38
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena objek dalam penelitian termasuk realitas sosial yang dipandang sebagai suatu peristiwa yang bersifat dinamis, holistic dan penuh makna. Denzim dan Lincoln (1987) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Pengertian ini mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian. Selain itu, Jane Richie mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya didalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain- lain), secara holistic (utuh), dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Dalam hal ini, pendekatan kualitatif harus memperhatikan salah satu aspek terpenting yaitu lebih mementingkan proses yang merupakan sebuah keniscayaan dari komunikasi sebagai suatuproses yang diterima dari luar.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan informasi secara mendalam pada latar yang alami, sehingga data yang diperoleh dapat sesuai tanpa ada rekayasa. Metode yang akan digunakan oleh peneliti untuk mempermudah dalam penelitian merupakan metode pendekatan fenomenologi.
Karena dengan menggunakan fenomenologi peneliti dapat meneliti lebih dalam pengalaman-pengalaman relawan Citarum harum dalam membangun hubungan komunikasi kelompok untuk melestarikan lingkungan sungai Citarum.
Keterkaitannya dengan penelitian peneliti yaitu untuk mengetahui proses komunikasi kelompok yang dilakukan oleh relawan Citarum harum. Proses yang bersifat kompleks ini dapat diurai apabila peneliti melakukan penelitian dengan cara ikut serta dan wawancara mendalam.
3.1.1 Fenomenologi
Pendekatan fenomenologi digunakan dalam penelitian kualitatif.
Fenomenologi menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang disadari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Dalam Morissan (2013: 40), fenomenologi berpandangan bahwa manusia secara aktif menginterpretasikan pengalaman mereka, sehingga mereka dapat memahami lingkungannya
melalui pengalaman personal dan langsung dengan lingkungan.
Fenomenologi memberikan penekanan sangat kuat pada persepsi dan interpretasi dari pengalaman subjektif manusia. Pendukung dari teori ini berpandangan bahwa cerita atau pengalaman individu adalah lebih penting dan memiliki otoritas lebih besar daripada hipotesa penelitian sekalipun.
Kata fenomenologi berasal dari kata phenomenon yang berarti kemunculan suatu objek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi seorang individu. Fenomenologi (phenomenology) menggunakan pengalaman langsung sevagai cara untuk memahami dunia. Orang mengetahui pengalaman atau peristiwa dengan cara mengujinya secara sadar melalui perasaan dan persepsi yang dimiliki orang yang bersangkutan. Menurut Maurice Merlau Ponty selaku pendukung tradis ini, menulis: “All my knowledge of the wold, even my scientific knowledge, is gained from my own particular point of view, or from some experience of the world”
(seluruh pengetahuan saya mengenai dunia, bahkan pengetahuan ilmiah saya, diperoleh dari pandangan saya sendiri, atau dari pengalaman di dunia).
Fenomenologi menjadikan pengalaman sebenarnya sebagai data utama dalam memahami realitas. Apa yang dapat diketahui oleh seseorang adalah apa yang dialaminya. Stanley Deetz dalam Morissan, mengemukakan tiga prinsip dasar fenomenologi, yaitu:
1. Pengetahuan adalah kesadaran. Pengetahuan tidak disimpulkan dari pengalaman namun ditemukan secara langsung dari pengalaman sadar.
2. Makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu itu pada hidup seseorang. Dengan kata lain, bagaimana seseorang memandang suatu objek bergantung pada makna objek itu.
3. Bahasa adalah kendaraan makna. Seseorang mendapatkan pengalaman melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan menjelaskan dunia.
Dalam konteks ini ada asumsi bahwa manusia aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah pengalaman hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut. Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif untuk memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia.
Peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi untuk memahami peristiwa realita yang ada di kelompok relawan Citarum harum, melihat sekaligus memahami pengalaman-pengalaman para relawan dalam membangun hubungan komunikasi kelompok.
3.2 Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan pola yang menjelaskan tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi ( perilaku yang di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu).
Menurut Bogdan dan Biklen paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. (Moleong, 2017: 49).
Sementara, Baker (1992) dalam ‘Paradigms: The Business of Discovering the Future’, mendefinisikan paradigma sebagai seperangkat aturan (tertulis atau tidak) yang melakukan dua hal dalam membangun atau mendefinisikan batas- batas dan menceritakan kepada anda bagaimana seharusnya melakukan sesuatu didalam batas-batas itu agar berhasil.
Penelitian komunikasi dikelompokan kedalam tiga paradigma yakni, paradigma klasik, paradigma kritis, dan paradigma konstruktivis. Dan peneliti menggunakan paradigma konstruktivis sebagai penelitian.
3.2.1 Paradigma Konstruktivis
Paradigma konstruktivis ialah paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif. Paradigma ini hampir merupakan antitesis dari paham yang menempatkan pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas ilmu pengetahuan. Paradigma
konstruktivis memandang ilmu sosial sebagai analisi sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.
Pada perspektif konstruktivis, realitas disikapi sebagai gejala yang sifatnya tidak tetap dan memiliki pertalian hubungan dengan masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Realitas dalam kondisi demikian hanya dapat dipahami berdasarkan konstruksi pemahaman sebagaimana terdapat dalam dunia pengalaman peneliti dalam pertaliannya dengan kehidupan manusia. Oleh karena itu, pemahaman atas suatu realitas selain bersifat relatif juga bersifat dinamis. Pemahaman tersebut bukan ditemukan melainkan diproduksikan berdasarkan dunia pengalaman sebagaimana terbentuk melalui interaksi peneliti dengan dunia luar.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis, karena dengan paradigma konstruktivis peneliti ingin mengetahui pengalaman dari relawan Citarum harum dalam membangun hubungan komunikasi kelompok dengan masyarakat atau anggotanya.
Sementara peneliti juga ingin mengungkap bagaimana komunikasi kelompok yang dilakukan relawan Citarum harum dalam melestarikan lingkungan sungai Citarum.
3.3 Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitian yaitu beberapa informan yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang berkaitan dengan penelitian peneliti.
Wawancara akan dilakukan berdasarkan kriteria tertentu kepada subjek penelitian.
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah relawan Satgas Citarum harum.
Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Komunikasi kelompok dalam pelestarian lingkungan sungai Citarum.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, kualitas dan kelengkapan data yang dihasilkan sangat mempengaruhi pada kualitas riset. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa sumber yaitu:
1. Data primer, yaitu data yang didapatkan dari narasumber yang terlibat dalam permasalahan yang akan diteliti. Pada penelitian ini, sumber data utama adalah relawan Citarum Harum. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah observasi, wawancara dan dokumentasi, sebagaimana penjelasannya sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju (Banister, et al, 1994).
Cartwright mendefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk satu tujuan
tertentu. Observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan pertama dengan mengamati orang dan tempat pada saat dilakukan penelitian. (Creswell dalam sugiyono, 2017:197)
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi kepada relawan Citarum harum guna mendapatkan informasi secara pengamatan peneliti tentang komunikasi kelompok dalam pelestarian lingkungan sungai Citarum.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan setelah observasi dilakukan agar data yang diperoleh sesuai dengan hasil observasi tentang subjek penelitian. Wawancara dilakukan kepada empat orang narasumber diwaktu yang berbeda.
Wawancara merupakan teknik yang pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi melalui pertukaran percakapan dngan tatap muka, dimana seseorang memperoleh informasi dari yang lain. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepent interview ) dan tidak berstruktur, sehingga peneliti sedikit memberi pengarahan pada pewawancara mengenai hakikat permasalahan yang ada maupun tentang pertanyaan yang diajukan kepada informan.
Wawancara dapat dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat, guna mendapatkan data yang mempunyai kedalaman, dan dapat dilakukan berulang – ulang demi kejelasan masalah yang dijelajahi. Dalam wawancara mengunakan petunjuk umum berupa daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Dalam wawancara ini bisa dilakukan dengan cara menanyakan suatu permasalah yang akan diteliti kepada salah satu informan. Apabila jawabannya dirasa kurang menjelaskan apa yang dimaksud, maka wawancara dapat dilakukan lagi pada informan lain dengan materi yang sama dan seterusnya, sampai kejelasan masalah yang diteliti tercapai.
Pada penelitian ini, peneliti akan menggali informasi tentang komunikasi kelompok relawan Citarum harum dalam pelestarian lingkungan sungai Citarum dengan menggunakan teknik wawancara.
Dimana proses memperoleh keterangan dengan tanya jawab secara bertatap muka dengan narasumber atau informan menggunakan pertanyaan terbuka.
c. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono, (2017: 326) merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data
ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.
Analisis dokumen dalam penelitian kualitatif, sama artinya dengan mencoba menemukan gambaran mengenai pengalaman hidup atau peristiwa yang terjadi, beserta penafsiran subjek penelitian terhadapnya.
Teknik pengumpulan data berbentuk dokumentasi merupakan komponen yang cukup penting yang nantinya akan digunakan peneliti dalam memverifikasi kembali data yang diperoleh di lapangan. Selain foto, dokumentasi lain yang dilakukan peneliti dapat berupa catatan ataupun rekaman baik audio maupun audio visual ketika wawancara dilakukan. Teknik pengumpulan data dalam bentuk dokumen dapat berupa foto-foto maupun rekaman audio visual yang diperoleh peneliti di lapangan yang sepenuhnya mendukung penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data yang mendukung pernyataan dari data-data primer.
Maka dari itu, diperlukan data dari kajian pustaka.
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah observasi, wawancara dan dokumentasi, sebagaimana penjelasannya sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju (Banister, et al, 1994).
Cartwright mendefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk satu tujuan tertentu. Observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan pertama dengan mengamati orang dan tempat pada saat dilakukan penelitian. (Creswell dalam sugiyono, 2017:197)
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi kepada juru kunci dan para peziarah di sekitar Situ Cisanti guna mendapatkan informasi secara pengamatan peneliti tentang komunikasi ritual pada tradisi nadran.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan setelah observasi dilakukan agar data yang diperoleh sesuai dengan hasil observasi tentang subjek penelitian. Wawancara dilakukan kepada tiga orang narasumber diwaktu yang berbeda.
Wawancara merupakan teknik dengan pengumpulan data yang sering digunakan pada penelitian kualitatif. Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi melalui pertukaran percakapan dengan tatap muka, dimana seseorang memperoleh informasi dari yang lain. Metode yang digunakan adalah wawancara
mendalam (indepent interview ) dan tidak berstruktur, sehingga peneliti sedikit memberi pengarahan pada pewawancara mengenai hakikat permasalahan yang ada maupun tentang pertanyaan yang diajukan kepada sumber yang diwawancarai.
Wawancara dapat dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat, guna mendapatkan data yang mempunyai kedalaman, dan dapat dilakukan berulang – ulang demi kejelasan masalah yang dijelajahi.
Dalam wawancara mengunakan petunjuk umum berupa daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Dalam wawancara ini bisa dilakukan dengan cara menanyakan suatu permasalah yang akan diteliti kepada salah satu responden. Apabila jawabannya dirasa kurang menjelaskan apa yang dimaksud, maka wawancara dapat dilakukan lagi pada responden lain dengan materi yang sama dan seterusnya, sampai kejelasan masalah yang diteliti tercapai.
Pada penelitian ini, peneliti akan menggali informasi tentang komunikasi ritual pada tradisi nadran dengan menggunakan teknik wawancara. Dimana proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan narasumber atau responden dengan menggunakan pertanyaan terbuka.
3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono, (2017: 326) merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.
Analisis dokumen dalam penelitian kualitatif, sama artinya dengan mencoba menemukan gambaran mengenai pengalaman hidup atau peristiwa yang terjadi, beserta penafsiran subjek penelitian terhadapnya.
Teknik pengumpulan data berbentuk dokumentasi merupakan komponen yang cukup penting yang nantinya akan digunakan peneliti dalam memverifikasi kembali data yang diperoleh di lapangan. Selain foto, dokumentasi lain yang dilakukan peneliti dapat berupa catatan ataupun rekaman baik audio maupun audio visual ketika wawancara dilakukan. Teknik pengumpulan data dalam bentuk dokumentasi nantinya berupa foto-foto maupun rekaman audio visual yang diperoleh peneliti di lapangan terkait ritual nadran di Situ Cisanti.
3.5 Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen mengemukakan bahwa:
“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.(Moleong, 2017:248)
Dalam mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian ini, teknik yang digunakan merupakan teknik analisis data model Miles dan Huberman.
Menurut Miles dan Huberman (2017:246) menjelaskan tentang tiga teknik analisis data yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan. Reduksi data terjadi secara berkelanjutan hingga laporan akhir. Hasil catatan dan rekaman wawancara yang didapat oleh peneliti, dipilih terlebih dahulu mana yang penting dikaji dan mana yang akan dibuang karena data dianggap kurang penting. Jika data kurang, maka peneliti akan melakukan wawancara ulang
.
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (dalam sugiyono, 2017:339).
c. Conclusing or Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2017:343)
“penarikan kesimpulan kan verifikasi. Apabila kesimpulan dalam tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang kredibel”
Analisis data didalam penelitian ini akan terfokus pada komunikasi kelompok di Citarum. Peneliti akan mengoleksi data dari informan, buku dan dari sumber data yang lain. Semua data yang terkumpul akan diseleksi dan disajikan dalam bentuk bagan dan teks naratif sehingga peneliti akan mudah untuk memahami data tersebut lalu peneliti akan menarik kesimpulan dari data tersebut.
3.6 Uji Kredibilitas Data
Peneliti menggunakan pengujian keabsahan data triangulasi, hal ini untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh. Peneliti akan menggunakan beberapa metode untuk pengumpulan data, seperti wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan.
Kredibilitas adalah ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian. (Satori, Komariah, 2013:165)
Teknik pengumpulan data triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Apabila peneliti menggunakan pengumpulan data dengan triangulasi data, maka peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data dengan mengecek kredibilats data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Berdasarkan judul penelitian tentang komunikasi kelompok relawan Citarum Harum maka penelitian dilakukan di sekitar lingkungan Hulu Citarum Situ Cisanti, Desa Tarumajaya, Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
3.7.1 Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi tempat penelitian yaitu di Situ Cisanti, tepat di sekitar wilayah Hulu Citarum yang terletak di Desa Tarumaja, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Akses menuju Situ Cisanti terbilang cukup mudah dapat ditempuh dengan kendaraan apapun, namun lebih baik menggunakan kendaraan pribadi supaya nyaman. Memasuki kawasan Situ Cisanti dikenakan tiket masuk sebesar Sepuluh Ribu Rupiah perorang.
3.7.2 Waktu Penelitian
Peneliti menentukan lokasi penelitian di Hulu Citarum, Kabupaten Bandung. Waktu penelitiannya berjalan satu bulan setengah, dari bulan juni sampai bulan juli 2019.
Tabel 3.1
Time Schedule penelitian
B U L A N
JENIS KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pengesahan Judul
Pengesahan BAB I Pengesahan BAB II-III Pengumpulan data di lapangan
Pengolahan dan Analisis data Sidang