31
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis metode kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti menjadi instrumen kunci dan peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan informan kunci yang menjadi subjek penelitian dan sumber informasi. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Menurut David Williams dalam (Moleong 2014:5), penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian Kualitatif memiliki Dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore); kedua, menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). (Ghony dan Almanshur (2012:29)
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam (Sugiyono 2015:15) adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka 3. Penelitian kuliatatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau
outcome
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati) Dari definisi tersebut mendorong saya untuk melakukan penelitian kualitatif, karena dengan metode ini peneliti dapat mengetahui cara pandang objek penelitian lebih mendalam yang tidak bisa diwakili dengan angka-angka statistik. Sebab, permasalahan yang diangkat cukup kompleks dan patut untuk diteliti secara lebih mendalam. Melalui metode kualitatif ini peneliti dapat mengenal subjek penelitian secara pribadi dan melihat mereka mengembangkan definisi mereka sendiri tentang dunia.
3.2. Fenomenologi
Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menggunakan studi fenomenologi.
Fenomenologi adalah studi tentang pengetahuan yang berasal dari kesadaran, atau dengan cara memahami suatu objek atau peristiwa dengan mengalaminya secara sadar.
Kuswarno dalam bukunya yang berjudul Fenomenologi : Metode Penelitian Komunikasi mengatakan, fenomenologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Phainomai yang berarti “menampak”. Sedangkan Phainomenon merujuk pada “yang menampak”
dan merupakan fakta yang disadari serta masuk ke dalam pemahaman manusia (2009:
1). Istilah fenomenologi secara etimologis berasal dari kata fenomena dan logos. Secara harfiah fenomena diartikan sebagai gejala atau sesuatu yang menampakkan. Tujuan utama dari fenomenologi adalah mempelajari bagaimana fenomena dialami dalam kesadaran, pikiran dan dalam tindakan, seperti bagaimana fenomena tersebut bernilai atau diterima secara estetis.
Schutz dalam buku Mulyana yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (2008 : 63) fenomenologi adalah studi tentang pengetahuan yang datang dari kesadaran atau cara kita memahami sebuah obyek atau peristiwa melalui pengalaman sadar individu tentang obyek atau peristiwa tersebut. Sebuah fenomena adalah penampilan sebuah obyek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi seseorang, jadi bersifat subjektif.
Fenomenologi mencoba mencari pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan konsep-konsep penting dalam kerangka intersubjektivitas.
Intersubjektif karna pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita
dengan orang lain. Walaupun makna yang kita ciptakan dapat ditelusuri dalam tindakan, karya dan aktivitas yang kita lakukan, tetap saja ada peran orang lain didalamnya (Kuswarno, 2009: 2). Studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Sedangkan pengertian
Litlejohn dalam buku karya Mulyana dan Solatun yang berjudul Metode Penelitian Komunikasi (2013: 91) mengatakan bahwa, fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu menjadi nyata sebagaimana aslinya, tanpa memaksa kategori-kategori peneliti terhadapnya. Fenomenologi merupakan cara yang digunakan untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung.
Menurut salah satu tokoh fenomonologi, yaitu Edmund Husserl dalam (Kuswarno, 2009 : 10) dengan fenomenologi kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung, seolah- olah kita mengalaminya sendiri. Fenomenologi tidak saja mengklasifikasikan setiap tindakan sadar yang dilakukan, namun juga meliputi prediksi terhadap tindakan di masa yang akan datang, dilihat dari aspek-aspek yang terkait dengannya. Semuanya itu bersumber dari bagaimana seseorang memaknai objek dalam pengalamannya. Oleh karena itu, tidak salah apabila fenomenologi juga diartikan sebagai studi tentang makna, dimana makna itu lebih luas dari sekedar bahasa yang mewakilinya.
Menurut Juliansyah dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian (2012:36) pendekatan fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna
konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.
Tahapan-tahapan penelitian fenemenologi Husserl (Kuswarno, 2009 : 47), adalah sebagai berikut :
1. Epoche
Epoche adalah pemutusan hubungan dengan pengalaman yang penelitimmiliki sebelumnya. Dalam melakukan penelitian fenomenologi, epoche ini mutlak harus ada. Terutama ketika menempatkan fenomena dalam kurung (bracketing method). Memisahkan fenomena dari keseharian dan dari unsur-unsur fisiknya, dan ketika mengeluarkan “kemurnian” yang ada padanya.Jadi epoche adalah cara untuk melihat dan menjadi, sebuah sikap mental yang bebas.
2. Reduksi
Ketika epoche adalah langkah awal untuk “memurnikan” objek dari pengalaman dan prasangka awal, maka tugas dari reduksi fenomenologi adalah menjelaskan dalam susunan bahasa bagaimana objek itu terlihat.
Tidak hanya dalam term objek secara eksternal, namun juga kesadaran dalam tindakan internal, pengalaman, ritme dan hubungan antara fenomena
“aku”, sebagai subjek yang diamati. Fokusnya terletak pada kualitas
pengalaman, sedangkan tantangannya ada pada pemenuhan sifat-sifat alamiah dan makna dari pengalaman. Dengan demikian proses ini terjadi lebih dari satu kali. Berikut adalah tahap-tahap yang terjadi dalam reduksi fenomenologi :
a. Bracketing, atau proses menempatkan fenomena dalam “keranjang”
atau tanda kurung, dan memisahkan hal-hal yang dapat mengganggu untuk memunculkan kemurniannya,
b. Horizonalizing, atau membandingkan dengan persepsi orang lain mengenai fenomena yang diamati, sekaligus mengorek atau melengkapi proses bracketing.
c. Horizon, yakni proses menemukan esensi dari fenomena yang murni atau sudah terlepas dari persepsi orang lain.
d. Mengelompokkan horizon-horizon ke dalam tema-tema tertentu dan mengorganisasikannya ke dalam deskripsi tekstural darifenomena yang relevan.
3. Variasi Imajinasi
Adalah mencari makna-makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi, kerangka rujukan, pemisahan dan pembalikan, dan pendekatan terhadap fenomena dari perspektif, posisi, peranan dan fungsi yang berbeda. Tujuannya tiada lain untuk mecapai deskripsi struktural dari
sebuah pengalaman (bagaimana fenomena berbicara mengenai dirinya).
Dengan kata lainmenjelaskan struktur esensial dari fenomena. Berikut adalah langkah-langkah dalam tahap variasi imajinasi :
a. Sistematisasi struktur makna yang mungkin, dengan mendasarkan pada makna tekstural.
b. Mengenali tema-tema pokok dan konteks ketika fenomena muncul.
c. Menyadari struktur universal yang mengedepankan perasaan dan pikiran dalam kerangka rujukan fenomena. Seperti struktur waktu, ruang, perhatian, bahan, kausalitas, hubungan dengan diri dan dengan orang lain.
d. Mencari contoh-contoh yang dapat mengilustrasikan tema struktur invarian dan memfasilitasi pembangunan deskripsi struktural dari fenomena.
4. Sintesis Makna dan Esensi
Tahap terakhir dalam penelitian fenomenologi transendal adalah integrasi intuitif dasar-dasar deskripsi tekstural dan struktural ke dalam suatu pernyataan yang menggambarkan hakikat fenomena secara keseluruhan.
Dengan demikian, tahap ini adalah tahap penegakan pengetahuanmengenai hakikat.
Fenomenologi merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu (Creswell, 2010:20). Dengan menggunakan studi fenomenologi, maka dalam penelitian ini peneliti harus memahami pengalaman subjek terhadap fenomena beserta makna yang terkandung didalamnya. Melalui pendekatan fenomenologi, diharapkan deskripsi atas fenomena yang tampak di lapangan dapat diinterpretasi makna dan isinya lebih dalam.
3.3. Paradigma Konstruktivisme
Menurut Bogdan dan Biklen dalam (Moleong 2014:49), Konstruktivis adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan justru selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif. Jadi tanpa pengalaman sebelumnya, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengetahuan tidak harus diartikan sebagai pengalaman fisik, tetapi juga dapat diartikan sebagai pengalaman kognitif dan mental.
Paradigma menentukan bagaimana peneliti memandang suatu masalah penelitian, menentukan metodologi penelitian dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian. Fokus penelitian ini adalah pemahaman, pengalaman, dan pemaknaan pada informan penelitian. Oleh karena itu paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Konstrukstivisme sosial meneguhkan asumsi bahwa individ-individu selalu berusaha memahami dunia dimana mereka hidup dan bekerja. Mereka mengembangkan makna-makna subjektif atas pengalaman-
pengalaman mereka, makna-makna yang diarahkan pada objek-objek atau benda- benda tertentu (Creswell, 2010:11).
Bogdan dan Biklen dalam (Moleong 2014:49), Konstruktivis adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan justru selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif. Jadi tanpa pengalaman sebelumnya, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengetahuan tidak harus diartikan sebagai pengalaman fisik, tetapi juga dapat diartikan sebagai pengalaman kognitif dan mental.
Pentingnya pengalaman dalam proses pengetahuan ini membuat proses konstruksi membutuhkan beberapa kemampuan sebagai berikut:
1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman.
2. Kemampuan membandingkan, mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan.
3. Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain.
3.4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek adalah informan yang memberikan informasi tentang masalah yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Menurut Cresswell dalam Kuswarno (2009:132) kriteria informan yang baik adalah: “all individuals studied represent people who have experienced the phenomenon. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka subjek penelitian dikhususkan pada mahasiswa Universitas BSI Bandung yang melakukan kegiatan wirausaha. Jumlah subjek penelitian ditentukan sebanyak lima orang mahasiswa yang berprofesi sebagai pengusaha. Kriteria informan untuk melihat pengalaman dan persepsi mahasiswa mengenai kewirausahaan, yaitu: informan masih menempuh pendidikan di bangku perkuliah di Universitas, dan menjalankan profesi sebagai wirausahawan.
Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian. Titik perhatian tersebut berupa substansi atau materi yang diteliti. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah konstruksi makna wirausaha bagi mahasiswa.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Bila di lihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan data primer dan data sekunder.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi, oleh karena itu pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan cara :
1. Observasi
Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku, kejadian atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti. kemudian mencatat hasil pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dengan pengamatan peneliti dapat melihat kejadian sebagaimana subyek yang diamati mengalaminya, menangkap, merasakan fenomena sesuai pengertian subyek dan obyek yang diteliti.
2. Wawancara Mendalam
Selain melalui observasi partisipatif, peneliti mengumpulkan data melalui wawancara mendalam, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan antara peneliti dengan informan. Wawancara ini dilakukan dengan
berulang-ulang secara intensif. Wawancara mendalam disebut juga wawancara intensif. Pada wawancara mendalam ini, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respons informan. Artinya, informan bebas memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam (tidak ada yang disembunyikan). Cara dengan mengusahakan wawancara berlangsung informal seperti sedang bicara santai. Menurut Krisyantono dalam (Ardianto 2014:179), Wawancara mendalam mempunyai karateristik yang unik, sebagai berikut:
a. Digunakan untuk subjek yang sedikit atau bahkan satu orang saja, mengenai banyaknya subjek, tidak ada ukuran pasti.
b. Menyediakan latar belakang secara perinci mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu.
c. Peneliti tidak hanya memerhatikan jawaban verbal informan, tapi juga respons-respons nonverbal.
d. Dilakukan dalam waktu yang lama dan berkali-kali.
e. Memungkinkan memberikan pertanyaan yang berbeda atas informan yang satu dengan lain. Susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap informan. Jadi, pertanyaannya bergantung pada informasi apa saja yang ingin diperoleh dan berdasarkan jawaban informan yang dikembangkan oleh peneliti.
f. Sangat dipengaruhi oleh iklim wawancara. Semakin kondusif iklim wawancara (keakraban) antara peneliti (pewawancara) dan informan, wawancara dapat berlangsung terus.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan secara berulang- ulang, dimana peneliti menggali informasi yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Peneliti melakukan wawancara mendalam di lokasi yang telah di tentukan oleh peneliti dengan informan, sperti di lokasi usaha informan, atau diluar lokasi, dan menggunakan ponsel apabila informan sedang tidak dapat ditemui selama beberapa waktu. Wawancara dianggap selesai apabila sudah menemui titik jenuh, yaitu sudah tidak ada lagi hal yang ditanyakan.
3. Analisis dokumen
Analisis dokumen dalam penelitian kualitatif sama artinya dengan mencoba menemukan gambaran mengenai pengalaman hidup atau peristiwa yang terjadi beserta penafsiran subjek penelitian terhadapnya.
Analisis dokumen dilakukan dengan cara menyelidiki data yang didapat dari dokumen, catatan, file, dan hal-hal lain yang sudah didokumentasikan.
Metode ini relatif mudah dilaksanakan dan apabila ada kekeliruan mudah diganti karena sumber datanya tetap. Dengan membuat panduan / pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar data yang akan dicari akan
mempermudah kerja di lapangan dalam melacak data dari dokumen satu ke dokumen berikutnya.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertetentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis data terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel.
Menurut Bogdan & Biklen dalam (Meleong 2014:248) analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Menurut Miles and Huberman dalam (Sugiyono 2015:334), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
1. Data Reduction
Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, merangkum, memilih hal-hal pokok, transformasi data kasar yang ada di lapangan, dan data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Dengan demikian reduksi data dimulai sejak peneliti memfokuskan penelitian. Reduksi data yang berupa hasil wawancara dengan informan terkait.
2. Data Display
Data Display ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah di pahami. Dalam menyajikan data dalam penelitian kualitatif, yang lazim digunakan adalah dalam bentuk teks naratif. Terkait dengan display data, peneliti menyajikan dalam bentuk teks.
3. Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitin kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Jika data display telah didukung oleh data-data yang valid, maka dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel.
3.7. Uji Kredibilitas Data
Menurut Sugiyono (2015:365), Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian dan triangulasi. Oleh karena itu uji kredibilitas data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara :
1. Perpanjangan pengamatan dengan menggunakan teknik ini peneliti kembali ke lokasi usaha informan untuk melakukan pengamatan, mewawancarai kembali dengan sumber data yang pernah ditemui maupun baru. Dengan begitu hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin
semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
2. Triangulasi Sumber adalah menguji kredibitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber.
3.8. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa lokasi, tempat tinggal maupun tempat usaha informan yang bertempat di Jalan Keadilan 7, No. 17 Riung Bandung, Jalan Sawah Kurung No. 21A Bandung, di Komplek Permata Hijau Blok E no 43 Rancaekek, Jalan. KS Tubun 1 No. 29 Palmerah Jakarta, dan Jalan Cikawao, Komplek Cikawao Permai Bandung. Waktu penelitian ini dimulai dari april 2018 hingga januari 2019.
Tabel 3.8. Schedule Penelitian
Sumber : Olahan Peneliti
JENIS KEGIATAN
BULAN
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
Pra Penelitian
Pembuatan Bab I Pembuatan
Bab II-III Pengrusan
Izin Penelitian Penelitian Pengolahan dan Analisis
Data Sidang