Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor atau mengedarkan Narkotika Golongan I, Pasal 113; Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk menjual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, penukaran atau penyerahan Narkotika Golongan I, Pasal 114 d. Barangsiapa tanpa hak atau melawan hukum menggunakan narkotika golongan I terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan I untuk dipakai orang lain, Pasal 116.
Setiap orang yang memiliki, memegang, menguasai atau menyediakan tanpa hak atau melawan hukum Narkotika Golongan II, Pasal 117. Setiap orang yang membuat, mengimpor, mengekspor atau mengedarkan Narkotika Golongan II tanpa hak atau melawan hukum, Pasal 118 Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk menjual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan atas Narkotika Golongan II, Pasal 119 i.
Setiap orang yang merencanakan, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika golongan III pasal 122 tanpa hak atau melawan hukum. Barangsiapa tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor atau mengedarkan narkotika, Pasal 123. barang siapa tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk menjual, menjual, membeli, menerima, jual beli, menukar atau penyerahan Narkotika Golongan III, pasal 124 n.
Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan obat golongan III terhadap orang lain atau memberikan obat golongan III untuk dipakai orang lain, pasal 126.
Pelaku Tindak Pidana Narkotika Untuk Diri Sendiri
Tindak pidana narkotika diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang merupakan ketentuan khusus, meskipun UU Narkotika tidak secara tegas menyatakan bahwa tindak pidana yang diatur di dalamnya adalah kejahatan, tetapi bukan. untuk membuktikan kembali bahwa semua tindak pidana dalam undang-undang adalah kejahatan. Pelaku Tindak Pidana Narkotika dapat dijerat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, hal ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Pemakai adalah orang yang menggunakan zat atau obat yang berasal dari tanaman, sintetik dan semi sintetik, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, berkurangnya hingga menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan bagi Narkotika 40.
Dilarang tanpa hak untuk menahan atas kepemilikan atau penyediaan untuk menguasai narkotika Dilarang tanpa hak untuk mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, mendistribusikan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli atau tukar menukar narkotika. Bentuk penyalahgunaan narkotika yang paling banyak terjadi adalah perbuatan yang mengarah pada ketergantungan narkotika. Pengertian pecandu narkoba adalah sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 angka 13 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika khususnya.
Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan berada dalam keadaan ketergantungan terhadap Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan ketergantungan oleh pecandu narkotika sebagaimana diatur dalam pasal 1 angka 14 undang-undang no. 35 Tahun 2009 masing-masing terkait narkotika. Perbuatan ketergantungan narkotika adalah perbuatan menggunakan narkotika untuk diri sendiri tanpa hak, dalam arti dilakukan oleh seseorang tanpa melalui pengawasan dokter.
Kita mengklasifikasikan penggunaan narkotika secara tidak sah dalam golongan pengguna narkotika, padahal kita telah mengetahui bahwa penyalahgunaan narkotika merupakan salah satu bagian dari tindak pidana narkotika. Jadi bisa langsung kita katakan bahwa pecandu narkoba tidak lain adalah pelaku kejahatan narkotika. Kedudukan pecandu narkotika sebagai pelaku tindak pidana yang melibatkan narkotika diperkuat dengan ketentuan Pasal 127 UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, yang mengatur tentang penyalahgunaan narkotika yaitu.
Walaupun pecandu Narkotika merupakan kualifikasi bagi pelaku Narkotika, namun dalam keadaan tertentu Pecandu Narkotika dapat lebih menyasar korban. Masa pengobatan dan/atau perawatan pecandu narkotika sebagaimana dimaksud dalam huruf a alinea pertama termasuk dalam menjalani pidana. Penerbitan SEMA memungkinkan pengadilan untuk memutuskan kejahatan terkait narkoba, terutama yang terkait dengan pecandu narkoba, dalam bentuk putusan dalam bentuk hukuman rehabilitatif.
Pertimbangan Hakim Dalam Putusan
Pertimbangan Yuridis
Pertimbangan hukum adalah pertimbangan hakim berdasarkan faktor-faktor yang ditemukan di persidangan dan ditetapkan oleh undang-undang sebagai hal-hal yang harus dicantumkan dalam putusan. Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat susunan kata-kata tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa, yang telah dilengkapi dan ditarik kembali dari hasil pemeriksaan penyidikan, serta menjadi dasar dan landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan. 143 Ayat (1) KUHAP). Dalam menyusun surat dakwaan, hal yang harus diperhatikan adalah syarat formil dan syarat materiil.
Surat dakwaan memuat identitas terdakwa, juga memuat uraian tentang kejahatan dan waktu kejahatan itu dilakukan serta memuat pasal yang dilanggar (Pasal 143(2) KUHAP). 49Mohammad Taufik Makarao and Suhasril, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2010, p.Tuntutan pidana biasanya menyatakan sifat dan beratnya kejahatan atau jenis tindakan yang diminta oleh penuntutan dari pengadilan untuk dijatuhkan kepada terdakwa dengan menerangkan bahwa karena terbukti melakukan tindak pidana yang mana, maka JPU telah mengajukan tuntutan pidana tersebut di atas. disesuaikan dengan bentuk surat dakwaan yang digunakan oleh penuntut umum.
Penuntut negara, sebelum sampai pada dakwaannya dalam syarat, biasanya menjelaskan satu per satu unsur-unsur kejahatan yang dituduhkannya kepada terdakwa, membenarkan asumsi-asumsinya. Saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana, yaitu keterangan seorang saksi tentang suatu peristiwa pidana yang didengar, dilihat, dan dialaminya sendiri dengan menyebutkan alasan-alasan pengetahuannya. Kesaksian saksi-saksi yang dihadirkan di depan sidang pengadilan, yang merupakan hasil pemikiran atau rekaan belaka yang diperoleh dari keterangan orang lain, tidak dapat dianggap sebagai alat bukti yang sah.
Keterangan tersangka adalah apa yang dinyatakan tersangka di persidangan tentang perbuatan yang dilakukannya atau yang diketahuinya sendiri atau yang dialaminya sendiri, hal ini diatur dalam Pasal 189 KUHAP. Dalam praktiknya, keterangan tersangka seringkali berupa pengakuan (sebagian) dan bantahan atas dakwaan Penuntut Umum dan keterangan saksi. Keterangan tersangka juga merupakan jawaban atas pertanyaan dari jaksa penuntut umum, hakim dan penasihat hukum.
Kesaksian terdakwa dapat berupa pernyataan berupa penyangkalan dan pernyataan berupa pengakuan semua orang yang dituduh terhadapnya. Barang bukti adalah barang yang digunakan oleh terdakwa untuk melakukan tindak pidana atau barang hasil tindak pidana 59 Barang tersebut disita oleh penyidik untuk dijadikan barang bukti dalam proses persidangan. Alat-alat bukti yang dihadirkan dalam persidangan dimaksudkan untuk membuktikan keterangan saksi, keterangan ahli dan keterangan terdakwa untuk membuktikan kesalahan terdakwa.
Pertimbangan Non Yuridis
Aspek sosiologis berguna untuk mempelajari latar belakang sosial mengapa seorang anak melakukan kejahatan, aspek psikologis berguna untuk mempelajari keadaan psikologis terdakwa ketika melakukan kejahatan dan setelah menjalani hukuman sedangkan aspek kriminologis diperlukan untuk menyelidiki alasannya. seseorang melakukan tindak pidana dan bagaimana sikap serta tingkah laku anak yang melakukan tindak pidana, oleh karena itu hakim diharapkan dapat memberikan putusan yang adil 56.
Pertimbangan yang Memberatkan dan Meringankan
Pengulangan tindak pidana dalam KUHP tidak diatur secara umum dalam Buku I “Aturan Umum”, tetapi diatur secara khusus untuk itu. Oleh karena itu KUHP menganut Sistem Residivisme Khusus, artinya sanksi pidana hanya dijatuhkan terhadap pengulangan jenis tindak pidana (kejahatan/pelanggaran) tertentu yang dilakukan dalam batas waktu tertentu. Putusan pengadilan adalah pernyataan yang dibuat oleh hakim dalam sidang terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau pembebasan, atau lepas dari segala proses hukum dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
Mengenai kata Putusan, yang diterjemahkan dari putusan, merupakan hasil akhir dari pemeriksaan perkara di pengadilan. Pada prinsipnya putusan dalam pemeriksaan majelis hakim merupakan hasil kesepakatan dengan suara bulat, kecuali di kemudian hari. Dalam hal sidang permusyawaratan tidak dapat mencapai mufakat, perbedaan pendapat hakim harus dimasukkan ke dalam putusan.
Sebelum majelis mengambil keputusan, terlebih dahulu majelis harus memahami sepenuhnya semua unsur pidana yang didakwakan, memahami unsur-unsur kesalahan. Sikap terdakwa terhadap persidangan (apakah ia menyesali kesalahannya atau dengan keras menyangkalnya, padahal kesalahannya cukup bukti); hukum pidana diundangkan untuk melindungi kepentingan umum, yang dalam keadaan tertentu mengingat kejahatan berat, misalnya penyelundupan, pembuatan uang palsu, pada saat negara dalam keadaan . kondisi ekonomi yang buruk, penjarahan selama banyak perampokan). keterangan hakim dalam sidang umum, yang dapat berupa pemidanaan atau pembebasan atau pembebasan segala tuntutan dalam perkara dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.
Putusan penjatuhan pidana dalam hal ini berarti bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya. 64 Yuli Isnandar, Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Percobaan (Studi di Pengadilan Negeri Karanganyar), terbitan Malang Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2008. Putusan non pemidanaan, yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Putusan bebas dari segala dakwaan dan Putusan bebas dari segala tuntutan hukum.
Ketika kita membicarakan putusan pengadilan, kita tidak bisa lepas dari posisi hakim dalam mengadili suatu perkara dan pertimbangan-pertimbangan yang digunakannya dalam mengambil putusan dalam perkara yang sedang disidangkan. Menurut Wiryono Kusumo, pertimbangan atau yang sering disebut pertimbangan merupakan dasar putusan hakim atau dalil hakim dalam memutus suatu perkara. Jadi dapat dikatakan bahwa dasar pengujian adalah dalil yang menjadi dasar/bahan penyusunan pertimbangan majelis hakim sebelum majelis hakim membuat suatu analisis hukum yang kemudian digunakan untuk mengambil keputusan bagi terdakwa. Dasar pertimbangan hakim sendiri mempunyai kedudukan penting dalam suatu putusan yang dibuat oleh hakim, karena semakin baik dan cermat pertimbangan yang digunakan oleh hakim dalam suatu putusan akan mencerminkan sejauh mana rasa keadilan dalam diri hakim yang bersangkutan. membuat keputusan.
Selain itu, dari segi keadilan sendiri, kedudukan hakim yang bertugas mengadili dan memutus perkara harus benar-benar kredibel, adil dan tidak memihak dalam mengadili dan memutus suatu perkara. Oleh karena itu, objektivitas hakim dalam mengadili perkara, tanggung jawab hakim atas putusannya dan kebebasan hakim.