• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. BAB III Bahan Baku Utama dan Bahan Penunjang (AutoRecovered)

N/A
N/A
Nabila Cahya

Academic year: 2023

Membagikan "3. BAB III Bahan Baku Utama dan Bahan Penunjang (AutoRecovered)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

BAHAN BAKU UTAMA DAN BAHAN BAKU PENUNJANG

Bahan baku pembuatan gula di PT. Pemukasakti Manisindah secara garis besar terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku penunjang.

3.1 Bahan Baku Utama

Pabrik gula PT. Pemukasakti Manisindah dalam proses pembuatan gula menggunakan tebu yang diekstraksi untuk diambil niranya sebagai bahan baku utama pembuatan gula.

3.1.1 Tebu (Cane)

Tebu (Saccharum officinarum) merupakan bahan baku utama pembuatan gula selain bit (beta vurgaris). Bahan baku pati (jagung, ubi kayu, dan lain-lain) dapat pula digunakan sebagai pemanis berupa fruktosa. Tingkat kemanisan dari fruktosa lebih tinggi dibandingkan dengan gula sukrosa, tetapi gula fruktosa tidak dapat dikristalkan pada suhu kamar sehingga hasil produksinya berupa cairan (sirup).

Gula fruktosa atau sirup lebih sulit dalam hal pengangkutannya dibandingkan padatan maka gula fruktosa jarang diproduksi.

(2)

Kandungan sukrosa pada tebu bergantung pada jenis tebu, tingkat kemasakan tebu (umur tebu), struktur kondisi tanah, iklim/musim, metode penanaman, pemeliharaan, dan penebangan tebu. Ciri-ciri varietas unggul antara lain :

1. Tingkat produktivitas gula tinggi, dapat diukur melalui bobot dan atau rendemen yang tinggi.

2. Produktivitas tanaman stabil

3. Memiliki kemampuan yang tinggi untuk dikepras

4. Memiliki toleransi yang baik terhadap hama dan penyakit

Jumlah asam organik dalam tebu bergantung pada tingkat kemasakan (umur) tanaman tebu. Tebu yang melebihi batas kemasakannya akan mengandung asam organik dan gula reduksi yang tinggi dan semakin banyak sukrosa yang terurai menjadi glukosa dan fruktosa.

Varietas tebu yang ditanam oleh PT. Pemukasakti Manisindah antara lain jenis GP 11, GM 19, RGM 1010, RGM 515, RGM612, SS 57,RGM 477. Pengadaaan bahan baku tebu dilakukan dengan penanaman varietas-varietas tersebut di atas areal perkebunan seluas 24.209 hektar, baik lahan sendiri maupun kemitraan. Pada usia 8-9 bulan tanaman tebu dianalisa untuk menentukan kemasakannya dengan parameter persen pol juice.

3.1.2 Nira (Juice)

Nira merupakan cairan yang diperoleh dari hasil penggilingan atau ekstraksi tanaman tebu yang dikenal dengan nira mentah (mixed juice). Nira mentah memiliki pH sekitar 4,9 - 5,6 dan sangat kental. Kekentalan nira disebabkan

(3)

adanya koloid terlarut yang meningkatkan kekeruhan nira. Kekeruhan nira ini dapat dikurangi dengan mengendapkan partikel-partikel koloid tersebut yaitu dengan penambahan bahan kimia flokulan dan koagulan. Komposisi senyawa yang terdapat dalam nira mentah dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Komposisi Tebu dan Nira Mentah

Senyawa Tebu (%)

Air 73-76

Zat Padat

Zat padat terlarut Fiber (kering)

24-27 10-16 11-16

Zat padat terlarut (%) Gula

Sukrosa Glukosa Fruktosa

75-92 70-88 2-4 2-4 Garam

Asam organik Asam anorganik

3,0-4,5 1,5-4,5 1,0-3,0 Asam organik

Asam karboksilat Asam amino

1,5-5,5 1,1-3,0 0,5-2,5 Non gula organik lainnya

Protein Starch Gums

Waxes, fats, phospatides

0,5-0,6 0,001-0,100

0,30-0,60 0,05-0,15 (Chou , 1993)

(4)

3.2 Bahan Baku Penunjang

Pabrik gula PT. Pemukasakti Manisindah menggunakan quick lime, flocculant, belerang, CO2, SO2, phosforic acid 85 %, dan anti scalant sebagai bahan baku penunjang pada proses pemurnian (clarification).

3.2.1 Quick Lime

Quick lime (CaO) pada PT. Pemukasakti Manisindah diperoleh dari luar (pemasok) dengan kadar CaO > 85%. Tujuan penambahan quick lime ini adalah sebagai bahan untuk menaikan pH. Pada penggunaannya quick lime diubah terlebih dahulu menjadi milk of lime Ca(OH)2. Milk of lime ini dibuat dengan cara menambahkan air pada quick lime. Reaksinya sebagai berikut.

CaO + H

2

O → Ca(OH)

2

(3.1) Milk of lime dengan nilai beume 6% ditambahkan ke dalam inlet pompa limed juice, sehingga terjadi pencampuran dalam putaran pompa. Pengontrolan pH sangat penting dikarenakan jika pH rendah akan membuat rusaknya disaccharide (sucrose) menjadi monosaccharide (glukose dan fruktose), poor flocculation. Jika pH terlalu tinggi akan mengakibatkan perubahan warna dari gula yang terinversi.

3.2.2 Flocculant

Flokulan adalah senyawa poliacrylamid (senyawa hidrokarbon berantai panjang), digunakan sebagai bahan untuk membentuk floc bersama kotoran-kotoran halus, sehingga pengendapan kotoran halus dalam alat pengendap berlangsung lebih cepat dan merata. Flokulan akan mengikat “mud” (kotoran yang mengendap) pada tangki Clarifier. Bila pemberian flokulan berlebih, maka dampak yang timbul

(5)

adalah terjadinya penghambatan proses pada “ rotary vaccum filter” dan dari segi ekonomi proses akan membutuhkan biaya yang tinggi karena harga flokulan yang mahal, terutama magnafloc. Merk flokulan yang biasa digunakan adalah SC300, SV256, dan magnafloc. Dosis pemberian flokulan di PT. Pemukasakti Manisindah sekitar 4 – 6 ppm. Untuk pemakaian flocculant perhari biasnya digunakan sebanyak >100 kg tergantung dengan kualitas tebu yang digiling.

3.2.3 Sulfur (Belerang)

Belerang digunakan untuk menghasilkan gas SO2. Belerang padat dengan kemurnian 99,98% dioksidasi pada rotary burner. Reaksi yang terjadi sebagai berikut,

S(s) + O2 (g) → SO2(g) + energy (3.2)

Proses oksidasi tersebut berlangsung pada suhu 3630C dengan berat udara yang diperlukan sekitar 4,3 kali berat sulfur. Udara yang digunakan adalah udara kering karena kandungan uap air dapat membentuk gas SO3. Gas SO3 sangat tidak diharapkan karena dapat bereaksi dengan air membentuk H2SO4. H2SO4 juga sangat tidak diinginkan pada proses pemurnian dengan proses sulfitasi karena akan membentuk CaSO4 yang mudah larut dalam liquor.

Gas SO2 yang dihasilkan befungsi sebagai penurun warna gula dan penurun pH liquor agar menjadi 7 - 7,2 yang sebelumnya sebesar 8,4. Apabila pH nira basa, maka akan terjadi pengerakkan dan timbul zat warna lain yang menyebabkan

(6)

warna gula tidak putih. Pada tahap ini gas SO2 akan bereaksi dengan kelebihan susu kapur yang ada dalam nira membentuk garam kalsium sulfit (CaSO3) yang mengendap. Pada saat akan mengendap, CaSO3 akan menyerap kotoran-kotoran lain sehingga akan terjadi gumpalan-gumpalan kotoran yang lebih besar dan yang mudah mengendap. Berikut reaksinya:

Ca(OH)2 + SO2 → CaSO3 + H2O (3.3)

3.2.4 Karbon dioksida (CO2)

CO2 digunakan untuk proses karbonatasi. Karbonatasi merupakan salah satu proses yang terjadi pada pembuatan gula tepatnya pada unit clarification. Fungsi adanya proses karbonatasi adalah untuk mengurangi warna pada gula. Reaksi karbonatasi adalah reaksi antara susu kapur (milk of lime) dan gas CO2 dari boiler dimana hasil reaksi tersebut terbentuk endapan calcium carbonate (CaCO3) dimana calcium carbonate itu akan menangkap impurities yang terdapat didalam raw liquor. Berikut reaksinya:

Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O (3.4)

3.2.5 Phosforic Acid

Phosforic Acid merupakan bahan kimia yang digunakan di dalam mixed juice tank, fungsinya untuk menjernihkan juice saat bereaksi dengan kapur dan membantu mempercepat pengendapan. Sehingga phosforic acid diharapkan mampu mengikat kotoran yang ada pada mixed juice dengan cepat. Penambahan

(7)

phosforic acid dengan kadar 85%, dosis 300-350 ppm dan pemakaian kira-kira sebanyak 1050 kg dalam sehari tergantung kualitas tebu yang digiling.

3.2.6 Anti Scalant

Anti scalant merupakan bahan kimia yang berfungsi untuk mengurangi kerak, merk yang digunakan biasanya Deks77 dan SV T-7003. Penambahan anti scalant terjadi pada unit clarification tepatnya pada clear juice tank dan Evaporator # 4, dan pemakaian anti scalant dalam sehari kira-kira sebanyak 150 kg.

Referensi

Dokumen terkait