pinggir belt.

Penyeimbang adalah engkol yang terhubung ke katrol pengambil yang memberikan/mempertahankan ketegangan sabuk. Katrol ekor yang terletak di bagian belakang sabuk konveyor menyebabkan sabuk konveyor berputar kembali ke katrol penggerak. Tail pulley dilengkapi dengan belt cleaner yang mencegah batubara masuk ke tail pulley.

Pemisah magnetik, suatu peralatan yang berfungsi untuk menarik logam campuran pada batubara dengan pengaruh gaya magnet. Stacker Reclaimer berfungsi untuk menata batubara (staking) di area coal yard dan mengumpulkan batubara (reclaiming) di coal yard untuk dikirim ke coal bunker. Gerbang Diverter berfungsi mengatur arah aliran batubara, baik yang terletak pada saluran dua arah maupun saluran tiga arah.

Pullcord Switch, merupakan alat pelindung belt conveyor yang berfungsi menghentikan conveyor jika dalam keadaan bahaya.

Gambar 2.2 Skema proses produksi listrik PLTU
Gambar 2.2 Skema proses produksi listrik PLTU

Spesifikasi Conveyor PLTU Tenayan

Pemeliharaan (Maintenance) .1 Definisi Pemeliharaan

Jenis Pemeliharaan

Breakdown maintenance dapat diartikan sebagai suatu kebijakan pemeliharaan dimana peralatan digunakan sampai menjadi rusak kemudian diperbaiki atau diganti. Kebijakan ini merupakan strategi yang kasar dan tidak baik karena dapat menimbulkan biaya tinggi, hilangnya peluang keuntungan bagi perusahaan karena mesin mati, keselamatan kerja tidak terjamin, kondisi mesin tidak diketahui dan tidak ada perencanaan waktu yang tepat. tenaga kerja atau biaya. Pemeliharaan terencana bertujuan untuk mencegah kerusakan dan pemeliharaan berlangsung secara periodik dalam jangka waktu tertentu.

Interval perawatan ditentukan berdasarkan pengalaman, data historis, atau rekomendasi pabrikan mesin. Predictive maintenance dapat diartikan sebagai strategi pemeliharaan yang pelaksanaannya didasarkan pada keadaan mesin itu sendiri. Pemeliharaan prediktif disebut juga condition-based maintenance atau pemantauan kondisi mesin, yang berarti menentukan kondisi mesin dengan cara melakukan pengecekan mesin secara berkala, sehingga dapat diketahui keandalan mesin dan menjamin keselamatan dalam bekerja.

Menurut Nachnuk dan Imron (2013), pemeliharaan korektif merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan pada peralatan sehingga peralatan tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik. Kegiatan pemeliharaan korektif meliputi kegiatan persiapan (preparation time) berupa penyiapan tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, perjalanan, pengujian alat dan perlengkapan, dan lain-lain.

Reliability Centered Maintenance (RCM)

  • Prinsip-Prinsip Reliability Centered Maintenance
  • Tujuan Reliability Centered Maintenance
  • Langkah-Langkah Penerapan RCM
  • Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi
  • Pendefinisian Batasan Sistem
  • Deskripsi Sistem dan Fuctional Block Diagram (FBD)
  • Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi
  • Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
  • Logic Tree Analysis (LTA)
  • Pemilihan Tindakan (Task Selection)

Sistem yang akan dianalisis, proses analisis RCM tingkat sistem akan memberikan informasi yang lebih jelas mengenai fungsi dan kegagalan komponen. Pengumpulan informasi berfungsi untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman lebih dalam mengenai sistem dan cara kerja sistem. Memiliki pengetahuan tentang apa yang harus dimasukkan dalam sistem dan apa yang tidak, sehingga fungsi-fungsi yang berpotensi penting tidak terabaikan.

Ketahui batasan sistem dan temukan faktor atau parameter yang masuk ke sistem serta faktor keluaran sistem. Gambaran umum batas-batas sistem, termasuk pendefinisian elemen setiap sistem dan batas fisik utama sistem. Fungsi sistem adalah kinerja yang diharapkan oleh sistem agar dapat berfungsi, sedangkan kegagalan fungsional adalah sistem yang tidak beroperasi sesuai dengan standar fungsional sistem.

FMEA merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengevaluasi desain sistem dengan mempertimbangkan berbagai mode kegagalan sistem yang terdiri dari komponen-komponen dan menganalisis pengaruhnya terhadap keandalan sistem. Pembuatan matriks ini menggambarkan hubungan antara kesalahan fungsional (baris) dan bagian-bagian mesin yang diteliti (kolom), yang akan menjadi dasar pembuatan tabel FMEA. Dengan membuat tabel FMEA maka dapat diketahui jenis kerusakan dan penyebab kerusakan pada bagian mesin yang diperiksa.

Data historis kerusakan peralatan dapat memberikan informasi mengenai modus kerusakan yang sebenarnya terjadi pada komponen melalui data historis. Tahap akhir dari proses FMEA adalah menentukan dampak modus kerusakan pada tiga tingkatan, yaitu kerusakan lokal, kerusakan sistem, dan kerusakan fasilitas. Redundansi berfungsi untuk mencegah kegagalan fungsional, jadi jika redundansi dapat menghilangkan mode kegagalan, prioritas analisis untuk mode kegagalan tersebut akan dihapus dari analisis dan dicatat dalam daftar Run to Failure (RTF).

Pada Tabel 2.2, kolom Equipment diisi dengan nama komponen, kolom Function diisi dengan fungsi komponen, kolom Function Failure diisi dengan kegagalan fungsi komponen, kolom Effect Failure diisi dengan akibat dari kegagalan komponen tersebut. Sedang Sedikit gangguan pada jalur produksi, Beberapa produk perlu dikerjakan ulang (tanpa penyortiran), Produk dapat berfungsi, namun beberapa item tambahan tidak dapat berfungsi. Logic Tree Analysis (LTA) dimaksudkan untuk membedakan prioritas setiap jenis kerusakan serta meninjau fungsi dan kegagalan mesin atau komponen.

Kategori B (Masalah pemadaman) apabila kondisi kegagalan mempunyai akibat terhadap operasional pembangkit sehingga dapat menimbulkan kerugian finansial yang cukup besar. Dari setiap kondisi kerusakan dibuat daftar tindakan yang mungkin dilakukan dan kemudian dipilih tindakan yang paling efektif.

Tabel 2.2 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)  RCM Information
Tabel 2.2 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) RCM Information

Keandalan (Reliability)

  • Pola Distribusi Data Dalam Keandalan
  • Uji Kecocokan
  • Identifikasi Distribusi TTF dan TTR 1. Nilai Tengah Kerusakan
  • Estimasi Parameter
  • Mean Time to Failure (MTTF)
  • Mean Time to Repair (MTTR)
  • Model Perawatan

Run to Failure (RTF) adalah suatu tindakan dimana peralatan digunakan sampai rusak karena tidak ada tindakan ekonomi yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan. Menurut (Ebeling, 1997), dapat diartikan sebagai probabilitas suatu sistem dapat berfungsi dengan baik tanpa mengalami kerusakan dalam kondisi tertentu dan waktu yang telah ditentukan. Menurut (Birolini, 2003), keandalan dapat didefinisikan sebagai karakteristik probabilitas bahwa suatu sistem dapat menjalankan fungsinya dalam kondisi tertentu dan pada waktu yang telah ditentukan.

Secara umum reliabilitas dapat diartikan sebagai probabilitas suatu sistem atau produk dapat berfungsi dengan baik tanpa kerusakan dalam kondisi tertentu dan pada waktu yang telah ditentukan.Tujuan utama dari studi reliabilitas adalah untuk memberikan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu, teori keandalan dapat memprediksi kapan suatu komponen pada suatu mesin akan mengalami kegagalan, sehingga dapat menentukan kapan harus dilakukan pemeliharaan, penggantian, dan penyediaan komponen. Untuk konsep fungsi tingkat bahaya, komponen yang ditunjukkan pada kurva adalah komponen yang tidak dapat diperbaiki, sedangkan untuk tingkat kegagalan adalah komponen rakitan sistem yang dapat diperbaiki.

Distribusi lognormal mempunyai dua parameter yaitu parameter bentuk (𝑠) dan parameter lokasi (𝑡𝑚𝑒𝑑) yang merupakan mean dari waktu cedera. Distribusi Weibull merupakan distribusi yang akhir-akhir ini banyak digunakan untuk menyelesaikan permasalahan teknologi masa kini yang sangat kompleks dalam perancangan sistem, sistem keamanan, dan juga keandalan sistem. Distribusi Weibull dapat memenuhi beberapa periode kerusakan yang terjadi yaitu periode kegagalan awal, periode normal, dan periode keausan.

Distribusi eksponensial banyak digunakan dalam keandalan sebagai model interval waktu kegagalan suatu komponen atau sistem (Montgomery, 2005). Uji umum digunakan untuk jumlah sampel yang lebih besar dan menggunakan Uji Chi Square. Sedangkan uji spesifik digunakan untuk jumlah sampel yang lebih kecil dan menggunakan uji kuadrat terkecil.

Yang termasuk dalam Uji Khusus adalah uji Kolmogorov-Smirnov untuk distribusi normal dan lognormal, uji Barlett untuk distribusi eksponensial, dan uji Mann untuk distribusi Weibull (Ebeling, 1997). Uji Kolmogorov-Smirnov untuk distribusi normal dan lognormal 𝐻0 : data waktu hingga kegagalan berdistribusi normal/lognormal. Mean Time to Failure (MTTF) merupakan interval kerusakan rata-rata dari distribusi kerusakan dan digunakan untuk memprediksi atau mempertimbangkan terjadinya kerusakan pada saat mesin atau sistem berjalan normal.

Mean Time to Repair (MTTR) merupakan interval waktu rata-rata antara terjadinya kerusakan dengan probabilitas waktu perbaikan dan digunakan untuk memprediksi atau memikirkan untuk melakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan. Model pemeliharaan ini mengasumsikan keandalan suatu mesin atau sistem kembali ke keadaan semula setelah dilakukan pemeliharaan preventif (Ebeling, 1997).

Gambar 2.13 Bathtub Curve  Sumber : (Wikipedia, 2019)
Gambar 2.13 Bathtub Curve Sumber : (Wikipedia, 2019)

Referensi

Dokumen terkait