• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek ... - Repository UNISBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek ... - Repository UNISBA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Objek dan Metode Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Menurut Husein Umar (2003:303) Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.

Berdasarkan pendapat di atas dan uraian tentang pengertian objek penelitian, maka yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah pengaruh persepsi dan sikap amil terhadap orientasi pimpinan organisasi pengelola zakat (OPZ) di Bandung. Adapun lokasi penelitian dilakukan pada beberapa lembaga zakat yang ada di kota Bandung.

3.1.2 Metode Penelitian Yang Digunakan

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2).

Metode penelitian merupakan suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan, mencatat data, baik primer maupun sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis

(2)

faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang diperoleh.

Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode survei dengan teknik analisis data menggunakan metode kualitatif.

Menurut Kerlinger yang dikutip oleh Sugiyono (2008:7) penelitian survei adalah sebagai berikut:

”Penelitian survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.”

Menurut Sugiono (2010:8) metode penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada sample filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

3.2 Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian

Operasionalisasi vaiabel merupakan suatu gambaran mengenai apa yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2005:2)

“Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati”.

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Pengaruh Persepsi dan Sikap Amil Terhadap Orientasi Pimpinan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di Kota Bandung, maka dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu:

1. Pengaruh Persepsi Amil (Variabel X1)

Pengaruh persepsi amil merupakan variabel bebas (independent variable) pertama yang dinotasikan dengan X1. Variabel bebas menurut Sugiyono

(3)

(2013:59) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

2. Pengaruh Sikap Amil (Variabel X2)

Pengaruh sikap amil merupakan variabel bebas (independent variable) kedua yang dinotasikan dengan X2.

3. Orientasi pimpinan organisasi pengelola zakat (OPZ) (Variabel Y)

Orientasi pimpinan organisasi pengelola zakat dalam penelitian ini berfungsi sebagai variabel terikat (dependen variable) yang dinotasikan dengan Y. Variabel dependen atau terikat menurut Sugiyono (2013:59) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Operasionalisasi variabel dalam penelitian tentang pengaruh persepsi dan sikap amil terhadap orientasi pimpinan organisasi pengelola zakat (OPZ) di kota Bandung akan dijelaskan dalam bentuk tabel, mulai dari variabel, definisi operasional, dimensi, indikator, sampai dengan skala ukur yang digunakan.

Adapun operasionalisasi variabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tabel Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala

Data Persepsi

amil (X1)

1. Objek 2. Pelaku 3. Keadaan

1. Objek sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan sosial

2. Pelaku persepsi amil kepada fakir miskin

3. Keadaan dalam melihat orang yang tidak mampu

Ordinal Ordinal Ordinal

(4)

Variabel Dimensi Indikator Skala Data Sikap

Amil (X2)

Orientasi Pimpinan (Y)

1. Mengangkat derajat fakir miskin

2. Memecahkan masalah para gharim,ibnus abil dan mustahik lainnya

3. Sarana pemerataan pendapatan yang berkeadilan sosial

1. Golongan mustahik dan besarnya alokasi dana

1. Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan kesehatan warga miskin bermakna prioritas atau tidak

2. Pelayanan umum warga miskin bersifat selalu diberikan atau jarang

3. Pemberian beasiswa pendidikan untuk warga miskin bersifat segera atau lambat

4. Memberikan bantuan pelunasan hutang, bersifat insidentil atau tidak

5. Memberikan bantuan kepada anak-anak terlantar bersifat seperlunya atau tidak

6. Memberikan bantuan korban bencana alam, bisa bersifat dadakan atau terencana 7. Memberikan beasiswa para

pelajar yang kekurangan biaya,bersifat kondisional atau tidak

8. Jenis bantuan pemenuhan

kebutuhan bisa bersifat konsumtif atau produktif

9. Memberikan bantuan modal bergulir bersifat permanen atau temporer

10. Memberikan pelatihan tenaga kerja bersifat pembimbingan atau bukan pembimbingan.

Tingkat alokasi dana untuk golongan, berikut:

1. Fakir dan miskin 2. Gharim

3. Ibnusabil 4. Fisabilillah 5. Riqab

6. Muallaf

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal

(5)

3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian tentang pengaruh persepsi dan sikap amil terhadap orientasi pimpinan organisasi pengelola zakat (OPZ) di Bandung adalah data primer dan sekunder. Menurut Sugiyono (2012:308) bahwa “sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat dokumen atau orang lain”

Penggunaan data primer karena peneliti mengumpulkan sendiri data-data yang dibutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti.

Setelah data-data terkumpul, data tersebut akan diolah sehingga akan menjadi sebuah informasi bagi peneliti tentang keadaan objek penelitian.

Penggunaan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari data-data yang telah ada diwebsite resmi perusahaan. Data-data yang tertera berupa sejarah dan visi misi perusahaan yang diteliti, serta produk yang ada pada perusahaan.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian tentang pengaruh persepsi dan sikap amil terhadap orientasi pimpinan organisasi pengelola zakat (OPZ) di Bandung adalah kuesioner, yaitu peneliti memberikan angket yang berisi beberapa pertanyaan yang tertkait dengan persepsi amil dan sikap amil terhadap orientasi

(6)

pimpinan kepada responden yaitu para pengguna informasi pada beberapa lembaga sehingga peneliti dapat melakukan analisis dari jawaban yang telah diberikan.

Menurut Sugiyono (2012:199), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Kuesioner dibuat dalam bentuk pilihan ganda dengan lima butir opsi jawaban untuk setiap pertanyaannya. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari setiap pertanyaan kuesioner yang menggunakan skala Likert diberi skor 1-5. Skor 5 merupakan skor tertinggi dan Skor 1 merupakan nilai skor terendah dengan gradasi skor dari sangat positif sampai sangat negatif.

Penilaian skornya misalnya dapat dijelaskan sebagai berikut (Sugiyono, 2012:135):

1. Jawaban sangat setuju/sangat positif, sangat memadai, diberi skor = 5 2. Jawaban setuju/sering/positif, memadai, diberi skor = 4

3. Jawaban ragu-ragu/ kadang-kadang/netral, diberi skor = 3

4. Jawaban tidak setuju/ hampir tidak pernah, tidak memadai, diberi skor = 2 5. Jawaban sangat tidak setuju/tidak pernah, sangat tidak memadai, diberi

skor = 1

(7)

Berdasarkan penilaian skor kuesioner tersebut, maka dapat ditentukan nilai masing-masing variabel, apakah sudah memenuhi kriteria atau belum. Hal tersebut dapat diketahui dengan menentukan kelas interval, yaitu skor jawaban tertinggi dikurangi dengan skor jawaban terendah berbanding dengan banyaknya kelas interval. Kelas pengelompokan dibuat menjadi lima kelompok, dimana lima kelompok tersebut dibuat untuk mempermudah proses pengklasifikasian. Secara umum hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengelompokan Nilai Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Persepsi Amil (X1)

Total skor tertinggi – Total skor terendah Banyaknya kelas interval

Dalam penelitian ini, total skor tertinggi diperoleh dari:

Responden (n) x Jumlah pernyataan x Skor tertinggi = 40 x 3 x 5 = 600 Sedangkan total skor terendah diperoleh dari:

Responden (n) x Jumlah pernyataan x Skor terendah = 40 x 3 x 1 = 120 Berdasarkan perhitungan di atas, maka interval untuk pengaruh persepsi amil adalah sebagai berikut:

Total skor tertinggi – Total skor terendah = 600 - 120 = 96 Banyaknya kelas interval (5)

(8)

Dengan demikian, interval untuk masing-masing kriteria adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pengelompokan Nilai Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Persepsi Amil Kriteria

120 – 216 Sangat Tidak Baik

216 – 312 Tidak Baik

312 – 408 Cukup Baik

408 – 504 Baik

504 – 600 Sangat Baik

Sumber : Data primer hasil pengolahan, 2015

2. Pengelompokan Nilai Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Sikap Amil (X2)

Total skor tertinggi – Total skor terendah Banyaknya kelas interval

Dalam penelitian ini, total skor tertinggi diperoleh dari:

Responden (n) x Jumlah pernyataan x Skor tertinggi = 40 x 10 x 5 = 2000 Sedangkan total skor terendah diperoleh dari:

Responden (n) x Jumlah pernyataan x Skor terendah = 40 x 10 x 1 = 400 Berdasarkan perhitungan di atas, maka interval untuk pengaruh Sikap Amil adalah sebagai berikut:

Total skor tertinggi – Total skor terendah = 2000 - 400 = 320 Banyaknya kelas interval (5)

Dengan demikian, interval untuk masing-masing kriteria adalah sebagai berikut :

(9)

Tabel 3.3

Pengelompokan Nilai Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Sikap Amil Kriteria

320 – 720 Sangat Tidak Baik

720 – 1040 Tidak Baik

1040 – 1360 Cukup Baik

1360 – 1680 Baik

1680 – 2000 Sangat Baik

Sumber : Data primer hasil pengolahan, 2015

3. Pengelompokan Nilai Jawaban Responden Mengenai Orientasi Pimpinan Terhadap Persepsi Amil

Total skor tertinggi – Total skor terendah Banyaknya kelas interval

Dalam penelitian ini, total skor tertinggi diperoleh dari:

Responden (n) x Jumlah pernyataan x Skor tertinggi = 40 x 6 x 5 = 1200 Sedangkan total skor terendah diperoleh dari:

Responden (n) x Jumlah pernyataan x Skor terendah = 40 x 6 x 1 = 240 Berdasarkan perhitungan di atas, maka interval untuk penerapannya terhadap orientasi pimpinan adalah sebagai berikut:

Total skor tertinggi – Total skor terendah = 1200 - 240 = 192 Banyaknya kelas interval (5)

Dengan demikian, interval untuk masing-masing kriteria adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Pengelompokan Nilai Jawaban Responden Mengenai Orientasi Pimpinan Kriteria

240 – 431 Sangat Tidak Baik

432 – 623 Tidak Baik

624 – 815 Cukup Baik

816 – 1007 Baik

1008 – 1200 Sangat Baik

Sumber: Data primer hasil pengolahan, 2015

(10)

4. Pengelompokan Nilai Jawaban Responden Mengenai Orientasi Pimpinan Terhadap Sikap Amil

Total skor tertinggi – Total skor terendah Banyaknya kelas interval

Dalam penelitian ini, total skor tertinggi diperoleh dari:

Responden (n) x Jumlah pernyataan x Skor tertinggi = 40 x 6 x 5 = 1200 Sedangkan total skor terendah diperoleh dari:

Responden (n) x Jumlah pernyataan x Skor terendah = 40 x 6 x 1 = 240 Berdasarkan perhitungan di atas, maka interval untuk penerapannya terhadap orientasi pimpinan adalah sebagai berikut:

Total skor tertinggi – Total skor terendah = 1200 - 240 = 192 Banyaknya kelas interval 5

Dengan demikian, interval untuk masing-masing kriteria adalah sebagai berikut : Tabel 3.5

Pengelompokan Nilai Jawaban Responden Mengenai Orientasi Pimpinan Kriteria

240 – 431 Sangat Tidak Baik

432 – 623 Tidak Baik

624 – 815 Cukup Baik

816 – 1007 Baik

1008 – 1200 Sangat Baik

Sumber: Data primer hasil pengolahan, 2015

(11)

3.4 Populasi dan Target Populasi 3.4.1 Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono (2011:80) mengemukakan bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini.

3.4.2 Target Populasi

Target populasi pada penelitian yang penulis lakukan yaitu pada 5 lembaga organisasi pengelola zakat, yaitu:

Tabel 3.6 Target Popuasi Target

Penelitian NO

Nama Perusahaan Alamat

1. Pusat Zakat Ummat (PZU) Jl. Perintis Kemerdekaan No. 2-4 Bandung

2. Rumah Zakat (Sinergi Foundation)

Jl. Pasir kaliki No. 143 Bandung 3. Rumah Amal Salman ITB Jl. Ganesha No. 7 Bandung 4. BAZNAZ (Badan Amil Zakat

Nasional)

Jl. Diponegoro No. 63 Bandung 5. DT (Darut Tauhid) Jl. Geger kalong girang No. 67 Sumber : Organisasi Pengelola Zakat di kota Bandung

(12)

3.5 Rancangan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah data dikumpulkan, kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik pengolahan data. Analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang tercantum dalam identifikasi masalah. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan software IBM SPSS Statistics 20.

3.5.1 Transformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval

Transformasi data dari ordinal menjadi interval gunanya untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis statistik parametrik yang mana data setidak-tidaknya memiliki skala interval. Teknik transformasi yang paling sederhana adalah menggunakan MSI (Methode of successive Interval). Langkah-langkah menganalisis data dengan menggunakan Metode Succesive Interval adalah sebagai berikut :

a) Menentukan frekuensi setiap responden yaitu banyaknya responden yang memberikan respon untuk masing-masing kategori yang ada.

b) Menentukan nilai proporsi setiap responden yaitu dengan membagi setiap bilangan pada frekuensi, dengan banyaknya responden keseluruhan.

c) Jumlahkan proporsi secara keseluruhan (setiap responden), sehingga diperoleh proporsi kumulatif.

d) Tentukan nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif.

(13)

e) Menghitung Scala Value (SV) untuk masing-masing responden dengan rumus :

Density at lower limit – Density at upper limit SV =

Area under upper limit – Area under lower limit

Mengubah Scala Value (SV) terkecil menjadi sama dengan satu (=1) dan mentransformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil sehingga diperoleh Transformed Scaled Value (TSV).

3.5.2 Pengujian Instrumen Penelitian

Dalam mengungkap variabel-variabel yang diteliti dalam suatu penelitian diperlukan alat ukur yang valid dan dapat diandalkan, atau dengan kata lain harus memiliki validitas dan reliabilitas. Hal ini diperlukan agar hasil akhir dan kesimpulan yang dikemukakan peneliti tidak akan keliru dan memberikan gambaran yang tidak jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya serta hipotesis yang digunakan juga akan mengenai sasarannya. Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes tersebut. Untuk itulah maka perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap alat ukur penelitian ini (kuesioner).

3.5.2.1 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan yang ingin diukur

(14)

pengukuran psikologis atau non fisik. Berkaitan dengan karakteristik psikologis, hasil pengukuran yang diperoleh sebenarnya diharapkan dapat menggambarkan atau memberikan skor/ nilai suatu karakteristik lain yang menjadi perhatian utama. Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) dan validitas konstruk. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut validitas untuk menguji apakah pertanyaan- pertanyaan itu telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk.

Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/item dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment, sebagai berikut:

Rumus Pearson: = −(Σ )(Σ )√( 2−(Σ )2( 2−( )2) Keterangan:

R hitung = koefisien korelasi ΣX = Jumlah Skor Item

ΣY = Jumlah Skor Total (seluruh item) N = Jumlah Responden

Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Selanjutnya, jika nilai koefisien korelasi product moment dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai tabel kritik, maka pertanyaan tersebut signifikan.

(15)

3.5.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur kehandalan, ketetapan atau keajegan atau konsistensi suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan handal jika jawaban responden terhadap butir-butir pertanyaan dalam kuesioner adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Sugiyono 2012:349). Selain itu untuk menghasilkan kehandalan suatu instrumen atau kuesioner, peneliti haruslah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan kepada responden. Adapun sebagai teknik untuk mengukur reliabilitas instrument yang berupa angket dengan skala likert ini dapat menggunakan rumus koefisien reliabilitas Split Half Method (Spearman-Brown Correlation) atau teknik belah dua, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

R = Realibility

r1 = Reliabilitas internal seluruh item

rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Karena dalam penelitian ini terdapat lebih dari satu variabel independen yang akan diuji, maka untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel terikat maka proses analisis regresi yang akan dilakukan adalah menggunakan analisis regresi berganda. Menurut Sugiyono (2013:277) mendefinisikan bahwa:

“Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel

(16)

dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor predictor dimanipulasinya (dinaik-turunkannya)”.

Secara fungsional persamaan regresi keduavariabel independen yang diteliti, yaitu persepsi amil (X1) dan sikap amil (X2) terhadap orientasi pimpinan diformulasikan sebagai berikut:

Y = 0 + 1 X1 + 2 X2 + Dimana :

Y = variabel dependen (orientasi pimpinan)

0 = Nilai bilangan konsta

β1 & β2 = Koefisien regresi / koefisien pengaruh dari X1 dan X2 X1 = variabel independen (persepsi amil)

X2 = variabel bebas (sikap amil)

Sebelum dilanjutkan pada pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik dan dihitung koedisien determinasi.

3.5.3.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk memenuhi syarat analisis regresi linier, yaitu penaksir tidak bias dan terbaik atau sering disingkat BLUE (best linier unbias estimate). Ada beberapa asumsi yang harus terpenuhi agar kesimpulan dari hasil pengujian tidak bias, diantaranya adalah uji normlitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Namun pada pnelitian ini uji autokorlasi tidak dilakukan karena data yang digunakan tidak berbentuk time series.

(17)

3.5.3.2 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi, variabel dependen, variabel independen atau kedua-duanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan grafik Normal Probability Plot dan Kolmogorov-Smirnov terhadap variabel Y. Dua metode uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPPS 20.0.

Deteksi normalitas dengan menggunakan Normal Probability Plot pada program SPSS adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

a) Jika data menyebar diatas garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas Kolmogorov-Smirnov di lihat dari nilai probabilitas asymptotic significance adalah sebagai berikut:

Angka signifikansi (Sig) > α = 0,05 maka data berdistribusi normal Angka signifikansi (Sig) < α = 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

3.5.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastis akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi

(18)

tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastis tersebut harus dihilangkan dari model regresi.

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji-Glejser (Gujarati & Porter, 2009: 380) yaitu dengan meregresikan variabel independen terhadap nilai absolut dari residual (error). Jika nilai koefisien regresi antara variabel independen dengan nilai absolut dari residual(error) signifikan, maka kesimpulannya terdapat gejala heteroskedastisitas, sebaliknya apabil koefisien regresi antara variabel independen dengan nilai absolut dari residual tidak signifikan, maka kesimpulannya tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

3.5.3.4 Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel independen saling berkorelasi tinggi. Jika terdapat korelasi yang sempurna di antara sesama variabel independen sehingga nilai koefisien korelasi di antara sesama variabel independen ini sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah:

1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak stabil.

2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka koefisien-koefisien regresi semakin besar kesalahannya dan standar errornya semakin besar pula.

Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF)

(19)

2 i

VIF= 1 1-R

Ri2

adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF diatas atau lebih besar dari 10 maka diantara variabel independen terdapat gejala multikolinieritas (Gujarati & Porter, 2005 :340).

3.5.3.5 Koefisien Determinasi

Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui nilai α dan β masing-masing variabel. Pada analisis regresi juga diperoleh nilai R2. Nilai R2 atau koefisien determinasi merupakan suatu ukuran penting dalam regresi karena menjelaskan berapa persen variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen. Nilai R2 yang mendekati nol menunjukkan hubungan yang lemah antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai R2 menunjukkan seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.

Dengan kata lain, nilai ini menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 < R2 < 1.

Semaki besar nilai R2 semakin baik model regresi tersebut, Nilai R2 sebesar nol atau mendekati nol berarti variabel dependen tidak dapat dipengaruhi oleh variabel independennya. Koefisien determinasi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

2 ESS

R =TSS

(20)

ESS = Estimate sum of square (jumlah kuadrat regresi) TSS = Total sum of square (jumlah kuadrat total) (Gujarati & Porter, 2005 :201)

3.5.4 Pengujian Hipotesis

Setelah koefisien regresi dihitung, selanjutnya akan diuji apakah nilai koefisien regresi yang diperoleh signifikan (bermakna) atau tidak. Prosedur pengujian hipotesis ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:

3.5.4.1 Penetapan Hipotesis nol dan Hipotesis alternatif

Menurut Mudrajad Kuncoro (2003;10) Hipotesis adalah pernyataan mengenai konsep yang dapat dinilai benar atau salah jika merujuk pada suatu fenomena yang diamati dan diuji secara empiris. Rumusan hipotesis yang dinyatakan pada penelitian ini adalah hipotesis nol ( Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol ( Ho) merupakan hipotesis yang menyatakan suatu hubungan/pengaruh antar variabel yang secara definitif atau eksak sama dengan nol atau dinyatakan bahwa tidak ada hubungan atau pengaruh yang signifikan antar variabel yang diteliti. Selanjutnya hipotesis alternatif (Ha) merupakan lawan pernyataan dari format hipotesis nol yang menunjukkan adanya hubungan atau pengaruh yang signifikan antar variabel yang diteliti.

Berdasarkan paradigma penelitian, terdapat 3 hipotasis yang akan diuji pada penelitian ini, dimana masing-masing hipotesis tersebut dirumuskan sebagai berikut:

(21)

H0.1 : 1 = 0 Persepsi amil secara parsial tidak berpengaruh terhadap orientasi pimpinan

Ha.1 : 1 ≠ 0 Persepsi amil secara parsial berpengaruh terhadap orientasi pimpinan

H0.2 : 2 = 0 Sikap amil secara parsial tidak berpengaruh terhadap orientasi pimpinan

Ha.2 : 2 ≠ 0 Sikap amil secara parsial berpengaruh terhadap orientasi pimpinan

H0.3 : Semua i

= 0\

Persepsi dan sikap amil secara simultan tidak berpengaruh terhadap orientasi pimpinan

Ha.3 : Ada i ≠ 0 Persepsi dan sikap amil secara simultan berpengaruh terhadap orientasi pimpinan

a. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis diatas digunakan uji t dan uji F, uji t digunakan untuk melihat signifikansi variabel independen secara individual (parsial) terhasap variabel dependen. Uji t digunakan untuk menguji hipotesis 1 dan 2 menggunakan rumus sebagai berikut:

i i

t =se

dimana:

βi = nilai koefisien regresi yang diestimasi Sβi = standar error koefisien regresi

(22)

Setelah nilai t diperoleh selanjutnya bandingkan dengan ttabel dengan derajat bebas (degree of freedom) n-k pada tingkat kekeliruan 5%, di mana n adalah banyaknya jumlah pengamatan dan k jumlah seluruh variabel. Kriteria uji yang digunakan adalah:

Tolak Ho jika t > ttabel atau t < -ttabel

Terima Ho jika -ttabel ≤ t ≤ ttabel

Kemudian untuk menguji hipotesis ketiga (uji simultan) digunakan statistik uji F yang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

ESS k 1 F=RSS

n k

Dimana:

ESS = Estimate sum of square (jumlah kuadrat regresi) RSS = Residual sum of square (jumlah kuadrat residu) n = jumlah pengamatan (jumlah sampel)

k = jumlah seluruh variabel (Gujarati & Porter, 2005 :241)

Setelah nilai F diperoleh selanjutnya bandingkan dengan Ftabel dengan derajat bebas (degree of freedom) k-1 dan n-k pada tingkat kekeliruan 5%, di mana n adalah banyaknya jumlah pengamatan dan k jumlah seluruh variabel.

Kriteria uji yang digunakan adalah:

(23)

Tolak Ho jika F > Ftabel Terima Ho jika F ≤ Ftabel

b. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan kriteria yang telah ditetapkan dengan didukung teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Untuk mengetahui penerimaan dan penolakan tersebut digunakan kriteria yang telah ditentukan pada bagian sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

By combining VR and android accelerometer sensor, we were able to create an application where user can jog at home without any other equipment but the cellphone itself and a cardboard