• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III "

Copied!
53
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Maskapai
    • Pengertian Maskapai
    • Jenis dan Daftar Maskapai di Indonesia
  • Garuda Indonesia
    • Perusahaan Garuda Indonesia
    • Logo Perusahaan
    • Visi dan Misi Perusahaan
    • Pesawat Garuda Indonesia
  • On Time Performance (OTP)
  • Kendala Pada Penerbangan Garuda Indonesia
    • Under Control
    • Beyond Control
  • Jadwal Penerbangan
  • Konsumen
    • Pengertian Konsumen
    • Perilaku Konsumen
    • Kepuasan Konsumen
  • Data Mining
    • Pengertian Data Mining
    • Proses Data Mining
  • Himpunan
  • Probabilitas
    • Ruang Sampel dab Kejadian
    • Peluang Bersyarat
  • Data, Atribut, dan Objek
  • Rough Set
    • Aproksimasi Himpunan
    • Reduksi
    • Decision Rules Rough Set

Penelitian terkait maskapai penerbangan khususnya data on time performance (OTP) dan penggunaan metode rough set pada umumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Peristiwa ini dijadikan sebagai hari lahir Garuda Indonesia yang baru dapat beroperasi pada tanggal 1 Maret 1950 dengan sejumlah pesawat yang diterima oleh pemerintah Republik Indonesia (Anisa, 2015). Armada pertama Garuda Indonesia yang melayani jaringan penerbangan domestik terdiri dari 20 pesawat DC-3/C-47 dan 8 pesawat PBY – Catalina Amphibi.

Untuk melebarkan sayapnya, Garuda Indonesia kemudian memperbaharui armadanya yang tiba antara Oktober 1950 dan Februari 1958, sehingga menjadi: 20 pesawat DC 3/C-47, 8 pesawat Convair Liner–240, 8 pesawat Convair Liner– 340 8, Pesawat Convair Liner – Pesawat 440 8, Pesawat Heron De Haviland 14. (Rahmawati, 2012). Jaringan penerbangan Garuda Indonesia kemudian diperluas hingga mencakup seluruh wilayah Republik Indonesia kecuali Irian Jaya, sedangkan di luar negeri mencapai kota Singapura, Bangkok dan Manila. Selanjutnya antara tahun 1960 hingga 1966 Garuda Indonesia mendapat tambahan armada berupa pesawat bermesin jet seperti: 3 pesawat Convair Liner 990 A, 3 pesawat Lockheed Electra L188C, 1 pesawat Douglas DC-8-55.(Rahmawati, 20).

Garuda Indonesia memiliki banyak pesawat yang melayani rute jarak pendek, rute jarak menengah dan rute jarak jauh. Program pengembangan armada dengan penambahan pesawat bertujuan untuk memaksimalkan peluang pertumbuhan di setiap segmen pasar yang dilayani oleh Garuda Indonesia. Selain itu, Garuda Indonesia juga akan sekaligus melakukan simplifikasi dan peremajaan pesawat untuk meningkatkan kualitas layanan dan efisiensi biaya operasional.

Data mining adalah proses mendapatkan informasi baru yang belum banyak diketahui sebelumnya, dengan cara menambang informasi pada data yang sangat besar. Metode Rough Set adalah pendekatan matematis baru untuk menganalisis pola data yang samar atau tidak pasti.

Tabel 1. Tipe Pesawat Garuda Indonesia
Tabel 1. Tipe Pesawat Garuda Indonesia

METODOLOGI PENELITIAN

Variabel Penelitian

Dalam data time performance Garuda Indonesia, batasan tersebut tercatat dalam dua keadaan, yaitu kendala pertama dan kendala kedua. Apabila penerbangan mengalami delay kurang dari sama dengan (≤15 menit), maka penerbangan tersebut masih dikatakan tepat waktu. Delay adalah status penerbangan yang tidak sesuai atau penundaan waktu penerbangan yang disebabkan oleh suatu sebab.

Metode Pengumpulan Data

Metode Analisis Data

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dijelaskan model berdasarkan aturan keputusan, misalnya seperti contoh aturan no. Dalam lampiran 242, terdapat model jika Garuda Indonesia akan terbang dari Jakarta-Bali menggunakan pesawat jenis B738 dengan penerbangan pagi. conditional schedule memiliki kendala fasilitas bandara di kendala pertama dan tidak ada delay di kendala kedua, maka status penerbangan on time. Berdasarkan tabel 5.8 (lampiran 8) dapat dijelaskan aturan keputusan nilai safety factor misalnya pada aturan nomor 1 jika penerbangan direncanakan pada malam hari dengan syarat terdapat kendala fasilitas bandar udara di hambatan pertama dan sebagainya. kendala kedua, maka kemungkinan status on time flight adalah 83,3% pada kondisi yang sama. Sedangkan berdasarkan faktor cakupan dari tabel 5.8, kemungkinan aturan diksi dapat dijelaskan, misalnya pada jumlah aturan pertama, yaitu sebesar 2,6% dari penerbangan dengan status berjadwal, jika penerbangan berjadwal pada malam hari dengan kondisi keterbatasan fasilitas bandara pada hambatan pertama dan hambatan kedua.

Untuk nilai faktor cakupan pada Lampiran 8 dapat disimpulkan dari aturan keputusan bahwa salah satu faktor keamanan terbesar yang akan terjadi pada penerbangan tepat waktu adalah ketika ada jadwal penerbangan di pagi hari dan mengalami masalah dengan bandara. fasilitas dan tidak ada keterlambatan pada kendala kedua. Berdasarkan faktor cakupan dari tabel 5.9, kemungkinan aturan pembatalan sementara dapat dijelaskan, misalnya. pada rule number pertama yaitu sebesar 1,2% penerbangan dengan status delay jika penerbangan tersebut menggunakan pesawat jenis A330 dengan kondisi terdapat pembatasan fasilitas bandara pada obstacle pertama dan operasional penerbangan pada obstacle kedua. Untuk nilai faktor cakupan pada Lampiran 9 berdasarkan aturan keputusan dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor keselamatan terbesar yang akan terjadi pada penerbangan tepat waktu adalah pada saat penerbangan menggunakan pesawat jenis A332 dan mengalami hambatan pertama pada fasilitas bandara dan tidak ada delay pada halangan kedua.

Seperti yang terlihat pada tabel 5.10, nilai faktor cakupan dapat dijelaskan dengan aturan keputusan, misalnya pada nomor aturan pertama, yaitu sebesar 4,1% penerbangan dengan status ontime, hal ini terjadi jika kondisi penerbangan memiliki keterbatasan fasilitas bandara. pada batasan pertama dan lainnya. Untuk nilai faktor cakupan pada Lampiran 10 berdasarkan aturan keputusan, dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor keamanan terbesar yang akan terjadi pada penerbangan tepat waktu adalah ketika ada hambatan fasilitas bandara dan tidak ada penundaan pada hambatan lainnya. . Apabila Garuda Indonesia akan terbang dari Jakarta-Bali dengan jenis pesawat B738 dengan jadwal penerbangan pagi dengan syarat terdapat pembatasan fasilitas bandara pada hurdle pertama dan tidak ada delay pada hurdle kedua maka status penerbangan on time.

Faktor keamanan terbesar terjadinya on time flight adalah ketika penerbangan menggunakan pesawat A332 dan mengalami hambatan pertama di fasilitas bandara dan tidak ada delay pada hambatan kedua. Faktor keselamatan penerbangan akan mengakibatkan penerbangan berstatus delay jika menggunakan pesawat jenis B738 dan terdapat kendala pada fasilitas bandara dan operasional pesawat pada hambatan kedua.

Gambar 5.1. On time Performance Garuda Indonesia Dalam Persen(%)  Berdasarkan pada gambar 5.1 rata-rata OTP dari tahun 2010 sampai dengan  tahun  2015  yaitu  85,3%
Gambar 5.1. On time Performance Garuda Indonesia Dalam Persen(%) Berdasarkan pada gambar 5.1 rata-rata OTP dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 yaitu 85,3%

Tahapan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisi Pola Data dengan Rough Set

Aproksimasi Himpunan

Jika dilihat dari status penerbangan dalam kategori “ontime”, maka anggota objek yang termasuk dalam lower approximation, upper approximation, dan boundary area adalah sebagai berikut: Lampiran 3. Jika dilihat dari status penerbangan dalam kategori “delay”, maka objek tersebut anggota yang termasuk dalam aproksimasi bawah adalah aproksimasi atas dan daerah batas, yaitu sebagai berikut: Lampiran 3.

Reduksi

Rule constraint 1 constraint 2 Status 1 Fasilitas bandara Fasilitas bandara Tepat waktu 2 Fasilitas bandara Penundaan fasilitas bandara 3 Fasilitas bandara Penundaan komersial. Setelah dilakukan reduksi data berdasarkan tipe pesawat dan flight plan, masih tersisa atribut kendala pertama dan kendala kedua, selanjutnya Tabel 5.6 dapat menjelaskan pengambilan keputusan, misalnya pada aturan nomor satu, jika terdapat kendala untuk fasilitas bandara yang pertama kemudian ada pembatasan fasilitas bandara juga untuk pembatasan yang kedua status penerbangannya on time. Selanjutnya dilakukan pengurangan kendala pertama dan kendala kedua sehingga berikut tabel hasil pengurangannya.

Pola data yang berbeda untuk pengambilan keputusan diperoleh dari tabel 5.7, misalnya pada nomor baris pertama jika penerbangan Jakarta-Bali dioperasikan dengan pesawat jenis A330 dengan jadwal dini hari maka penerbangan tersebut akan berstatus ontime.

Decision Rules

Berdasarkan aturan keputusan pada tabel 5.9 dapat dijelaskan nilai safety factor misalnya pada aturan nomor satu yaitu apabila penerbangan dilakukan dengan menggunakan pesawat jenis A330 dengan syarat terdapat Keterbatasan fasilitas bandar udara di halangan pertama dan operasional penerbangan di halangan kedua, maka kemungkinan status penerbangan delay adalah 100% sesuai data yang ada. Berdasarkan aturan keputusan dari nilai safety factor hasil pengurangan tipe pesawat pada lampiran 9, diambil beberapa kesimpulan salah satunya adalah penerbangan Jakarta-Bali menggunakan pesawat tipe A332, dan permasalahan yang pertama adalah objek bandara. dan masalah kedua adalah pengoperasian penerbangan atau penanganan stasiun, atau tidak. Keterlambatan yang paling mungkin terjadi saat penerbangan tepat waktu. Rule Conditions (Constraint 1-Constraint 2) Status Cakupan Keamanan 1 Airport Facility-On-time Airport Facility 2 Airport Facility-Airport Facility Delay 3 Airport Facility-Commercial Delay Berdasarkan Tabel 5.10 (Lampiran 10) nilai faktor pemisahan dapat diatur dari aman untuk dijelaskan, sebagai contoh, untuk aturan nomor pertama, jika kondisi penerbangan ada batasan fasilitas bandara di halangan pertama dan di halangan kedua, kemungkinan status penerbangan tepat waktu adalah 50% dalam kondisi yang sama berdasarkan data yang ada.

Berdasarkan aturan keputusan dari nilai safety factor pada Appendix 10 dapat ditarik beberapa kesimpulan salah satunya adalah penerbangan pertama yang bermasalah adalah fasilitas bandara, kemudian komersial kedua atau masalah sistem, dan masalah pertama komersial. , maka operasi penerbangan kedua atau masalah yang berbeda lebih cenderung mengalami penundaan penerbangan. Tabel 5.11 akan membutuhkan nilai safety factor dan coverage factor berdasarkan pengurangan kendala pertama dan kedua untuk aturan keputusan. Faktor keterlambatan terbesar disebabkan oleh kendala yang masuk kategori out of control, terutama kendala fasilitas bandara sebanyak 2.087 kasus.

Berdasarkan data OTP, rute penerbangan Jakarta-Bali berstatus on-time jika menggunakan pesawat A332 dan mengalami kendala pertama di fasilitas bandara dan salah satu dari tiga kendala tersebut terjadi di kendala kedua yaitu operasional penerbangan, penanganan stasiun, tanpa penundaan. . Ada kemungkinan penerbangan akan delay jika rute Jakarta-Bali menggunakan tipe B774 dan menemui kendala pertama di fasilitas bandara dan terjadi salah satu kendala kedua yaitu fasilitas bandara, operasional penerbangan komersial, teknis dan tidak ada delay . . Hambatan terbesar dalam penerbangan Jakarta-Bali tahun 2015 adalah hambatan fasilitas bandara, namun karena masalah ini termasuk dalam kategori out-of-control, maka sebaiknya hambatan yang masuk dalam kategori under-control seperti komersial dan operasi penerbangan. pembatasan yang merupakan kendala paling umum kedua setelah fasilitas bandara.

Tabel 5.11 Certainty Factor dan Coverage Factor Berdasarkan Reduksi Jadwal  Kendala pertama dan Kendala Kedua
Tabel 5.11 Certainty Factor dan Coverage Factor Berdasarkan Reduksi Jadwal Kendala pertama dan Kendala Kedua

Tipe pesawat maskapai Garuda Indonesia

Rasio tipe pesawat terhadap status penerbangan

Sebuah pesawat A332 memiliki nilai rasio 92,1%, yang berarti bahwa jika Anda melakukan penerbangan n dengan A332, waktu penerbangan n tersebut akan menjadi 92,1%. Melihat rasio jadwal penerbangan terhadap status penerbangan berdasarkan Tabel 5.2, penerbangan dengan jadwal pagi memiliki nilai rasio tertinggi. Pada Tabel 5.9 (Lampiran 9), akan dihitung nilai faktor kepastian dan faktor cakupan berdasarkan data pengurangan jadwal penerbangan untuk pengambilan keputusan.

Tahap selanjutnya adalah menarik kesimpulan berdasarkan pengurangan jenis pesawat dan jadwal dengan melihat nilai faktor kepastian dan faktor cakupan. Berdasarkan tabel 5.11 (lampiran 11) dapat dijelaskan aturan pembagian nilai faktor kepastian, misalnya pada aturan angka pertama yaitu jika penerbangan menggunakan pesawat jenis A330 dengan jadwal pagi, maka kemungkinan penerbangan dengan status waktu adalah 100% dalam kondisi yang sama berdasarkan data yang ada. Seperti yang terlihat pada tabel 5.11, nilai coverage factor dapat dijelaskan dengan decision rule, misalnya pada rule number pertama yaitu sebesar 1,0% dari penerbangan dengan status on-time, hal ini terjadi jika penerbangan tersebut menggunakan pesawat A330. ketik pesawat dengan ' jadwal pagi.

Berdasarkan aturan keputusan berdasarkan faktor kepastian pada Lampiran 11, terdapat beberapa kesimpulan, salah satunya penerbangan Jakarta-Bali dengan menggunakan pesawat jenis A330 atau B773 dan dijadwalkan pada pagi hari kemungkinan besar berstatus on time. Untuk nilai coverage factor pada Lampiran 11 berdasarkan aturan keputusan, salah satu kesimpulannya adalah faktor kepastian penerbangan tepat waktu pada saat penerbangan Jakarta-Bali menggunakan pesawat jenis B738 dengan jadwal pagi atau sore. Berdasarkan perhitungan rasio diketahui jika penerbangan menggunakan pesawat jenis A332 kemungkinan besar pesawat akan tepat waktu, karena pesawat jenis A332 memiliki rasio tepat waktu sebesar 92,1%, dan jika penerbangan menggunakan pesawat jenis B744 kemungkinan akan mengalami delay dibandingkan dengan jenis pesawat lainnya.jenis yang berbeda.

Adapun Garuda Indonesia akan terbang dari Jakarta-Bali dengan jenis pesawat B738 dengan jadwal penerbangan malam hari dengan ketentuan.

Tabel 5.3. Data Penerbangan OTP Jakarta-Bali Tahun 2015
Tabel 5.3. Data Penerbangan OTP Jakarta-Bali Tahun 2015

Rasio jadwal penerbangan terhadap status penerbangan

Data penerbangan OTP Jakarta-Bali Tahun 2015

Reduksi data tipe pesawat

Reduksi data jadwal penerbangan

Reduksi data tipe pesawat dan jadwal penerbangan

Reduksi data kendala pertama dan kendala kedua

Certainty factor dan coverage factor berdasar reduksi tipe pesawat

Certainty factor dan coverage factor berdasar reduksi jadwal

Certainty factor dan coverage factor berdasar reduksi tipe pesawat

Certainty factor dan coverage factor berdasarkan reduksi jadwal

Gambar

Gambar 1.1. OTP Garuda Indonesia Tahun 2010-2015 Dalam Persen (%)  Gambar  1.1  menunjukan  perkembangan  OTP  Garuda  Indonesia  dari  tahun  2010  sampai  dengan  tahun  2015
Gambar 1.3. Jumlah Penerbangan Jakarta ke Beberapa Daerah  Bali  merupakan  salah  satu  daerah  yang  dapat  dikunjungi  melalui  rute  penerbangan  Jakarta
Gambar 1.2. Distribusi Jumlah Penebangan GI Pada Tahun 2015  Berdasarkan  data  OTP  Garuda  Indonesia  tahun  2015,  bandara  Soekarno-Hatta  Jakarta  memiliki  jumlah  penerbangan  terbanyak  dibandingkan  dengan  daerah  lainnya
Tabel 1. Tipe Pesawat Garuda Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Defense concepts in Arthasastra are very likely to be applied in Indonesia to build the power of the state with the sovereignty of the state and respected in the