• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

Sehingga banyak siswa yang bahkan belum memahami cara menyelesaikan permasalahan matematika, misalnya geometri, bangun datar dan lain-lain (Rachmadi 2008:11). Dengan model Pembelajaran Kontekstual diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sehingga memungkinkan siswa meningkatkan keterampilannya terutama kemampuan pemecahan masalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Bidang Luas Persegi Panjang dan Persegi Panjang di Kelas VII SMP Methodist 12 Medan Tahun tahun ajaran."

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah model pembelajaran kontekstual berdampak terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada topik bangun datar kelas VII SMP Methodist 12 Medan?". Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Untuk mengetahui apakah terdapat model pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan matematis siswa dalam menyelesaikan masalah pada materi bangun datar formulir di Medan Kelas VII Kelas 12 Sekolah Menengah Methodist Mengajar Siswa diharapkan lebih termotivasi untuk dapat berpartisipasi aktif dan memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika.

Guru diharapkan termotivasi untuk mengembangkan kreativitasnya dalam menciptakan pembelajaran yang menarik dan dapat menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasi untuk memotivasi siswa dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Definisi Operasional

Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seorang individu untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku yang baru secara menyeluruh, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah mengubah perilaku baik pengetahuan, keterampilan, dan sikap, bahkan mencakup seluruh aspek pada organisme atau orang. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang melibatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara konsisten.

Dalam perubahan tingkah laku ini terjadi suatu proses aktivitas mental, sehingga terjadilah perubahan tingkah laku baik berupa pengetahuan, keterampilan atau lainnya tergantung dari pengalaman yang dimiliki seseorang. Pembelajaran berupaya mengubah input berupa siswa yang tidak terdidik menjadi siswa yang terpelajar, siswa yang tidak mempunyai pengetahuan terhadap sesuatu, menjadi siswa yang mempunyai pengetahuan. Begitu pula dengan siswa yang mempunyai kebiasaan atau perilaku yang tidak mencerminkan eksistensi dirinya sebagai individu yang baik atau positif, maka siswa tersebut akan mempunyai kebiasaan dan perilaku yang baik.

Secara umum pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru agar tingkah laku siswa meningkat.

Kemampuan Pemecahan Masalah

Dengan kata lain masalah adalah suatu hal yang timbul akibat adanya ketidaksesuaian antara sesuatu yang terjadi dengan apa yang kita inginkan, dimana kita harus melakukan upaya untuk mengatasinya, dan upaya tersebut memerlukan proses berpikir. Dalam kehidupan sehari-hari siswa tidak akan lepas dari permasalahan mulai dari permasalahan yang sederhana hingga permasalahan yang kompleks. Masalah dapat diartikan sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara apa yang diinginkan dengan apa yang terjadi atau fakta.

Krulik dan Rudnik dalam Tambunan (2014:36) mendefinisikan “pemecahan masalah sebagai upaya individu untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahamannya untuk menemukan solusi suatu masalah.” Manalu (2017:25) mengatakan bahwa “pemecahan masalah adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawabannya”. Dari beberapa definisi pemecahan masalah, kita dapat menyimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah usaha yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapinya.

Oleh karena itu pembelajaran kontekstual merupakan upaya menjadikan siswa aktif mengembangkan kemampuannya sendiri tanpa kehilangan manfaatnya ketika siswa berusaha belajar memecahkan masalah dan menerapkan serta menghubungkannya dengan dunia nyata. Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu konsep pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini berasumsi bahwa pikiran secara alami mencari makna kontekstual dalam kaitannya dengan situasi nyata lingkungan individu, dan hal ini dapat dicapai melalui pencarian hubungan yang bermakna dan bermanfaat.

Departemen Pendidikan Nasional (September 2006: 4) mengatakan bahwa “model pembelajaran kontekstual dapat membantu guru menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat. . " Nurhadi (dalam Tri Murtono 2007:17) mengatakan bahwa “pendekatan kontekstual dengan konsep pembelajaran yang membantu guru menghubungkan materi yang disampaikan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membantu membuat hubungan antara apa yang dimilikinya dan bagaimana ia memanfaatkannya dalam kehidupannya. " Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memperoleh pengalaman belajar yang bermanfaat, tentunya diperlukan pembelajaran yang memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk melakukan, mencoba dan mengalami sendiri (Learning To Do), dan bukan sekedar pendengar pasif, sebagai penerima segala informasi yang diberikan. guru.

Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat (tidak dekat secara fisik), namun tertutup secara fungsional, yang diajarkan selalu bersentuhan dengan situasi kehidupan dan permasalahan yang terjadi di lingkungan tersebut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah pembelajaran yang menghubungkan situasi dunia.

Prinsip Pembelajaran Contextual

Guru harus merancang kegiatan ke arah kegiatan untuk menemukan sendiri materi yang diajarkan (Trianto. Siklus inkuiri terdiri dari: Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dengan mengajukan pertanyaan yang merupakan strategi utama yang dipandang sebagai kegiatan utama. pembelajaran yaitu guru yang mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.Bagi siswa mengajukan pertanyaan merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran berbasis inkuiri yaitu menggali informasi, memberitahukan tentang apa yang telah diketahuinya dan mengarahkan latihannya kepada aspek yang tidak mereka ketahui.

Kegiatan bertanya berguna untuk mengkaji informasi, memeriksa pemahaman siswa, membangkitkan tanggapan siswa, dan menentukan sejauh mana keingintahuan siswa terhadap sesuatu yang diinginkan guru. Komunitas belajar dapat terjadi ketika terjadi proses komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih berpartisipasi dalam komunikasi pembelajaran siswa yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh teman belajarnya dan meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Hasil belajar dicapai melalui pertukaran antar teman, antar kelompok, dan antara yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui.

Masing-masing pihak pasti merasa bahwa satu sama lain mempunyai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan berbeda yang perlu dipelajari. Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual merupakan suatu keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menggunakan model yang dapat ditiru. Model yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang dapat ditiru, misalnya berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru yang memberikan contoh cara melakukan sesuatu.

Refleksi juga merupakan bagian dari SOL (Contextual Teaching And Learning), refleksi merupakan suatu cara memikirkan apa yang baru dipelajari atau memikirkan kembali apa yang baru dipelajari secara terstruktur.

Skenario Pembelajaran Kontekstual

Langkah-langkah Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning)

Kelebihan dan Kelemahan CTL (Contextual Teaching And Learning) 1. Kelebihan CTL (Contextual Teaching And Learning)

Kelemahan CTL (Contextual Teaching And Learning)

Guru membiarkan siswa menemukan atau menerapkan ide-idenya sendiri dan mengajak siswa untuk secara sadar dan sengaja menggunakan strategi belajarnya sendiri. Namun dalam konteks itu tentu saja guru memerlukan perhatian dan bimbingan ekstra terhadap siswanya, agar hasil pembelajaran sesuai dengan apa yang semula dilaksanakan.

Materi Kajian Peneliti 1. Segi Empat

Persegi panjang

Persegi

Kerangka Konseptual

Hipotesis Tindakan

METODE PENELITIAN

  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
    • Objek Penelitian
    • Jenis Penelitian
  • Rancangan Penelitian
  • SIKLUS 1 1. Permasalahan
    • Tahap Perencanaan Tindakan I
    • Pelaksanaan Tindakan I
    • Observasi
    • Analisis Data I
    • Refleksi I
    • Observasi
    • Tes Hasil Belajar
  • Uji Coba Instrumen
    • Validitas
    • Reliabilitas Tes
    • Tingkat Kesukaran
    • Daya Pembeda Soal
  • Deskripsi Data Penelitian
    • Reduksi Data
    • Paparan Data
    • Analisis Data Hasil Observasi
    • Indikator Keberhasilan

Subyek penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Contextual Teacher and Learning (CTL) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di SMA Methodist 12 Medan tahun ajaran 2017/2018. Kemampuan pemecahan masalah siswa pada benda berbentuk persegi panjang dan persegi menjadi variabel terikat. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, yaitu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika persegi dan persegi panjang.

Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika berada pada kategori sedang. Apabila pada setiap siklus belum mencapai kriteria ketuntasan belajar, maka diperlukan cara untuk mengatasi kesulitan tersebut, antara lain dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Observasi terhadap siswa bertujuan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Dalam kegiatan tersebut guru matematika SMP Methodist 12 Medan dimintai bantuan untuk mengamati siswa penelitian yang berperan sebagai guru, dengan tujuan untuk mengetahui apakah kondisi belajar mengajar yang dilaksanakan sudah sesuai dengan program yang telah disusun. Sedangkan proses sintetik terjadi ketika ternyata berbagai unsur objek kajian yang telah diuraikan mempunyai persamaan hakikat secara konseptual, sehingga dapat direpresentasikan sebagai satu kesatuan. Refleksi dilakukan dengan melihat hasil lembar observasi guru pada Lampiran 8 yang diselesaikan pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran yang dipelajari.

Setelah tes disusun dilanjutkan dengan uji validitas, apakah tes tersebut mengungkapkan isi suatu pemecahan masalah atau variabel yang akan diukur.Jawaban yang diminta untuk instrumen tes ini adalah kesesuaian butir soal dengan pencapaian indikator, mengelompokkan setiap item pertanyaan ke dalam aspek kognitif dan menentukan setiap item pertanyaan ke dalam kategori valid dan tidak valid. Untuk mengetahui kondisi data penelitian yang diperoleh, terlebih dahulu dihitung besar kecilnya skor rata-rata ( ) dan besar kecilnya simpangan baku (S) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Sudjana. Data penelitian yang dikumpulkan melalui tes, observasi, kemudian ditelaah oleh peneliti dan guru.

Setiap soal pada tes pemecahan masalah mempunyai 8 bobot yang terbagi dalam 4 komponen keterampilan yaitu kemampuan menyelesaikan masalah, melaksanakan rencana dan mengendalikan proses dan hasil. Untuk memperjelas analisis, data survei disajikan dalam bentuk narasi dan disertai tabel. Secara rinci skor kemampuan pemecahan masalah seperti dijelaskan pada tabel berikut: .. Skor langkah pemahaman kemampuan pemecahan masalah Tahap 1 Tidak ada jawaban . Hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil observasi selama pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Indikator kinerja mengenai peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang terjadi dilakukan pada setiap putaran, mulai dari putaran ke-1 hingga ke putaran berikutnya.

Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas ( Arikunto)Perencanaan
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas ( Arikunto)Perencanaan

Referensi

Dokumen terkait