• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

Maka untuk mengatasi hak tersebut, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 diganti dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Ketentuan mengenai kepailitan diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, namun diatur juga dalam Undang-Undang berikutnya.

Syarat Dikabulkannya Permohonan Pailit

Perlu dilakukan perubahan terhadap undang-undang kepailitan sebelumnya dengan cara menambah, memperbaiki atau menghilangkan pasal-pasal yang dianggap tidak tepat bahkan berpotensi menghambat penyelesaian permasalahan kepailitan, karena ketentuan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum yang ada. karena jika dilihat dari materi yang diatur masih terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan.32. Untuk dapat dinyatakan pailit bagi seorang debitur, maka debitur tersebut harus dalam keadaan insolven, yaitu keadaan dimana debitur tidak mampu lagi membayar utangnya dan utangnya telah jatuh tempo, artinya yang dimaksud adalah soal ingebreke stelling ( utang penagihan), dalam hal ini penagihan utang yang dimaksud adalah pemberitahuan dari kreditur kepada debitur untuk memenuhi janjinya, yaitu membayar utangnya dengan segera atau dalam jangka waktu yang ditentukan dalam pemberitahuan itu. Dari sudut pandang debitur, hal ini dimaksudkan agar mereka dapat segera terbebas dari kewajiban-kewajiban yang timbul akibat pengikatan dalam perjanjian, yang besar atau kecil pengaruhnya terhadap keadaan mental debitur.33.

Ketentuan sekurang-kurangnya harus ada dua kreditur atau lebih sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 2 Undang-undang Kepailitan, dimana hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata, dimana diatur dalam Pasal 1132 bahwa pembagian harta debitur kepada kreditornya dibagi secara pari passu pro rata parte. Jika kreditur hanya ada satu orang, sekalipun tuntutannya sangat besar, maka proses kepailitan terhadap debitur tidak dapat dilakukan, melainkan dapat menggunakan perkara pengadilan biasa. Piutang harus dibayar per debiturnya, tetapi berapa jumlah kreditor yang dimiliki debitur penggugat 34.

Akibat Kepailitan Bagi Debitur

Secara umum berlaku ketentuan ayat pertama Pasal 26 UUK terhadap tuntutan-tuntutan tersebut, yang mengatur bahwa tuntutan-tuntutan tersebut harus diajukan oleh atau terhadap kurator. Persyaratan ini mengakibatkan adanya putusan terhadap debitur, pidana ini tidak mempunyai putusan final terhadap harta pailit. Dalam hal ini pemenuhan perjanjian dalam pasal ini mempunyai arti yang luas, yaitu apakah pokok perjanjian itu berupa uang atau yang lainnya.

Dengan demikian debitur tidak kehilangan kesanggupan dan haknya untuk mengadakan perjanjian, melainkan hanya dibatasi pada perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai akibat hukum terhadap seluruh harta benda yang dipailitkan. Misalnya, apabila debitur melanggar ketentuan-ketentuan tersebut, maka perbuatannya tidak mempunyai akibat yang mengikat terhadap harta benda yang dipailitkan, kecuali perbuatan atau pengaturan itu menguntungkan orang yang pailit.

Tata Cara Permohonan Pailit

Penghitungan nilai piutang dalam mata uang rupiah dilakukan pada tanggal ditetapkannya putusan pailit (Pasal 139 UUK). Oleh karena permohonan pailit diterima menurut hukum dagang, maka wewenang untuk menyelesaikan dan memproses perkara pailit itu beralih kepada kurator. Kreditur jika debitur meminta pernyataan pailit dan terdapat keraguan mengenai persyaratan mana yang harus dipenuhi.

Debitur dalam hal ini permohonan pailit diminta oleh kreditur, Bank Indonesia, Kejaksaan Agung, Bapepam dan Kementerian Keuangan, perlu dilakukan pemeriksaan apakah bukti-bukti yang diajukan memenuhi syarat-syarat pailit. Pembuktian usulan pernyataan pailit dilakukan dalam sidang umum dan dapat diambil keputusannya terlebih dahulu, sekalipun terhadap keputusan itu diajukan gugatan.

Syarat Berakhirnya Kepailitan

Apabila harta pailit tidak mencukupi untuk membayar biaya kepailitan, pengadilan dapat memutuskan status pailit tersebut harus dicabut. Pencabutan status pailit harus dilakukan dengan keputusan hakim yang dikukuhkan/disepakati dalam sidang pengadilan umum. Dalam putusan hakim mengenai pemberian kuasa untuk membatalkan atau mencabut status pailit debitur juga harus ditentukan, yang meliputi penentuan besarnya imbalan jasa wali amanat dan biaya kepailitan yang ditanggung debitur (Pasal 18 ayat 3 dan ayat) UU Kepailitan).

Namun apabila putusan pailit disetujui untuk dibatalkan melalui kasasi atau peninjauan kembali, maka berakhirlah status pailit debitur. Setelah masa kepailitan debitur berakhir, maka debitur kembali kepada keadaan hukum seperti semula, yaitu memperoleh kembali kuasa untuk berbuat sesuatu terhadap hartanya dan mengambil tindakan untuk mengurus hartanya sendiri (tindakan pengurusan dan akta kepemilikan).

Prosedur Pengembalian Dana Kreditur Melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan Kepailitan

Penyampaian rencana perdamaian beserta pemberitahuannya di kantor pendaftaran pengadilan niaga harus dilakukan paling lambat 8 ​​(delapan) hari sebelum pertemuan verifikasi atau pencocokan debitur. Setelah verifikasi debitur atau pertemuan pencocokan debitur selesai, rencana perdamaian dapat dibicarakan dan diambil keputusan (Pasal 145 ayat (1) UU – UU Kepailitan). Syarat diterimanya suatu rencana perdamaian adalah disetujui oleh lebih dari setengah (setengah) jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan diakui hak-haknya, atau bagi mereka yang diakui sementara, apabila kreditor-kreditor tersebut sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah tagihan kreditur, kreditur tanpa jaminan, atau kuasa kreditur tanpa jaminan yang hadir dan yang hadir. Apabila rencana perdamaian disetujui, maka hakim pengawas harus menetapkan tanggal sidang di pengadilan niaga untuk mengesahkan atau menyetujui rencana perdamaian tersebut sebelum rapat ditutup.

Apabila pengadilan niaga menolak mengesahkan rencana perdamaian tersebut, maka pihak-pihak yang berkeberatan atas penolakan tersebut dapat menempuh jalur hukum yaitu kasasi ke Mahkamah Agung. “Jika pada pencocokan debitur tidak ditawarkan rencana perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan suatu keputusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka harta pailit itu berada dalam keadaan pailit. karena hukum. ." Bilamana rencana perdamaian itu harus dibicarakan dan diambil keputusannya segera setelah verifikasi dan perdamaian piutang berakhir. Apabila para kreditor menyetujui rencana perdamaian debitur pailit itu menurut tata cara yang berlaku dan mendapat persetujuan pengadilan dari komersial sampai tetap. sah maka kepailitan itu akan berakhir setelah perjanjian damai mempunyai kekuatan hukum tetap.

Beberapa keadaan yang menjadi pemicu pelunasan utang debitur pailit kepada kreditornya dengan menggunakan penyelesaian harta pailit adalah apabila pada saat penagihan piutang pembuktian atau pencocokan piutang tidak ada rencana perdamaian yang ditawarkan kepada kreditur atau rencana perdamaian yang ditawarkan kepada kreditur ditolak oleh kreditur atau pengesahan perjanjian damai. perdamaian ditolak berdasarkan keputusan yang diambil, mempunyai kekuatan hukum tetap, sehingga menurut hukum harta pailit berada dalam keadaan pailit (Pasal 178 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan).

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Di Indonesia Dalam Kepailitan

Persekutuan komanditer atau CV merupakan salah satu jenis badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum, sehingga apabila melakukan hubungan hukum dengan pihak ketiga, ada kemungkinan perseroan tersebut menjadi debitur. Contoh badan usaha yang berbentuk badan hukum adalah perseroan terbatas atau PT, koperasi, perseroan bersama dan yayasan. Perbuatan hukum dilakukan walaupun dalam melakukan perbuatan hukum itu diwakili oleh seseorang, tetapi perbuatan itu dilakukan atas nama badan hukum dan menjadi tanggung jawab badan hukum tersebut.

Oleh karena itu, badan hukum yang dapat dipidana pailit adalah badan hukumnya, bukan pengurusnya, apabila para anggota direksi atau pengurus lain yang bertindak di bawah tanggung jawab badan hukum itu berbuat baik dan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Jadi kesimpulannya adalah apabila suatu badan usaha yang berbentuk badan hukum mempunyai sekurang-kurangnya dua orang kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu tagihan yang dapat diperoleh kembali dan jatuh tempo.

Hambatan yang ditimbulkan akibat pengaturan auditing yang kabur dalam Undang-Undang Kepailitan

Kuasa ini hanya terbatas pada pengamanan dan penitipan harta pailit yang masih diakui sebagai milik debitur pailit atau yang masih melekat secara sah pada hak milik debitur, walaupun dalam prakteknya ada pula harta milik debitur pailit tetapi mempergunakan hak milik debitur pailit tersebut. nama subjek atau status hukum lain. Harta yang dimilikinya terpisah karena badan usahanya berbentuk perseroan terbatas. Keterbatasan kewenangan wali amanat dan pemberian jangka waktu yang pendek berdasarkan ketentuan undang-undang kepailitan memudahkan debitur nakal untuk menipu dan menyembunyikan hartanya dari wali amanat dan kreditornya, sehingga harta kekayaan debitur nakal yang disembunyikan menjadi sulit. untuk ditemukan dan ditemukan oleh pengadilan dan kreditornya. Hal ini memudahkan debitur nakal yang berbentuk badan hukum untuk menyembunyikan atau menyamarkan harta kekayaannya tanpa harus khawatir ketahuan oleh pengadilan dan kreditornya. Belum jelasnya aturan mengenai audit investigatif menimbulkan ketidakjelasan skema kewenangan auditor dalam bekerja. mengejar harta kekayaan debitur pailit, yang berdasarkan asas creditor parity sudah tidak menjadi hak lagi bagi debitur pailit, sehingga menjadi alasan untuk mengatur peraturan perundang-undangan kepailitan yang berupaya untuk menghormati hak milik debitur pailit sebelum harta tersebut hilang. dinyatakan cukup untuk melunasi seluruh utangnya, tidak diperlukan.

Berdasarkan kajian tersebut maka pemeriksaan investigatif harus ditujukan semata-mata untuk menelusuri seluruh harta kekayaan debitur untuk kepentingan kreditur, yang berhak atas harta kekayaan debitur pailit sebesar tagihan, menurut asas paritas. kreditur. dimiliki oleh para kreditur tersebut. Pengakuan hak milik kreditur atas harta kekayaan yang masih dikuasai debitur, berdasarkan asas creditor parity, hendaknya ditentukan dalam peraturan daerah yurisdiksi pemeriksaan investigatif, yang memberikan prioritas kepada kreditur apabila tidak jelasnya pengaturan penyidikan. pemeriksaan membuktikan bahwa pengaturan pemeriksaan dalam peraturan perundang-undangan kepailitan tidak sesuai dengan asas credit parity.

Hambatan Dalam Pengembalian Dana Kreditur Dari Debitur Pailit Yang Berbadan Hukum

Dalam hal debiturnya berbentuk badan hukum, maka perseroan terbatas sebagai badan hukum juga dapat pailit, meskipun berdiri sendiri-sendiri dari pemegang sahamnya. Menurut Munir Fuady52, perseroan terbatas adalah suatu badan hukum yang berdiri sendiri dan merupakan perkumpulan para pemegang saham yang didirikan dengan undang-undang, yang diberlakukan sebagai badan hukum yang berdiri sendiri. Badan hukum merupakan suatu kenyataan yang nyata, sebagaimana hakikat kepribadian manusia yang ada dalam hubungan hukum.

Badan hukum yang menjadi rechtsperson dianggap sebagai orang yang sama sekali tidak berbeda dengan manusia, sehingga dianggap mampu melakukan perbuatan hukum, mempunyai hak atas harta benda. Terdapat kekurangan dalam peraturan perundang-undangan kepailitan yang memudahkan pembuktian kesalahan atau kelalaian anggota direksi suatu badan hukum.

Referensi

Dokumen terkait