Adab pelajar terhadap guru (Kajian perbandingan pemikiran Al-Ghazali dan HAMKA) ix+80 muka surat+2 lampiran. Kajian ini bertujuan untuk membandingkan adab pelajar dan guru dari sudut pandangan Al-Ghazali dan HAMKA. Hasil kajian ini berkaitan dengan kajian perbandingan pemikiran Al-Ghazali dan HAMKA yang menekankan adab pelajar terhadap guru.
Hal ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada guru mengenai tata krama siswa menurut sudut pandang tokoh pendidikan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan pokok yang ingin dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut: “Bagaimanakah perilaku siswa terhadap guru dalam sudut pandang Al Ghazali dan HAMKA?”. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: mengetahui cara siswa terhadap guru dalam sudut pandang Al Ghazali dan HAMKA 2. Manfaat Penelitian.
Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan perilaku peserta didik terhadap guru dari sudut pandang Imam Al Ghazali dan Hamka. Kedua buku tersebut memiliki bab yang membahas tentang etika siswa terhadap guru.
PENDAHULUAN
- Identifikasi Masalah
- Rumusan Masalah
- Tujuan dan Manfaat Penelitian
- Metodologi Penelitian
- Sistematika Penulisan
Menggunakan sumber data dan buku seperti: Ihya 'Ulumuddin Jilid 1, Imam Al Ghazali versi terjemahan. Penggunaan sumber buku sekunder seperti: Pendidik dalam Konsepsi Imam Al-Ghazali Muhammad Nafi, Filsafat Kebahagiaan (Plato, Aristoteles, Al-Gazali, Al-Farabi) oleh Rusfian Efendi dan Kepribadian dan Martabat oleh Buy Hamka Rusydi Hamka. Apakah data yang berkaitan dengan masalah tersebut perlu diteliti dan apakah sumber daya yang diperoleh dapat dijadikan bahan pertimbangan?
Pada bab ini penulis mencoba menjelaskan tinjauan pustaka mengenai adab yang terdiri dari Adab, Akhlak, Etika, Akhlak, Adab, Siswa dan Pendidik atau Guru. Selain tinjauan literatur mengenai interaksi siswa dengan guru, penulis juga memuat kerangka konseptual dan hasil penelitian yang relevan dalam bab ini. Dalam bab ini penulis memuat biografi kedua tokoh (Al Ghazali dan Buya Hamka) yang terdiri dari biografi tokoh, pendidikan tokoh, dan karya tokoh.
Hasil penelitian berupa kesimpulan yang merupakan hasil analisis data, dan rangkuman uraian data hasil penelitian. Pada bab ini diuraikan secara rinci kesimpulan hasil penelitian etika siswa pada guru studi banding pemikiran Al Ghazali dan Buya Hamka, serta saran berdasarkan hasil penelitian.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Adab
Pengertian Akhlak
Pengertian Etika
Pengertian Moral
Pengertian Sopan Santun
Pengertian Peserta Didik
Karakteristik Peserta Didik
Potensi Peserta Didik
Guru
- Pengertian Guru
- Tugas Guru
- Sifat-sifat Guru
Penelitian Yang Relevan
BIOGRAFI TOKOH
Biografi Al-Ghazali
Perjalanan Pendidikan Al-Ghazali
Karya-karya Al-Ghazali
HAMKA
- Biografi Hamka
- Perjalanan Pendidikan Hamka
- Karya-karya Hamka
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Adab dalam Perspektif Al-Ghazali
Beliau menjelaskan adab sebagai adab, moral, nilai-nilai yang menjadi aturan masyarakat dan disepakati karena kebaikannya. dilakukan secara terus menerus dan ikhlas oleh masyarakat, baik secara horizontal maupun vertikal.2 Dalam Islam yang dicontohkan adalah adab terhadap Allah, adab pergaulan, dan adab terhadap sahabat.3 Dalam kitab Ihya 'Ulumuddin jilid 1 disebutkan bahwa ada berbagai peserta adab yang adalah guru yang terdidik dalam pandangan Al Ghazali dan eksis pada zamannya yaitu zaman klasik.
Adab Peserta Didik kepada Guru dalam Perspektif Al-Ghazali
Lebih lanjut al-Ghazali menyatakan bahwa kewajiban kedua jalan seorang pelajar adalah mengurangi keterikatannya pada urusan duniawi dan berusaha mencari tempat yang berbeda dari keluarga dan kerabat dekatnya. Kewajiban yang ketiga al-Ghazali mengatakan, adab seorang siswa terhadap guru adalah tawadhu' atau tidak meninggikan diri di hadapan guru. Seorang siswa harus mempercayakan segala urusan keilmuannya kepada gurunya, dan tunduk pada segala peraturan yang diberikan. Sebab menurut al-Ghazali, ilmu tidak dapat diperoleh kecuali dengan kesederhanaan dan kerendahan hati sang pencari. 9 Sebagaimana firman Allah SWT,.
Seorang siswa diperbolehkan bertanya kepada gurunya apakah pertanyaan-pertanyaan yang tersedia telah diperintahkan oleh guru untuk ditanyakan. Selanjutnya kewajiban yang keempat mengenai adab seorang siswa terhadap guru menurut al-Ghazali adalah, pertama, berusahalah sekuat tenaga untuk tidak mencari perbedaan di antara sesama manusia. Seorang pelajar hendaknya tidak terlalu memperhatikan perbedaan antara ilmu duniawi dan ilmu rohani.
Seorang murid hendaklah sentiasa mendengar kata-kata gurunya dan tidak menyusahkan pelbagai mazhab atau mazhab yang berkembang. Kemudian kewajipan yang kelima ialah pada cara seorang pelajar terhadap guru menurut al-Ghazali, seorang pelajar tidak boleh meninggalkan walau satu cabang ilmu. Kewajipan keenam adab seorang pelajar terhadap guru menurut al-Ghazali ialah tidak boleh mempelajari atau mendalami sebahagian atau semua cabang ilmu pada masa yang sama.
Hendaknya siswa memusatkan perhatiannya pada ilmu yang paling penting di antara ilmu-ilmu yang ada, yaitu ilmu tentang masalah-masalah akhirat. Kemudian al-Ghazali menyatakan bahwa kewajiban akhlak seorang siswa yang ketujuh adalah tidak boleh mempelajari suatu cabang ilmu baru sebelum ia benar-benar menguasai cabang ilmu sebelumnya. Kemudian al-Ghazali melanjutkan bahwa kewajiban kedelapan dari perilaku seorang siswa adalah mengetahui alasan mengapa ilmu disebut sebagai suatu hal yang sangat mulia.
Kewajiban akhlak seorang pelajar yang kesembilan menurut al-Ghazali adalah mempercantik jiwa dan perbuatannya dengan keutamaan. Tujuan hidup seorang murid hendaknya tidak mencapai kejayaan urusan duniawi, mengumpulkan harta dan kekayaan, berdebat dengan orang-orang jahil, serta memperlihatkan kecongkakan dan kesombongan. Terakhir, kewajiban yang kesepuluh mengenai adab seorang siswa terhadap seorang guru yang dikemukakan oleh al-Ghazali adalah ia harus tetap fokus pada tujuan utama mencari ilmu.
Adab Peserta Didik Menurut Hamka
Kedua, menurut Hamka, hendaknya siswa mengupayakan dirinya sendiri, agar perilakunya proporsional dengan tingkat pengetahuannya. Ketiga, Hamka menyampaikan agar siswa berusaha menuliskan ilmu-ilmu penting yang telah diterimanya. Menurut Hamka, kewajiban yang keempat adalah siswa mulai berlatih menulis, membumbui huruf, dan memperindah susunannya.
Seterusnya, perkara kelima mendedahkan bahagian yang paling penting, iaitu pelajar harus bersabar dan berazam dalam pembelajaran supaya mereka tidak bosan dan kecewa. Kemudian Hamka mendedahkan kepada guru, di samping tanggungjawab pelajar dalam pembelajaran, adab-adab pelajar. Pertama sekali, Hamka menegaskan perkara yang paling penting dalam tingkah laku pelajar terhadap guru ialah pelajar itu tidak boleh meredakan hubungannya dengan gurunya, walaupun guru itu memberikan hatinya.
Kedua, adab siswa menurut Hamka, seorang siswa tidak boleh berpikir untuk mengalahkan gurunya meskipun ia pintar, cerdas dan mempunyai ilmu lebih dari gurunya. Selanjutnya butir ketiga adab siswa terhadap guru adalah, jika siswa ingin menghadiri rapat guru, hadirilah dengan penuh khidmat.25 Jangan membiasakan berpikir sembarangan, waspada, jangan lengah. Poin yang terakhir yaitu poin keempat adab siswa terhadap guru adalah hendaknya setiap siswa mengakui kelebihan gurunya dan menghormatinya, karena guru lebih penting dari ibu dan ayah dalam hal keagungan jasanya.
Perihal akhlak santri pada masa Ghazali dan Hamka sama-sama menitikberatkan pada akhlak santri itu sendiri terhadap gurunya, yaitu santri hendaknya rendah hati, dengan kata lain santri hendaknya mengikuti peraturan yang dibuat oleh gurunya. . Melihat kedudukan seorang guru yang sangat mulia, maka al-Ghazali saat itu memandang ada adab tertentu yang harus diperhatikan oleh siswa, antara lain siswa tidak boleh meninggalkan satu cabang ilmu pun dan diharapkan fokus pada suatu cabang. ilmu yang dapat mempelajarinya lebih mendalam, sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Sedangkan menurut Hamka, ketika siswa ingin belajar hendaknya memperbaharui tujuannya dan tidak cepat bosan dengan materi yang terlalu banyak.
Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perilaku siswa terhadap guru dalam pandangan Ghazali adalah sebagai berikut: Siswa harus menjaga diri dari perilaku yang menjijikan, siswa tidak boleh terlibat dalam urusan duniawi, rendah hati dan selalu taat. keputusan guru dan Jangan mencari perselisihan. Penulis merangkum perilaku siswa terhadap guru dari sudut pandang Hamka sebagai berikut: Siswa tidak boleh kurang berteman dengan guru, tidak boleh berpikir untuk bersaing dengan gurunya. Persamaannya, al-Ghazali dan Hamqa sama-sama menekankan pada akhlak santri itu sendiri, yaitu hendaknya santri rendah hati.