Arsyad (1989) menyatakan bahwa tanah longsor ditandai dengan pergerakan serangkaian massa tanah secara bersama-sama dan terjadi akibat adanya volume tanah yang meluncur di atas lapisan yang sedikit kedap air dan jenuh air. Di bawah permukaan massa tanah terdapat lapisan yang agak kedap air dan lunak sehingga menjadi permukaan geser. Air di dalam tanah cukup banyak sehingga lapisan tanah yang berada tepat di atas lapisan kedap air menjadi jenuh.
Umumnya tidak banyak material batuan atau tanah pada jenis longsor di puncak tebing ini dan terjadi pada lereng yang curam. Longsor adalah massa tanah yang bergerak sepanjang lereng dengan bentuk longsor yang melengkung (memutar) dan mendatar. Longsoran adalah pergerakan material penyusun suatu lereng melalui bidang geser pada lereng yang menuruni lereng.
Longsor rotasi adalah pergerakan massa tanah dan batuan sepanjang permukaan luncuran yang berbentuk cekung, dan longsor translasi adalah pergerakan massa tanah dan batuan sepanjang permukaan luncuran yang datar atau miring. Longsor adalah runtuhnya sebagian massa batuan pada lereng yang curam, seperti terlihat pada Gambar 2.4. Tanah longsor (slide) adalah longsoran batuan yang biasanya bergerak melalui bidang-bidang terputus-putus yang letaknya sangat vertikal pada lereng tersebut.
Pergerakan terjadi pada lereng yang terdiri dari tanah lunak dan terbebani oleh massa tanah diatasnya, seperti terlihat pada Gambar 2.6.
Penanggulangan Longsoran
Langkah-langkah umum dalam penanggulangan longsor antara lain: pemetaan topografi geologi daerah longsor, pengeboran untuk mengetahui bentuk lapisan tanah/batuan dan zona longsornya, pemasangan piezometer untuk mengetahui tinggi muka air atau tekanan air pori, dan pemasangan lereng. indikator untuk menemukan zona slide yang terjadi. Selain itu, tanah tidak terganggu juga diambil khususnya pada bidang geser untuk kajian kekuatan ketahanan geser. Gaya atau momen penyebab tanah longsor dapat dikurangi dengan cara mengubah bentuk lereng, yaitu dengan cara:
Cara kimia dan mekanis yaitu dengan cara grouting semen untuk menambah atau menambah sikat pencukur tanah pada cara mekanis. Metode hidrologi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menurunkan muka air tanah atau mengurangi kandungan air tanah pada lereng seperti pada Gambar 2.12.
Kriteria Perancangan Lereng
Kriteria faktor keamanan lereng mengacu pada SNI terkait persyaratan desain geoteknik seperti pada Tabel 2.2.
Teori Kegempaan
- Persyaratan Ketahanan Gempa
- Peta Gempa Di Indonesia
- Teori Analisis Gempa Pseudostatik
- Faktor Ampilfikasi
- Persyaratan Gempa Untuk Lereng
Kriteria desain gempa rencana untuk masing-masing infrastruktur ditunjukkan pada Tabel 2.3 Struktur dan komponennya harus mempunyai sistem penahan gaya lateral dan vertikal yang mampu memberikan kekuatan, kekakuan dan kapasitas disipasi energi yang cukup untuk menahan beban gempa rencana sesuai dengan yang ditentukan. kriteria batas deformasi dan kekuatan yang diperlukan. Peta kegempaan sangat bervariasi tergantung pada jenis analisis yang digunakan, salah satunya adalah peta gempa peak ground akselerasi (PGA). Percepatan getaran tanah merupakan gangguan yang harus diselidiki pada setiap gempa, kemudian dipilih percepatan getaran tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) untuk dipetakan.
Semakin besar nilai Peak Ground Acceleration (PGA) yang terjadi pada suatu tempat maka semakin besar pula resiko dan bahaya gempa bumi yang mungkin terjadi. Selain itu, peta gempa yang diperoleh dari Pusat Kajian Gempa Bumi Nasional (PUSGEN) digunakan untuk menentukan nilai percepatan tanah berdasarkan puncak PGA seperti pada Gambar 2.14. Gaya pseudostatik umumnya digunakan dalam analisis kesetimbangan batas dan dipandang sebagai gaya statis yang bekerja dalam satu arah saja.
Koefisien seismik gempa bumi dan gaya pseudostatis pada metode kesetimbangan batas diasumsikan sebagai gaya yang diketahui dan dimasukkan ke dalam persamaan kesetimbangan berbeda seperti pada Gambar 2.15. Terzaghi (1950) mengusulkan bahwa gaya pseudostatik harus bekerja pada setiap pusat gravitasi irisan atau pusat gravitasi seluruh massa bumi. Seed (1979) menunjukkan bahwa asumsi lokasi gaya gempa dapat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perhitungan faktor keamanan.
Mengubah letak gaya pseudostatis dari pusat gravitasi ke dasar baji dapat menurunkan faktor keamanan sebesar 0,1. PGA merupakan percepatan maksimum batuan dasar (SB) yang dikaitkan dengan peta gempa dengan periode ulang yang direncanakan sesuai kebutuhan prasarana yang digunakan. Faktor keamanan minimum yang diperlukan untuk analisis menggunakan model pseudostatik adalah lebih besar dari 1,1 (FK>1,1) dengan menggunakan koefisien seismik yang diperoleh dari percepatan permukaan puncak (PGA) dengan menentukan kelas lokasi dan faktor amplifikasi.
Dikutip dari SNI 8460:2017 tentang persyaratan desain geoteknik, persyaratan gempa pada lereng ditinjau berdasarkan percepatan maksimum pada permukaan tanah. Koefisien seismik yang digunakan adalah percepatan permukaan maksimum (PGA) dengan faktor keamanan minimum terhadap gempa bumi (FK > 1,0). Koefisien gempa dapat ditentukan berdasarkan nilai koefisien seismik (kh) dikalikan dengan nilai faktor amplifikasi (FPGA) seperti terlihat pada persamaan 2.11.
Dinding Penahan Tanah (DPT)
- Jenis Dinding Penahan Tanah
- Dimensi Tipikal Dinding Penahan Tanah
- Stabilitas Dinding Penahan Tanah
- Kegagalan Dinding Penahan Tanah
Jenis tembok penahan tanah ini bermacam-macam tergantung kebutuhan dan ketinggian lahan yang akan ditahan oleh DPT. Dinding penahan gravitasi terbuat dari pasangan batu atau beton tanpa tulangan. Dinding penahan kantilever terbuat dari beton bertulang sehingga membuat dimensi batang dan pelat dasar relatif tipis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dinding penahan tanah tipe gravitasi yang ditunjukkan pada Gambar 2.16 adalah sebagai berikut. Pada umumnya lebar pelat dasar berkisar antara (0,4 sampai 0,7) H, dimana H adalah tinggi dinding penahan tanah yang dihitung dari dasar pijakan sampai dengan tepi atas dinding vertikal. Tebal bagian pelat dasar dinding dibuat dengan tebal 0,8 H. Pada umumnya lebar pelat dasar berkisar antara (0,4 - 0,7) H, dimana H adalah tinggi dinding penahan tanah yang dihitung dari telapak alas hingga tepi atas dinding penahan tanah. dinding vertikal.
Mengenai lebar dinding vertikal, pondasi bawah dan atas dapat mengikuti acuan dinding penahan tanah tipe kantilever. Karena pengecekan kestabilan dinding dapat mengurangi kesalahan yang terjadi pada dinding penahan tanah. Faktor keamanan yang diperlukan pada dinding penahan tanah berdasarkan SNI 8460:2017 tentang persyaratan desain geoteknik adalah sebagai berikut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisa kestabilan dinding penahan tanah adalah dengan memeriksa faktor keamanan sebagai berikut. Tekanan tanah aktif lateral akan menyebabkan dinding penahan tanah bergerak searah dengan gaya lateral. Daya dukung lantai merupakan hal yang penting dalam perencanaan setiap bangunan, termasuk dinding penyangga.
Kegagalan dinding penahan tanah disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor kestabilan, faktor metode dan faktor lainnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kestabilan dinding penahan tanah sangat penting dilakukan untuk mencegah kerusakan dan kegagalan dinding penahan tanah. Dinding penahan dapat runtuh pada bagian ujung karena lebar tumit terlalu pendek dengan gaya lateral yang besar seperti terlihat pada Gambar 2.21.
Dinding penahan dapat bergeser sepanjang alasnya akibat gaya lateral yang besar seperti pada Gambar 2.22. Dinding penahan tanah dapat hancur akibat hilangnya daya dukung lapisan tanah bawah tempat dinding tersebut berdiri seperti pada gambar 2.23.
Metode Elemen Hingga
Dinding dapat mengalami keruntuhan geser dalam akibat buruknya daya dukung lapisan tanah di bawahnya seperti pada gambar 2.24. Perpindahan setiap titik simpul dihitung terlebih dahulu, kemudian dengan menggunakan rangkaian fungsi interpolasi, diasumsikan bahwa perpindahan suatu titik dapat dihitung berdasarkan nilai perpindahan pada titik tersebut.
Metode Shear Strength Reduction
Berkurangnya nilai phi (kekuatan geser) tanah akan mempengaruhi masukan dan keluaran matriks-matriks di atas, sehingga pendekatan tertentu akan menghasilkan nilai faktor keamanan yang akan konvergen pada batas tertentu (kesalahan/jumlah interaksi maksimum). Metode reduksi ph-c dapat menghasilkan hubungan antara SF dengan waktu, langkah iterasi, tekanan air, dan pertumbuhan beban. Metode reduksi ph-c dapat diterapkan pada perubahan kondisi geometrik (termasuk tahapan konstruksi) atau singkatnya dapat mensimulasikan apa yang kita kenal sebagai jalur tegangan suatu material tanah.
Teori Keruntuhan Mohr-Coulomb
Parameter Tanah
- Berat Isi Tanah
- Modulus Elastisitas Tanah
- Kohesi Tanah (C)
- Sudut Geser Dalam Tanah
- Permeabilitas
Garis sesar yang dinyatakan oleh persamaan di atas sebenarnya merupakan garis lengkung, namun dalam berbagai permasalahan mekanika tanah garis ini didekati dengan garis lurus yang menunjukkan hubungan linier antara tegangan normal dan perpindahan (Coulomb, 1776). Berat volumetrik tanah merupakan berat volume asli tanah yang merupakan sifat fisis tanah.Jika mengetahui kadar air tanah maka akan dapat menentukan nilai volume kering tanah. Di atas permukaan air Di bawah permukaan air (Lb/ft3) (kN/m3) (Lb/ft3) (kN/m3) GP-Klasifikasi buruk.
Nilai modulus elastisitas (Es) dapat ditentukan secara empiris dari data jenis tanah dan data sondir, seperti terlihat pada Tabel 2.8. Nilai kohesi (c) diperoleh dari uji laboratorium yaitu uji kuat geser langsung dan uji triaksial. Perkiraan nilai kohesi untuk jenis tanah (tanah kohesif) ditunjukkan pada Tabel 2.9, sedangkan untuk jenis tanah (tanah non-kohesif) nilai kohesinya adalah (c=0).
Sudut geser dalam (φ') adalah sudut yang dihasilkan dari hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser pada material tanah atau batuan. Sudut geser dalam adalah sudut bias yang terjadi bila suatu material diberi beban atau gaya yang melebihi tegangan geser. Semakin besar sudut geser suatu material, maka material tersebut akan semakin tahan terhadap beban luar.
Nilai sudut geser juga dapat diperoleh dengan uji triaksial atau uji geser langsung. Selain perubahan bentuk pada arah gaya, terjadi juga perubahan bentuk pada arah tegak lurus arah gaya.