• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

Asimetri informasi merupakan keadaan dimana informasi dalam laporan akuntansi tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Bagi perusahaan publik, ketepatan waktu publikasi laporan akuntansi yang telah diaudit sangatlah penting. Dalam paragraf opini, auditor menyatakan pendapatnya atas kewajaran laporan keuangan dan kepatuhannya terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Dengan kesimpulan wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas suatu entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Semua laporan - neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas terkandung dalam akun tahunan. Melalui kesimpulan wajar dengan pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan memberikan pandangan yang benar dan wajar, dalam semua hal yang material, mengenai posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali dampak dari keadaan yang meringankan.

Opini negatif diberikan oleh auditor jika laporan akuntansi auditee tidak menunjukkan secara wajar posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas suatu entitas individual sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan opini atas laporan keuangan konsolidasian ini berdasarkan audit kami. Audit melibatkan pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti audit tentang jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan konsolidasi.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan konsolidasi terlampir menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan konsolidasi PT ABC Tbk.

Opini Going Concern

Kami yakin bahwa bukti audit yang kami peroleh adalah cukup dan tepat untuk memberikan dasar bagi opini audit kami. dan anak perusahaannya pada tanggal 31 Desember 2013, serta kinerja keuangan dan arus kas konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Auditor memeriksa apakah seluruh hasil prosedur yang dilakukan menunjukkan adanya keraguan substansial mengenai kemampuan suatu entitas ekonomi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang wajar (tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang diaudit) .

Informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa mungkin diperlukan beserta bukti yang mendukung informasi tersebut sehingga mengurangi keraguan auditor. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, dia menyimpulkan apakah dia masih mempunyai keraguan besar mengenai kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu yang wajar. Berikut ini contoh kondisi dan peristiwa yang menimbulkan keraguan terhadap kelangsungan hidup perusahaan (SA Pasal 341).

Contoh: kerugian operasional yang berulang, kurangnya modal kerja, arus kas negatif dari aktivitas bisnis, rasio keuangan utama yang buruk. Contoh: pemogokan atau kesulitan lain dalam kondisi kerja, ketergantungan yang tinggi pada keberhasilan proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak ekonomis, kebutuhan untuk meningkatkan operasi secara signifikan. Contoh: pengajuan ke pengadilan, proses hukum, atau hal-hal lain yang dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi; hilangnya hak waralaba, lisensi atau paten penting; hilangnya pelanggan atau pemasok utama;.

Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) Pasal 341 (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001) menyatakan bahwa akuntan tidak boleh diragukan kemampuannya. Jika auditor meragukan kemampuan unit bisnis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang wajar, auditor wajib mengevaluasi rencana pengelolaan. Jika auditor menganggap bahwa rencana manajemen tidak dapat secara efektif mengurangi dampak negatif dari suatu kondisi atau peristiwa, maka auditor menyatakan tidak menyatakan kesimpulan.

Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan kepada auditee jika auditor mempunyai keraguan terhadap kelangsungan hidup perusahaan dan auditor menentukan bahwa manajemen belum mengungkapkan sifat, dampak, kondisi dan peristiwa. Jika pengungkapan dalam rencana manajemen tidak memadai dan tidak dilakukan penyesuaian, padahal dampaknya sangat signifikan dan terdapat penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka auditor akan mengeluarkan opini tidak wajar. Pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit atas kelangsungan usaha entitas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Audit Lag

Januarti (2009) mendefinisikan audit delay sebagai jumlah kalender antara tanggal penyusunan laporan keuangan dan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Berdasarkan penjelasan di atas, salah satu hal yang dapat menyebabkan terjadinya audit delay adalah standar kerja lapangan yang menyatakan bahwa audit. Pendapat Ashton, Willingham dan Elliot (1987) dalam (Novita, 2004) menyatakan bahwa proses audit memakan banyak waktu sehingga menghasilkan.

Audit delay menyebabkan berkurangnya kualitas kandungan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, sehingga mempengaruhi tingkat ketidakpastian pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang dipublikasikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan berskala besar cenderung mempunyai insentif untuk mengurangi audit delay, karena perusahaan tersebut diawasi secara ketat oleh investor, regulator modal negara dan lain-lain. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah atau dengan kata lain mengalami kerugian cenderung menunda publikasi laporan keuangan karena kerugian merupakan berita buruk yang akan berdampak buruk bagi perusahaan, seperti turunnya permintaan atas saham yang diterbitkan.

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi memerlukan waktu untuk mengaudit laporan keuangan lebih cepat agar dapat segera melaporkan kabar baik tersebut kepada masyarakat dan mendapat respon positif dari masyarakat (Sistya, 2008). Hasil pengujian Ahmad dan Anuar (2001) mengungkapkan bahwa perusahaan sektor keuangan memiliki audit delay yang lebih singkat dibandingkan perusahaan industri lainnya. Hal ini dikarenakan perusahaan keuangan tidak memiliki saldo persediaan yang signifikan sehingga proses auditnya tidak memakan waktu yang lama.

Sedangkan menurut Ashton (1987), semakin lama menjadi klien suatu KAP, maka audit delay akan semakin pendek karena KAP tidak perlu lagi memahami karakteristik perusahaan, sistem pengendalian internal perusahaan, dan lain-lain. di dalam. Ahmad dan Kamarudin (2001) membuktikan bahwa audit delay akan semakin lama apabila perusahaan memperoleh opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) (selain opini wajar tanpa pengecualian). Fenomena ini terjadi karena proses pemberian opini wajar dengan pengecualian melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan mitra audit senior atau staf teknis lainnya, dan perluasan cakupan audit.

Perusahaan yang mempunyai rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi akan terlambat menyampaikan laporan keuangannya karena waktu yang tersedia digunakan untuk mengurangi utang terhadap ekuitas serendah mungkin (Hassanudin, 2002, 54P). Menurut Ahmad dan Kamarudin (2001), audit lag pada KAP Big Five akan cenderung lebih pendek dibandingkan audit lag pada KAP kecil. Hal ini diyakini karena KAP yang besar memiliki jumlah karyawan yang banyak, dapat melakukan audit dengan lebih efektif dan efisien, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan mereka menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki insentif yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat demi menjaga reputasinya. .

Disclosure

Pengungkapan yang memadai (sufficient disclosure), konsep ini digunakan untuk memberikan pengungkapan minimal yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor. Pengungkapan yang adil, tujuan etisnya adalah memberikan perlakuan yang sama kepada seluruh pengguna laporan dengan memberikan informasi yang relevan kepada calon pembaca. Pengungkapan penuh (full pengungkapan), Pengungkapan penuh mempunyai kesan menyajikan informasi secara melimpah sehingga sebagian pihak menganggapnya kurang baik.

Terlalu banyak informasi dapat berbahaya karena penyajian yang detail dan tidak penting justru mengaburkan informasi penting sehingga membuat laporan sulit untuk ditafsirkan. Dahlan (dalam Tanor, 2009) menjelaskan bahwa pengungkapan wajib adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku, dan pengungkapan sukarela adalah pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lain yang dianggap relevan bagi perusahaan. Kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi perusahaan tercatat diatur oleh pemerintah dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, nomor: KEP-134/BL/2006, peraturan nomor X.K.6, yang memuat: ( 1) Kewajiban menyampaikan laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan tercatat. 2) Bentuk dan isi laporan tahunan.

Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham sejak awal pencatatan sampai dengan akhir tahun buku, serta nama bursa tempat saham perseroan dicatatkan. Analisis kinerja keuangan yang mencakup perbandingan antara kinerja keuangan tahun berjalan dengan tahun sebelumnya.

Tabel 2.1  Disclosure Items
Tabel 2.1 Disclosure Items

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Penelitian Terdahulu

Kerangka Pemikiran

Gambar Kerangka Pemikiran

Perumusan Hipotesis

Pengaruh Audit Lag Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Audit lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya laporan keuangan

Auditor memperlambat penerbitan opini dengan harapan manajemen dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehingga terhindar dari opini going concern. Berdasarkan teori keagenan, manajer bertanggung jawab menyiapkan laporan keuangan tepat waktu untuk menghindari keterlambatan dalam mengeluarkan opini auditor karena hal ini akan berakibat pada diterimanya laporan audit going concern. Januarti dan Fitrianasari (2008) menyatakan bahwa laporan audit going concern lebih sering ditemukan ketika laporan audit terlambat diterbitkan.

Penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) menunjukkan bahwa audit delay berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern.

Pengaruh Disclosure Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Disclosure adalah pengungkapan atau pemberian informasi oleh perusahaan,

Pengaruh Opini Audit Going Concern Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Referensi

Dokumen terkait