43
43
BAB IV
Hasil Dan Pembahasan Penelitian
4.1.Hasil Penelitian
Pada bab 4 ini peneliti akan menjabarkan hasil penelitian di lapangan, dengan fokus masalah penelitiannya adalah tentang makna nongkrong bagi remaja di Kota Bandung. Remaja sebagai subjek dari penelitian ini karena remaja yang paling banyak melakukan kegiatan nongkrong, sehingga dapat memberikan pandangannya terhadap makna nongkrong, hingga motifnya mengapa melakukan kegiatan nongkrong. Bab ini peneliti akan menjelaskan data hasil wawancara bersama para narasumber yang merupakan para remaja di Kota Bandung dari berbagai profesi yang berbeda. Dalam wawancara tersebut peneliti menanyakan tentang bagaimana motif dan makna para remaja melakukan kegiatan nongkrong, Hasil penelitian dan data-data yang di peroleh melalui proses wawancara, sebagai berikut :
4.1.1. Profil Informan
Informan pada penelitian ini adalah remaja di Kota Bandung yang sering melakukan kegiatan nongkrong di coffee shop. Hasil data diperoleh melalui proses wawancara yang dalam, dengan melakukan pendekatan terlebih dahulu bersama informan agar pada saat wawancara dapat memberikan jawaban yang dalam.
Pertanyaan penelitian di fokuskan pada pengalaman informan selama nongkrong di coffee shop, motif dan makna apa yang di rasakan oleh informan dalam kegiatan nongkrongnya tersebut. Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak enam orang
remaja dari berbagai profesi yang berbeda, juga dari dosen antropologi untuk melihat dari sudut pandangnya, dan setiap informan diberi kode inisial sebagai berikut :
Tabel IV. 1 Informan Penelitian Kode/
Inisial
Nama Informan Usia
Jenis Kelamin
Profesi
Z1 Zamilah Nur Sofiani 25 P Pebisnis
Z2 Zalika Gita Mustika 24 P Mahasiswi
Z3 Fajar Fari Fauzan 25 L Karyawan
Z4
Muhammad Fauzi Fachrullah Hidayat
17 L Pelajar
Z5 Fariz Hasbi Ihsan 25 L Pebisnis
Z6 Dr. Dede Suryamah, S. Kar., M.Si. 60 P Dosen Sumber : Hasil olah data penelitian
Zamilah Nur Sofiani (Z1) Pemilik yang juga pendiri kerudung Fatimah Official yang beralamat di Jl. Halteu Selatan No. 64/77 RT 02 RW 03, Bandung 40183. Wawancara bersama informan dilakukan di Rencang Ngopi, dimana tempat tersebut merupakan tempat nongkrong informan Z1.
Zalika Gita Mustika (Z2) Seorang mahasiswi Universitas Nurtanio Bandung. Wawancara bersama informan dilakukan di Rencang Ngopi, dimana tempat tersebut merupakan tempat nongkrong informan Z2.
Fariz Hasbi Ihsan (Z3) Pemilik Konveksi Kaos Your Partner Konveksi yang beralamat di Jl. Buajasari VIII No. 4 Bandung. Wawancara bersama informan dilakukan di Ghotic Coffee, dimana tempat tersebut merupakan tempat nongkrong informan Z5.
Muhammad Fauzi Fachrullah Hidayat (Z4) pelajar SMK 2 Cimahi.
Wawancara bersama informan dilakukan di Kopi Bro!, dimana tempat tersebut merupakan tempat nongkrong informan Z4.
Fajar Fari Fauzan (Z5) Karyawan di perusahaan CV. Kharisma Mudagaya Laksana, yang menjabat sebagai Sosial Media Specialis. Wawancara bersama informan dilakukan di Kopi Bro!, dimana tempat tersebut merupakan tempat nongkrong informan Z3.
Dr. Dede Suryamah, S. Kar., M.Si. (Z6) Dosen Antropologi ISBI.
Wawancara bersama informan dilakukan di ruang prodi ISBI, dimana tempat informan bekerja.
4.1.2. Motif Nongkrong Di Coffee Bagi Remaja Di Kota Bandung 1. Keperluan pekerjaan
Sebagai seorang pebisnis pasti memiliki keperluan untuk bertemu konsumen, menjalin hubungan yang lebih dekat dengan konsumen, untuk menuntaskan pekerjaannya demi keberlangsungan bisnis. Terkadang, seorang pebisnis membutuhkan tempat yang mendukung untuk melakukan pertemuan bisnis atau tempat dengan konsep yang cozy menjalin hubungan yang lebih dekat dengan konsumen. Salah satu tempat yang memiliki kosep yang menarik adalah coffee shop.
Jadi akutu sering banget ke coffee shop buat ketemu konsumen, karena aku pengen suasan ngobrol yang santai, jadi bisa lebih nyaman juga. (Hasil wawancara) Informan Z1 melakukan nongkrong di coffee shop untuk bertemu konsumen dan menjalin hubungan yang lebih dekat, karena menurut informan Z1coffee shop adalah tempat yang cocok untuk suasana yang santai bertemu konsumen.
2. Mencari Tempat Yang Nyaman
Hampir setiap orang suka dengan tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu bersama teman dan pasangan, karena dengan suasana yang nyaman bisa menjadi lebih hangat.
Aku suka banget ke coffee shop bareng temen dan pacar aku buat nyari tempat yang nyaman gitu sambil nongkrong. (Hasil wawancara)
Infroman Z2 selalu pergi ke coffee shop bersama para sahabatnya atau bersama pasangannya sebagai bentuk quality time atau waktu berkualitas yang memang khusus dihabiskan bersama para sahabat atau pasangan dari informan untuk mengharmoniskan hubungan.
3. Berkenalan Dengan Owner Coffee Shop
Bagi sebagian orang berkenalan dengan orang baru adalah suatu hal yang menyenangkan, terlebih bila berkenalan dengan orang yang bisa memberikan inplus yang positif bagi kita. Hal ini lah yang dilakukan oleh informan Z3, dimana ia mengunjungi coffee shop untuk berkenalan dengan owner coffee shop tersebut.
Saya senang ke coffee shop yang dekat dengan alam untuk menikmati suasananya dan yang terpenting untuk berkenalan dengan ownernya. (Hasil wawancara)
Apa yang dilakukan oleh informan Z3 nongkrong di coffee shop adalah untuk menikmati suasana alam dan dapat berkenalan dengan owner coffee shop sebagai bentuk menambah relasi.
4. Kumpul Bersama Teman
Berkumpul bersama teman adalah hal yang biasa dilakukan banyak orang, sebagai makhluk sosial kita pasti selalu membutuhkan orang lain, termasuk nongkrong di coffee shop menjadi moment untuk berkumpul bersama teman dan juga sambil belajar tentang kopi.
Karena tertarik sama hal-hal tentang kopi, jadi kumpul sama temen it ke coffee shop, sambil nanya-nanya ke barista nya tentang biji-biji kopi dan gimana cara ngebuat kopi manual brew. (Hasil wawancara)
Saat ini kopi menjadi sesuatu yang sangat digemari banyak orang, termasuk informan Z4 yang tertarik belajar tentang kopi sehingga sering berkumpul bersama teman di coffee shop untuk menambah ilmu menganai kopi.
5. Menenagkan Diri
Rasa lelah setelah beraktifitas maupun berpikir keras dapat menimbulkan stress.
Untuk mencegah stress tersebut banyak orang yang pergi ke tempat yang dapat menenangkan pikiran, atau mengunjungi tempat yang jauh dari keramaian kota.
Seperti yang dilakukan oleh informan Z6 ketika ingin menengankan diri, ia selalu pergi ke coffee shop terdekat yang tempatnya memang jauh dari keramaian lalu lintas.
Kalo aku ke coffee shop itu pengennya sendiri atau berdua lah biar ada suasana ngobrolnya dikit, aku agak kurang suka yang rame-rame haha-hihi bising gitu
kedengerannya. Pengennya ya suasana yang tenang, jauh dari suara jalan raya kaya disini, cozy. (Hasil wawancara)
Untuk memecahkan masalah dan menenangkan diri, coffee shop yang jauh dari keramaian lalu lintas ternyata bisa menjadi solusinya seperti yang dilakukan informan Z5 ketika ingin menenangkan diri selalu pergi ke coffee shop yang jauh dari keramaian lalu lintas.
Tabel IV. 2 Motif Nongkrong Di Coffee Shop Bagi Remaja Di Kota Bandung Nama
Informan
Motif Nongkrong Di Coffee Shop Bagi Remaja Di Kota Bandung
Kesimpulan
Z1 Keperluan pekerjaan Motif nongkrong bagi
informan Z1 adalah untuk menyelesaikan keperluan pekerjaannya sebagai pebisnis
Z2 Mencari Tempat Yang Nyaman Motif nongkrong bagi informan Z2 adalah untuk mencari tempat yang nyaman
Z3 Berkenalan Dengan Owner Coffee Shop Motif nongkrong bagi informan Z3 adalah untuk berkenalan dengan owner coffee shop tersebut
Z4 Kumpul Bersama Teman Motif nongkrong bagi informan Z4 adalah untuk dapat menikmati kopi manual brew, karena kopi manual brew hanya bisa di dapat di coffee shop
Z5 Menenangkan Diri Motif nongkrong bagi
informan Z5 adalah untuk menenangkan diri dari segala permasalahan hidupnya
Sumber : Hasil Olah Peneliti
4.1.3. Makna Nongkrong Di Coffee Bagi Remaja Di Kota Bandung 1. Tempat Bekerja Yang Santai
Tempat bekerja yang santai selalu menjadi idaman banyak orang. Namun kini tempat bekerja yang santai tidak hanya saja di dapat di kantoran, coffee shop bisa menjadi salah satu tempat bekerja yang santai. Seperti yang disampaikan oleh informan Z1 yang mengartikan nongkrong di coffee shop sebagai tempat bekerja yang santai.
Aku suka nyari coffee shop yang suasananya santai, cozy gitu, jadi beresin kerjaan tuh bisa santai dan tenang, cepet beres jadinya kerjaan aku. (Hasil wawancara)
Dari apa yang disampaikan oleh informan Z1, dapat dilihat bahwa informan lebih memilih coffee shop dengan suasana yang santai, sebagai tempat bekerjanya.
2. Quality Time
Menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih biasa disebut juga Quality Time atau Q-time. Karena waktu seperti itu memang jarang di dapatkan oleh sebagian orang yang memiliki kesibukan padat seperti mahasiswa atau pekerja kantoran. Oleh sebab itu, waktu dimana dapat berkumpul bersama dengan orang- orang terkasih adalah waktu yang berkualitas. Seperti yang disampaikan oleh informan Z2.
Biasanya sih kumpul sama temen-temen atau ngedate, buat quality time soalnya akhir-akhir ini aku mulai susah nyari waktu buat nongkrong, sekarang aku lumayan sibuk di kampus. (Hasil Wawancara)
Memiliki latar belakang pendidikan mahasiswa yang biasa disibukan dengan aktifitas di kampus dan tugas-tugas kuliah membuat informan jarang menghabiskan waktu dengan pasangan maupun dengan sahabat-sahabatnya. Ketika ada waktu luang, informan biasa memilih coffe shop sebagai tempat untuk berkumpul bersama pasangan maupun sahabat-sahabatnya. Oleh sebab itu, kegiatan nongkrong di coffee shop dia anggap sebagai quality time yang berharga.
3. Membangun Relasi
Berkenalan dengan orang baru atau membangun relasi tidak hanya dapat di lakukan dalam sutuasi formal, namun juga dapat dilakukan dalam situasi non-formal.
Manusia dapat mencari atau membangun relasi dimana saja, termasuk ketika sedang melakukan kegiatan nongkrong seperti informan Z3.
Saya kalo ke coffee shop suka ngajak ngobrol ownernya, kenalan. Buat yaa sekedar nambah relasi, buat mencari inspirasi. (Hasil Wawancara) Memiliki latar belakang sebagai seorang pengusaha konveksi pakaian membuat informan Z3 harus selalu memiliki inspirasi untuk mengembangkan usahanya tersebut. Ketika informan melakukan kegiatan nongkrong di coffee shop, ia selalu tertarik untuk berbincang-bincang dengan owner coffee shop tersebut sebagai sesama pengusaha dan mencari inspirasi baru dalam dunia bisnis.
4. Belajar Hal Baru
Belajar hal baru merupakan materi yang sebenarnya dapat di peroleh dimana saja.
Selama ini, banyak orang masih berpikir bahwa belajar hanya diperoleh dari buku atau sesi belajar mengajar formal seperti sekolah, kuliah ataupun kursus. Dari kegiatan sederhana seperti nongkrong pun bisa belajar hal baru, seperti apa yang di alami oleh informan Z4.
saya kalo ke coffee shop itu pengen belajar hal baru. Ya soal biji-biji kopinya, terus gimana cara bikin kopinya. Saya biasa di ajarin sama sodara saya, tapi kurang lengkap gitu kalo di ajarin sama dia tuh. Soalnya gak ada kopinya, gak bisa praktek langsung, makanya sayya suka nyari coffee shop yang kopinya bisa saya bikin sendiri. (Hasil Wawancara)
Informan tersebut memiliki ketertarikan pada minuman kopi mulai dari belajar mengenai jenis-jenis biji kopi hingga cara pembuatan kopi manual. Untuk itu, informan selalu mencari coffee shop dimana ia dapat membuat pesanan minuman kopinya sendiri.
5. Intropeksi Diri
Introspeksi diri biasa terjadi ketika individu sedang berada dalam situasi yang gusar, atau sedang memiliki masalah yang berdampak pada psikologisnya. Ketika introspeksi diri di kaitkan dengan kegiatan nongkrong sekilas terdengar tidak memiliki korelasi. Namun, pengelaman salah seorang informan dalam penelitian ini dapat sedikit menjelaskan bagaimana introspeksi diri dapat di kaitkan dengan kegiatan nongkrong. Berikut adalah pernyataan dari informan Z5.
Kalo aku ke coffee shop itu pengennya sendiri atau berdua lah biar ada suasana ngobrolnya dikit, aku agak kurang suka yang rame-rame haha- hihi bising gitu kedengerannya. Pengennya ya suasana yang tenang, jauh dari suara jalan raya kaya disini, cozy. Jadinya enak buat ngopi sambil mikir, sambil mikirin masalah sambil introspeksi diri gitu, jadi bawaannya nyantai gak jadi beban. Aku seringnya gitu soalnya hidup aku banyak masalah. (Hasil Wawancara)
Kegiatan nongkrong biasa dilakukan oleh 2 atau 3 orang bahkan lebih. Namun kebiasaan nongkrong yang dimiliki oleh informan Z5 dapat dikatakan berbanding terbalik dengan kegiatan nongkrong pada umumnya. Informan lebih menyukai susasana menyendiri, tenang dan hening yang memudahkan informan untuk berpikir dan menenangkan diri.
Tabel IV. 3 Makna Nongkrong Di Coffee Shop Bagi Remaja Di Kota Bandung
Nama Informan
Makna Nongkrong Di Coffee Shop Bagi Remaja Di Kota Bandung
Kesimpulan
Z1 Tempat Bekerja Yang Santai Informan Z1 memaknai nongkrong sebagai tempat bekerja yang santai karena suasana di coffee shop tersebut
Z2 Quality Time Informan Z2 memaknai
nongkrong sebagai tempat untuk quality time bersama kekasih
Z3 Membangun Relasi Informan Z3 memaknai
nongkrong sebagai ajang untuk membangun relasi dengan owner coffee shop, karena
persamaannya sebagai pebisnis
Z4 Belajar Hal Baru Informan Z4 memaknai
nongkrong sebagai sesuatu untuk belajar baru mengenai kopi
Z5 Introspeksi Diri Informan Z5 memaknai
nongkrong sebagai moment untuk intropeksi diri dari segala
permasalahan hidup Sumber : Hasil Olah Peneliti
4.1.4. Pengalaman Nongkrong Di Coffee Bagi Remaja Di Kota Bandung
1. Pengalaman merupakan suatu hasil pemaknaan setelah interpretasi pada kejadian. Pengalaman dalam bekerja setiap orang pasti berbeda tergantung dari bagaimana seseorang itu memaknainya.
“Pengalaman nongkrong di coffee shop bagi aku itu sesuatu yang menyenangkan, karena aku bisa beresin kerjaan dengan suasana yang happy, santai, dan cozy.” (Hasil Wawancara)
Informan Z1 mempunyai pengalaman yang menyenangkan nongkrong di coffee shop, karena ketika di coffee shop ia dapat membereskan segala pekerjaannya dengan suasana yang santai.
2. Pengalaman quality time bersama orang tersayang pasti sangat menyenangkan, karena dapat menghabiskan waktu bersama dengan berbagai cerita, seperti yang disampaikan oleh informan Z2.
“Pengalaman aku nongkrong di coffee shop itu happy banget dong, aku bisa quality time sama pacar dan sahabat aku, terus juga cozy banget tempaynya jadi betah banget buat stay lama disana.”
(Hasil Wawancara)
Pengalaman informan Z2 ketika nongkrong di coffee shop adalah
Bahagia karena dapat quality time bersama pacar dan sahabatnya dengan di dukung oleh suasana coffee shop yang nyaman sehingga moment nongkrong di coffee shop menjadi lebih lengkap.
3. Membangun relasi biasa identik dengan berkenalan orang-orang baru atau mengikuti suatu perkumpulan, namun beda hal nya dengan
informan Z3 yang mempunyai pengalaman yang berbeda ketika membangun relasi.
“Pengalaman nongkrong di coffee shop bagi saya itu sangat memberikan dampak yang positif, tempatnya yang dekat dengan alam membuat saya relax, dan sharing bisnis bersama owener coffee shop itu memberikan banyak masukan untuk bisnis saya”
(Hasil Wawancara)
Informan Z3 mempunyai pengalaman yang unik selama nongkrong di coffee shop, yaitu mendapatkan banyak hal positif dan masukan bisnis dengan membangun relasi bersama owner coffee shop.
4. Sebagai remaja yang jiwa ingin tahu nya masih sangat tinggi, tentu setiap ada suatu hal baru ingin mencobanya hingga bisa menguasai hal tersebut, berikut ini ada pengalaman dari informan Z4 mengenai belajar hal baru.
“Pengalaman saya nongkrong di coffee shop sangat seru, dimana saya bisa kumpul bersama teman-teman dan juga belajar banyak hal tentang kopi, jadi saya suka menghabiskan waktu yang lama kalau nongkrong di coffee shop” (Hasil Wawancara)
Informan Z4 mempunyai pengalaman yang seru ketika nongkrong di coffee shop, yaitu dengan belajar banyak hal tentang kopi bersama teman- temannya karena kegemarannya akan kopi sangat tinggi, sehingga ia sering menghabiskan waktu yang lama ketika nongkrong di coffee shop.
5. Pengalaman nongkrong di coffee shop sering kali dikaitkan dengan hal-hal yang menyenangkan, namun berbeda dengan pengalaman
informan Z5 ketika nongkrong di coffee shop.
“Pengalaman saya nongkrong di coffee shop itu menenangkan hati dan pikiran, dimana saya bisa intropeksi diri untuk berfikir jernih tentang masalah-masalah yang saya alami.” (Hasil Wawancara)
Informan Z5 mempunyai pengalaman yang sangat berbeda ketika nongkrong di coffee shop, yaitu menenangkan hati dan pikirannya dari masalah-masalah yang di alaminya.
1.2. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian kualitatif, peneliti akan menjelaskan hasil penelitian yang akan disambungkan dengan konsep teori yang sebelumnya dibahas. Hasil data penelitian diperoleh melalui proses wawancara bersama informan di coffee shop yang sering dikunjungi oleh informan. Peneliti melakukan wawancara dengan lima orang dari berbagai profesi yang berbeda untuk mengetahui pemaknaan nongkrong di coffee shop.Hasil penelitian akan difokuskan kepada, motif remaja di Kota Bandung dalam memilih nongkrong di coffee shop, pemaknaan remaja di Kota Bandung dalam kegiatannya nongkrong di coffee shop. Untuk lebih jelasnya, peneliti telah menyiapkan data hasil penelitian kedalam penjelsan beserta analisinya melalui data dari hasil wawancara yang telah dilakukan.
4.2.1. Motif Nongkrong Nongkrong Di Coffee Shop Bagi Remaja Di Kota Bandung
Berbagai macam motif yang mengakibatkan remaja di Kota Bandung banyak melakukan kegiatan nongkrong di coffee shop. Motif tersebutlah yang menjadi alasan dan tujuan mengapa remaja di Kota Bandung melakukan kegiatan nongkrong di coffee shop. Diantara motif tersebut ada remaja yang tujuan nongkrong di coffee shop untuk keperluan pekerjaan karena profesinya sebagai pebisnis membuatnya perlu tempat untuk bertemu konsumen dengan suasana yang santai. Motif lainnya yang membuat informan melakukan kegiatan nongkrong di coffee shop adalah untuk mencari tempat yang nyaman, karena sebagai mahasiswi dengan berbagai macam tugasnya membutuhkan suasana yang nyaman untuk nyelesaikan tugasnya. Adapun remaja yang motif nongkrong di coffee shop untuk menenagkan diri dari berbagai masalah dihidupnya dengan memilih coffee shop yang jauh dari jalan raya.
Bukan hanya sekedar nongkrong biasa, para remaja dalam penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin tercapai dari kegiatan nongkrong di coffee shop tersebut. Ingin keberlangsungan bisnisnya menjadi lancar dengan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan konsumen. Adapula yang ingin belajar tentang kopi karena ketertarikannya dengan dunia kopi. Untuk memecahkan masalah juga menjadi tujuan informan nongkrong di coffee shop karena tempatnya yang jauh dari keramaian. Menambah relasi dengan owner coffee shop juga menjadi salah satu tujuan informan nongkrong di coffee shop, karena profesi nya yang sama sebagai pebisnis membuatnya merasa bisa mendapatkan inplus positif bila membangun relasi bersama owner coffee shop.
Dalam teori fenomenologi Alfred Schutz menjelaskan motif merujuk pada alasan-alasan atau penyebab remaja nongkrong di coffee shop, apa yang menyebabkan remaja nongkrong di coffee shop dan untuk apa remaja nongkrong di coffee shop. Schutz dalam Kuswarno (2009 : 111) membagi motif yang mempengaruhi tindakan manusia ke dalam dua fase. yaitu :
Tindakan in-order-to motive (Um-zu-motive), yang merujuk pada masa yang akan datang; dan tindakan because-motive (Weil-Motiv) yang merujuk pada masa lalu.
Fase yang pertama adalah because-motive, yaitu motif yang menyebabkan remaja nongkrong di coffee shop. Motif tersebut antara lain menjalin hubungan yang lebih dekat dengan konsumen, tempat yang cozy, mencari tempat yang relax, tertarik dengan kopi, dan tempat coffee shop yang jauh dari keramaian. Motif tersebut berorientasi pada masalalu yang merupakan pengalaman pribadi remaja yang menjadi titik awal timbulnya keinginan untuk remaja nongkrong di coffee shop. Kuswarno dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian komunikasi Fenomenologi Konsepsi, Pedoman, Dan Contoh Penelitiannya mengatakan bahwa
Tindakan subjektif para aktor tidak muncul begitu saja, tetapi melalui proses yang rumit dan panjang. Dunia sosial harus dilihat secara historis, oleh karenanya Schutz menyimpulkan bahwa tindakan sosial adalah tindakan yang beriorientasi pada perilaku orang atau orang lain pada masa lalu, sekarang dan akan datang (2009:110).
Tindakan nongkrong di coffee shop yang dilakukan remaja timbul akibat adanya pengalaman di masa lalu yang mendorong remaja nongkrong di coffee shop.
Fase kedua yang mempengaruhi motif atau tindakan mahasiswa adalah in- order-to motives, yaitu motif yang menjadi tujuan remaja nongkrong di coffee shop.
Motif-motif yang berkaitan dengan order-to motives antara lain untuk keberlangsungan bisnis, mengharmoniskan hubungan, menambah relasi, belajar tentang kopi, dan memecahkan masalah. Motif tersebut beroriantasi pada masa depan atau tujuan yang ingin dicapai oleh remaja nongkrong di coffee shop. Hal tersebut sesuai dengan apa yang Schutz jelaskan dalam Wirawan (2012:134) bahwa;
in-order-to motive adalah tujuan seseorang merujuk pada suatu keadaan pada masa yang akan datang, dimana aktor berkeinginan untuk mencapainya melalui beberapa tindakan seseorang pada masa kini dan masa yang akan datang.
In-order-to motive timbul karena melihat adanya keinginan atau tujuan tertentu yang ingin dicapai dengan tindakan nongkrong di coffee shop yang dilakukan oleh remaja.
Schutz membagi motif kedalam dua fase, sebab schutz ingin menjelaskan bahwa tujuan individu dalam melakukan sesuatu tidak bisa dikatakan sebagai penyebab yang memiliki konteks sesuatu yang terjadi di masa lalu. Sebagai contoh, remaja dalam penelitian ini menyampaikan motifnya melakukan nongkrong di coffee shop.
Tabel IV. 4 Hasil Pembahasan Motif Nongkrong Di Coffee Shop Bagi Remaja Di Kota Bandung
Nama Informan
Motif
In Order Because Of
Z1 Keberlangsungan bisnis Menjalin hubungan yang lebih dekat dengan konsumen Z2 Mengharmoniskan hubungan Tempat yang cozy
Z3 Menambah Relasi Mencari tempat yang relax Z4 Belajar tentang kopi Tertarik dengan kopi
Z5 Memecahkan masalah Tempat coffee shop yang jauh dari keramaian
Sumber : Hasil Olah Peneliti
Dari pemaparan diatas tentang pembahasan motif nongkrong di coffee shop bagi remaja di Kota Bandung, bila dilihat dari sudut pandang antropologi, dimana motif adalah hal yang merujuk pada alasan atau penyebab remaja nongkrong di coffee shop. Maka manusia sebagai makhluk sosial dengan berbagai karakter, kebudayaan, dan latar belakang yang berbeda, perlu melakukan interaksi dengan sesama makhluk hingga terbentuklah budaya interaksi yaitu bahasa atau disebut juga komunikasi dan komunikasi itu menimbulkan kebiasaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dari hasil pemabahasan motif nongkrong tersebut dapat disimpulkan bahwa motif remaja nongkrong di coffee shop adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan setiap remaja mempunyai kebutuhan hidup yang berbeda.
Jadi motif tersebut menjadi suatu kebutuhan baru bagi remaja karena terjadinya
perubahan sosial budaya yang mengakibatkan perubahan perilaku sesuai kebutuhan dan zamannya.
4.2.2. Makna Nongkrong Di Coffee Shop Bagi Remaja Di Kota Bandung
Sebagai remaja yang berjiwa muda tentunya masih mempunyai banyak waktu untuk nongkrong, maka dari itu pasti dapat memberikan penilaiannya mengenai aktivitas nongkrongnya itu tersebut. Setiap remaja yang menjadi subjek pada penelitian ini mempunyai cara pandangnya masing-masing mengenai makna nongkrong. Makna nongkrong itu didapat dari pengalaman yang telah dialami mereka sebagai subjek yang sering melakukan kegiatan nongkrong.
Informan pertama, seorang pebisnis yang memaknai kegiatan nongkrong di coffee shop sebagai tempat bekerja yang santai. Makna tersebut bila dikaitkan dengan pengalaman informan, kegaiatan nongkrong di coffee shop biasa ia lakukan ketika bertemu dengan konsumen, berbincang santai dengan suasana yang coffee shop yang cozy untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan konsumen demi keberlangsungan bisnis.
Informan kedua, seorang mahasiswi yang memaknai kegiatan nongkrong di coffee shop sebagai quality time bersama orang terdekat, yaitu kekasih dan sahabat.
Informan tersebut memaknai demikian karena kegiatan yang dilakukan ketika sedang nongkrong di coffee shop adalah untuk menghabiskan waktu bersama kekasih dan sahabat karena didukung dengan atmosphere dari coffee shop yang dipilih dimana suasanya cozy sehingga sangat cocok untuk quality time.
Informan ketiga, seorang pebisnis konveksi yang memaknai kegiatan nongkrong di coffee shop sebagai tempat untuk membangun relasi bersama owner
coffee shop tersebut. Persamaannya sebagai pebisnis membuatnya merasa bahwa nongkrong itu juga sebagai cara untuk membangun relasi untuk mendapatkan referensi bisnis.
Informan keempat, seorang pelajar yang memaknai kegiatan nongkrong di coffee shop sebagai tempat untuk belajar hal baru. Makna tersebut informan ungkapkan karena baginya nongkrong di coffee shop ialah moment untuk belajar membuat kopi sendiri, kesukaannya dan keingin tahuannya yang tinggi akan berbagai macam kopi dan bagaimana cara membuatnya, itulah yang mendorongnya senang untuk nongkrong di coffee shop, dan informan pun memilih coffee shop yang menyediakan fasilitas bagi customer yang ingin membuat coffee sendiri, dengan demikian pengetahuan informan akan dunia kopi semakin luas.
Informan kelima, seorang karyawan swasta yang memaknai kegiatan nongkrong di coffee shop sebagai tempat untuk intropeksi diri. Hal tersebut dimaknai demikian oleh informan karena pengalamannya selama nongkrong di coffee shop adalah untuk intropeksi diri terhadap segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Informan biasa nongkrong di coffee shop sendiri atau bersama temannya untuk berbagi cerita dan memilih coffee shop yang jauh dari keramaian karena ingin mendapatkan suasana yang hening untuk intropeksi dirinya.
Dari hasil diatas tentang makna nongkrong di coffee shop bagi remaja di Kota Bandung, dapat disimpulkan bahwa pemaknaan tersebut didapatkan dari hasil pengalaman informan masing-masing yang dialami, sehingga terbentuklah suatu makna yang berbeda dari setiap informan. Hal ini di jelaskan juga oleh disampaikan oleh Alfred Schutz dalam teori fenomenologinya.
Manusia berusaha mengkonstruksi makna di luar arus utama pengalaman melalui proses “tipikasi”. Hubungan antar makna ini kemudian diorganisasi menjadi sebuah proses yang disebut stock of knowledge. Kuswarno, 2009:18)
Schutz menjelaskan bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya. dari pengalaman yang dialami informan. Kemudian pengalaman tersebut di proses melalui penafsiran informan yang membentuk makna.
Dari hasil pembahasan mengenai makna nongkrong di coffee shop bagi remaja di Kota Bandung, bila dilihat dari sudut pandang antropologi, bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi dengan sesama makhluk, hasil interaksi tersebut menimbulkan suatu penafsiran yang merepresentasikannya dalam membentuk makna. Hasil dari makna tersebut akan terus teringat dan menjadi sebuah memori dalam diri, dengan hasil uraian yang beragam mengenai makna nongkrong di coffee shop bagi remaja, hal ini membuktikan bahwa hasil interaksi komunikasi yang berbeda dari setiap remaja, menghasilkan pula makna yang berbeda, karena setiap manusia mempunyai cara penafsiran yang berbeda.
4.2.3. Pengalaman Nongkrong Di Coffee Shop Bagi Remaja Di Kota Bandung
Aktivitas seorang remaja biasanya sangat padat sehingga pengalamannya pun sangat beragam. Mulai dari aktivitas menuntut ilmu, bekerja, kegiatan sosial, hingga aktivitas nongkrong di coffee shop yang saat ini menjadi suatu gaya hidup baru. Sebagai pelaku utama dalam kegiatan nongkrong di coffee shop tentunya memiliki banyak pengalaman yang dimiliki selama nongkrong di coffee shop, maka dari itu remaja menjadi subjek dalam penelitian ini.
Informan pertama, pengalamannya selama nongkrong di coffee shop adalah sesuatu yang menyenangkan, karena ketika nongkrong di coffee shop ia dapat membereskan segala urusan pekerjaannya dengan suasana yang santai dan nyaman.
Informan kedua, pengalamannya selama nongkrong di coffee shop sangat bahagia karena ketika nongkrong di coffee shop menjadi moment untuk quality time bersama pasangan dan sahabatnya, di dukung suasana yang nyaman sehingga sangat betah untuk menghabiskan waktu yang lama untuk nongkrong di coffee shop.
Informan ketiga, mempunyai pengalaman yang menarik selama nongkrong di coffee shop, karena ia mendapatkan dampak postitif selama nongkrong di coffee shop, dengan sharing bersama owner coffee shop yang memberikan banyak masukan untuk bisnisnya.
Informan keempat, pengalamannya nongkrong di coffee shop yaitu sangat seru dimana ia belajar banyak hal tentang kopi bersama dengan temannya dan barista, karena keinginan tahu nya mempelajari tentang kopi, sehingga ia sering sekali nongkrong di coffee shop untuk belajar tentang kopi.
Informan kelima, pengalamannya nongkrong di coffee shop sangat berbeda dengan yang lain, karena menurutnya pengalaman nongkrongnya adalah menenagkan hati dan pikiran, karena ia dapat intropeksi diri untuk berfikit jernih tentang masalah yang dialaminya.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman setiap informan selama nongkrong di coffee shop sangat beragam, karena setiap orang secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberi arti dari apa yang mereka lihat. Hal ini dijelaskan pula oleh Alfred Schutz dalam teori fenomenologi.
Menurut Schutz dalam bukunya yang berjudul The Penomenologi of Sosial World (1967 : 7) Orang secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberi tanda dan arti tentang apa yang mereka lihat. Interpretasi merupakan proses aktif dalam menandai dan mengartikan tentang sesuatu yang diamati, seperti bacaan, tindakan atau situasi bahkan pengalaman apapun. Pengalaman inderawi sebenarnya tidak punya arti. Semua itu hanya ada begitu saja; obyek-obyeklah yang bermakna.
Pendapat demikian diungkapkan pula oleh Little John dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi, Theories of human communication (2009:57) berasumsi bahwa, fenomenologi adalah interpretasi dari pengalaman-pengalaman pribadi seseorang, seperti berikut ini “Fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif mengintrepetasi pengalaman-pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya”.
Manusia berusaha mengkonstruksi makna di luar arus utama pengalaman melalui proses “tipikasi”. Hubungan antar makna ini kemudian diorganisasi
menjadi sebuah proses yang disebut stock of knowledge. Inti pemikiran Schutz terletak pada bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Yang digunakan untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya. Hakikat manusia menurut Schutz adalah pengalaman subjektif yang mengambil sikap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan sehari-hari merupakan sebuah kesadaran sosial sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dunia individu adalah dunia intersubjektif yang memiliki makna yang beragam, dan perasaan sebagai bagian dari kelompok sehingga ada penerimaan timbal balik, pemahaman atas dasar pengalaman bersama, dan tipikasi atas dunia bersama.
Dalam kehidupan totalitas masyarakat, setiap individu menggunakan symbol- simbol yang telah diwariskan untuk memberi makna pada tingkah laku individu tersebut (Kuswarno, 2009: 18).
Dari pembahasan diatas tentang pengalaman nongkrong di coffee shop bagi remaja di Kota Bandung, bila dilihat dari sudut pandang antroplogi, bahwa manusia sebagai makhluk sosial dengan berbagai latar belakang yang berbeda, mempunyai pula berbagai pengalaman yang berbeda dari hasil interaksinya dengan sesama makhluk, sehingga pengalaman yang dihasilkan remaja dari nongkrong di coffee shop pun berbeda, dilihat dari latar belakang setiap remaja yang berbeda dalam menginterpretasikan pengalamannya.