• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

34 A. GAMBARAN UMUM

Sesuai dengan judul yang diangkat yakni “Upaya Peningkatan Keterampilan Anak Buah Kapal dalam Menghadapi Keadaan Darurat di MV.

TANTO SEPAKAT” maka sebagai deskripsi data, akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama penulis melaksanakan penelitian. Berikut akan diuraikan mengenai data-data kapal tempat penulis mengadakan penelitian.

1. Ship Particular

Nama Kapal : MV. TANTO SEPAKAT Call Sign : YHGI

IMO Number : 8115538

Ship Owner : PT. TANTO INTIM LINE

JL. INDRA PURA NO. 29.33 SURABAYA Builder : ZHONGHUA SHIPYARD CHINA 1982 Clasification : BKI

Type of Vessel : CONTAINER VESSEL

DWT : 6150 TONS

GRT/NRT : 4444/2397

L.O.A : 105,95 M

(2)

L.B.P : 93,30 M Breath Moulded : 17,50 M Depth Moulded : 9,00 M TROPIC DRAUGHT : 7,121 M SUMMER DRAUGHT : 6,975 M

MAIN ENGINE : MITSUBISHI AKASAKA 6 UEC 37/88 3900 HP X 210 RPM

AUXILIARY ENGINE : 2 YANMAR 6 MAL-HTS 2 X 530 HP

FLAG : INDONESIA

2. Crew List

Selain data-data kapal diatas, juga masih ada data-data para awak kapal di MV. TANTO SEPAKAT atau disebut juga Crew List yang terdiri dari 19 orang termasuk Nakhoda dan KKM. Awak kapal tersebut terdiri dari 3 orang Officer, 3 orang Engineer, 1 orang Electircen, 3 orang juru mudi, 3 orang Oiler, 1 orang Koki (Chief Cook), 1 orang Boastwain, 1 orang kadet dek dan 1 orang kadet mesin.

(3)

Tabel IV.1 Crew List MV. TANTO SEPAKAT

No NAME RANK NATIONALITY

1 Hery sutyarto Master Indonesia

2 Zainuddin C/O Indonesia

3 Supriyono 2/O Indonesia

4 M. Husein 3/O Indonesia

5 Sigit Nugroho C/E Indonesia

6 Hein Kastanya 1/E Indonesia

7 Iwan Hariyanto 2/E Indonesia

8 Dwi Rizki 3/E Indonesia

9 Bawi Electricen Indonesia

10 Hotib Bosun Indonesia

11 Kiswanto A/B Indonesia

12 Ahmad Bataweya A/B Indonesia

13 Bhakti Dwi Hardiansyah A/B Indonesia

14 Iwan Susanto Oiler Indonesia

15 Aziz Oiler Indonesia

16 Riyan S Oiler Indonesia

17 Samsul Bakri Koki Indonesia

18 Ali Hasbi Deck Cadet Indonesia

19 Obet Lipung Engine Cadet Indonesia

Sumber: MV TANTO SEPAKAT

(4)

3. Daftar Pelaksanaan Latihan

Tabel IV.2 Daftar Pelaksanaan latihan keadaan Darurat di MV. TANTO SEPAKAT

BULAN LATIHAN

KEBAKARAN

LATIHAN SEKOCI

SEPTEMBER TIDAK DILAKSANAKAN

OKTOBER DILAKSANAKAN TIDAK

NOPEMBER DILAKSANAKAN DILAKSANAKAN

JANUARI TIDAK TIDAK

FEBRUARI DILAKSANAKAN DILAKSANAKAN

MARET DILAKSANAKAN DILAKSANAKAN

APRIL TIDAK TIDAK

MEI TIDAK TIDAK

JUNI DILAKSANAKAN DILAKSANAKAN

JULI TIDAK TIDAK

AGUSTUS DILAKSANAKAN DILAKSANAKAN

SEPTEMBER TIDAK TIDAK

Sumber: MV. TANTO SEPAKAT

(5)

B. HASIL PENELITIAN A. PENYAJIAN DATA

Berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan penulis selama melaksanakan praktek laut di kapal, diketahui bahwa kemampuan dan keterampilan anak buah kapal masih kurang dalam menggunakan alat- alat penolong/keselamatan. disaat pelaksanaan latihan kebakaran, dimana dalam pelaksanaannya untuk menanggulangi kebakaran yang terjadi diperlukan suatu alat pemadam kebakaran atau yang biasa disebut fire extinguisher, dalam pelaksanaan penggunaan fire extinguisher tersebut hanya sebatas membawa dan memegang fire extinguisher tersebut. dan untuk cara penggunaan sampai pemadaman kebakaran dengan menyemprotkannya ke dalam api tidak dilaksanakan, jadi pada penggunaan fire extinguisher tidak sampai pada tahap pemadaman api dan banyak anak buah kapal yang seharusnya dalam sijil kebakaran bertugas membawa dua jenis fire extinguiser (foam extinguisher dan dry chemical extinguisher), mereka hanya membawa salah satunya.

Dari pelaksanaan penggunaan alat-alat keselamatan yang hanya sekadar atau formalitas saja seperti yang telah dicontohkan tersebut, maka dapat berpengaruh buruk terhadap para awak kapal itu sendiri, yaitu

1. mempengaruhi keterampilan awak kapal dalam mempergunakan alat-alat keselamatan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh para awak kapal.

(6)

2. Dapat Menimbulkan dampak buruk apabila terjadi suatu keadaan darurat yang sesungguh nya dimana awak kapal tidak mengetahui prosedur penggunaan alat tersebut dan tanggung jawab nya ketika mengalami suatu keadaan darurat seperti kebakaran dan lain sebagainya.

Sehingga untuk menjaga keterampilan anak buah kapal harus diadakan latihan-latihan menghadapi keadaan darurat secara teratur sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada SOLAS 2014, dan penggunaan alat- alat keselamatan bukan hanya untuk sekedar formalitasi saja, karena akan menyebabkan kendornya tingkat keterampilan para anak buah kapal tersebut dalam pelaksanaan latihan keadaan darurat. Selain itu anak buah kapal juga tidak akan mengetahui dimana letak dari pemadam kebakaran yang harus mereka bawa sesuai dengan sijil keadaan darurat kebakaran, karena setiap latihan kebakaran mereka hanya membawa alat pemadam yang sama, sehingga saat kejadian kebakaran yang sebenarnya alat-alat pemadam kebakaran tidak lengkap karena tidak adanya kesiap siagaan dari anak buah kapal.

B. ANALISIS DATA

1. Dari hasil observasi kendala-kendala yang dihadapi anak buah kapal dalam melaksanakan latihan menghadapi keadaan darurat adalah menggunakan alat-alat pemadam kebakaran dan kesigapan dalam menanggapi keadaan darurat tersebut.

(7)

Pelaksanaan latihan keadaan darurat agar dapat mencapai hasil yang maksimal haruslah sesuai dengan peraturan pelaksanaan yang terdapat dalam SOLAS 2014, tetapi pada kenyataannya pelaksanaan latihan keadaan darurat di kapal, tidak sepenuhnya seperti yang terdapat dalam SOLAS 2014. mengumpulkan para awak kapal untuk latihan sekoci dan latihan kebakaran harus dilaksanakan dengan selang-selang waktu tidak lebih dari satu bulan, sedangkan dalam pelaksanaannya dilapangan, latihan keadaan darurat tidak dilakukan setiap bulannya, hal tersebut dikarenakan:

1. waktu pelaksanaan latihan-latihan tersebut tidak dilaksanakan karena ketika kapal sandar dipelabuhan tujuan atau ketika berlabuh jangkar dimaspion-maspion banyaknya awak kapal yang turun atau melaksanakan pesiar sehingga kurang nya jumlah pelaksanaan latihan keadaan darurat.

2. pelaksanaan latihan keadaan darurat selalu dianggap remeh oleh awak kapal dikarenakan banyaknya yang beranggapan bahwa ini hanya latihan saja..

Hal tersebut dapat berdampak buruk apabila terjadi keadaan darurat sesungguhnya, dan para awak kapal kurang menguasai tugas dan tanggung jawabnya dikarenakan sewaktu latihan banyak yang meremehkan latihan tersebut.

(8)

Pelayaran kapal yang singkat juga berlayar dilaut yang keadaan arusnya berombak, juga sangat mempengaruhi, Karena latihan sekoci dilaksanakan diluar akomodasi kapal yang secara langsung sangat berpengaruh terhadap keadaan cuaca. Pelaksanaan latihan sekoci pada keadaan cuaca yang buruk atau pada saat hujan lebat dikhawatirkan kesalahan anak buah kapal yang sekecil apapun akan berakibat fatal, misalnya ada anak buah kapal yang terpeleset saat melepas lashing sekoci akan menimbulkan kecelakaan yang tidak terduga. Sedangkan untuk pelaksanaan latihan kebakaran dapat dilaksanakan pada saat kapal berlayar maupun berlabuh jangkar karena pada saat latihan tersebut nakhoda yang menentukan lokasi kebakaran, kemudian perwira yang tidak sedang jaga membunyikan alarm kebakaran pada lokasi yang telah ditentukan.

Namun pada saat pelaksanaan latihan kebakaran, anak buah kapal hanya sebatas membawa peralatannya saja sedangkan cara pemadamannya tidak dilaksanakan hal tersebut dikarenakan jumlah alat-alat pemadam yang terbatas jumlahnya, selain itu sulitnya pihak kapal meminta alat-alat pemadam kebakaran tambahan sebagai sarana latihan kepada perusahaan pelayaran.

(9)

Dari pelaksanaan-pelaksanaan latihan sekoci dan kebakaran diatas banyak ditemui kendala-kendala yang dihadapi oleh awak kapal seperti:

1. Kendala dari faktor alam sangat mempengaruhi pada pelaksanaan latihan sekoci dan latihan kebakaran karena pelaksanaannya langsung berhubungan dengan lingkungan luar akomodasi kapal.

2. Kurangnya niat dari awak kapal dalam mengikuti latihan tersebut dan hanya third officer dan cadet saja yang mengikuti latihan tersebut dan latihan tersebut hanya formalitas saja dikarenakan buat laporan bulanan third officer tersebut.

Untuk menjaga peralatan sekoci berjalan dengan baik dan lancer maka sekoci harus diturunkan sampai permukaan air minimal empat bulan sekali, hal tersebut juga diatur dalam SOLAS 2014.

Sedangkan untuk latihan kebakaran terbatasnya jumlah alat-alat pemadam juga menjadi kendala utama untuk mempraktekkan keadaan darurat tersebut.

(10)

2. Dari hal tersebut dapat di analisis bahwa:

Kurangnya Respond dan kesigapan Anak Buah Kapal Dalam Pelaksanaan Latihan Menghadapi Keadaan Darurat.

Masalah mengenai respon para anak buah kapal ini dapat dilihat secara nyata dalam setiap pelaksanaan latihan keadaan darurat sering terjadi keterlambatan atau mundurnya waktu pelaksanaan latihan keadaan darurat dari waktu yang telah direncanakan, dan dapat dilihat pada kelengkapan peralatan keselamatan yang harus dikenakan oleh para awak kapal dalam mengikuti pelaksanaan latihan keadaan darurat, serta masalah mengenai perhatian awak kapal tentang tugas dan tanggung jawabnya atau pembagian tugas yang tercantum dalam sijil keadaan darurat dalam setiap latihan keadaan darurat yang dilaksanakan.

Masalah kedisiplinan dan kesigapan yang pertama adalah keterlambatan waktu pelaksanaan latihan keadaan darurat, salah satu penyebab pelaksanaan latihan keadaan darurat di MV. TANTO SEPAKAT sering mengalami keterlambatan atau mundur dari waktu pelaksanaan yang telah direncanakan adalah sering terjadinya keterlambatan para awak kapal dalam berkumpul begitu mendengar alarm untuk berkumpul yaitu tujuh tiup pendek secara beruntun dan satu tiup panjang. Keterlambatan para awak kapal untuk segera berkumpul setelah mendengar isyarat berkumpul banyak disebabkan oleh karena kebiasaan atau anggapan dari para awak kapal bahwa

(11)

isyarat berkumpul tersebut hanyalah sekedar latihan dan juga keterlambatan oleh karena alasan pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh awak kapal. Dari anggapan bahwa hanya sekadar latihan tersebut berakibat pada tindakan para awak kapal yang cenderung lebih lambat, dan akhirnya berakibat pada terlambatnya anak buah kapal tersebut dalam berkumpul di (muster station) serta pelaksanaan latihan menjadi tidak tepat dari waktu yang telah direncanakan. Hal semacam ini harus segera ditangani karena dalam operasi keadaan darurat yang sebenarnya dituntut untuk segera mengambil tindakan agar keadaan darurat yang terjadi tidak semain membesar dan meluas serta agar tidak terjadi kerugian yang bertambah besar.

Masalah kedisiplinan para awak kapal dalam pemakaian alat- alat keselamatan pada pelaksanaan latihan keadaan darurat dapat dilihat pada fakta yang telah terjadi pada pelaksanaan latihan keadaan darurat di kapal yaitu ketika pelaksanaan latihan keadaan darurat ada salah satu awak kapal yang tidak mengenakan safety helmet, dan setelah hal tersebut diketahui oleh komandan tim, segera hal tersebut dibetulkan dan awak kapal yang tidak memakai safety helm tadi disuruh untuk mengambil safety helm untuk dikenakan.

Tetapi ada juga awak kapal yang tidak lengkap dalam memakai alat-alat keselamatan yang tidak ditegur oleh komandan tim. Dari ketidakdisiplinan para anak buah kapal MV. TANTO SEPAKAT dalam pelaksanaan latihan keadaan darurat tersebut nantinya juga

(12)

mengakibatkan kerugian kepada para anak buah kapal itu sendiri, dan kerugian itu dapat dirasakan apabila keadaan darurat benar terjadi.

C. PEMBAHASAN

Upaya untuk Meningkatkan kesadaran Awak kapal dalam menanggapi keadaan darurat selain mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan dalam SOLAS 2014, adapun usaha-usaha awak kapal dalam menangulanginya dengan cara sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan awak kapal tentang manggunakan alat- alat keselamatan seperti menggunakan alat pemadam kebakaran sesuai dengan tipenya dan cara menurunkan sekoci dengan benar, tanpa merusak sekoci tersebut.

Dalam pelaksanaan latihan keadaan darurat, setiap anggota tim dalam hal ini adalah para anak buah kapal harus mengetahui dan mampu melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, agar disaat menghadapi keadaan darurat sesunggunya, bisa dengan sigap dan tanggap dalam menaganinya adapun tugas dan tanggu jawabnya seperti table berikut:

(13)

Tabel IV.3 tugas dan tanggung jawab awak kapal dalam peran kebakaran dan ledakan di MV. TANTO SEPAKAT

TEAM JABATAN TUGAS-TUGAS

ANJUNGAN

NAHKODA PEMIMPIN UMUM PENYELAMATAN

MUALIM III MEMBANTU NAHKODA STAND BY HT, DAN MENCATAT KEJADIAN STAND BY VHF

JURUMUDI I STAND BY KEMUDI

KAMAR MESIN

KKM PEMIMPIN DI KM. MESIN, STAND BY

MENJALANKAN CO2 TETAP MASINIS III MEMBANTU KKM, STAND BY HT DAN

MENCATAT KEJADIAN

OLIMAN I MELAKSANAKAN PERINTAH KKM

TEAM UTAMA

MUALIM I PEMIMPIN TEAM UTAMA, MEMBAWA HT MASINIS I WAKIL PEMIMPIN MEMBANTU MUALIM I

BOSUN MEMAKAI BAJU TAHAN API

ELECTRICEN MEMUTUSKAN LISTRIK KE LOKASI KEJADIAN

JURUMUDI II MEMBAWA SELANG PEMADAM DAN

NOZZEL NO 1 & 2 DIANJUNGAN

(14)

OLIMAN II MEMBAWA SELANG PEMADAM DAN NOZZEL NO 3 & 4 DI DECK SEKOCI

JURUMUDI III MEMBANTU MEMBAWA TABUNG

PORTABLE

TEAM PENUNJANG

MUALIM II PEMIMPIN TEAM PENUNJANG, MEMBAWA HT

MASINIS II MENJALANKAN POMPA PEMADAM

DARURAT

KOKI MENUTUP PINTU-PINTU DAN MEMBAWA

KOTAK P3K

KADET DECK MEMBAWA SELANG PEMADAM DAN

NOZZEL NO 7 DI UPPER DECK

KADET MESIN MEMBAWA TABUNG PORTABLE NO 1,2,3 DI ANJUNGAN

OLIMAN III MEMBAWA TABUNG PORTABLE NO 4,5,6 DI DECK SEKOCI

Sumber: MV. TANTO SEPAKAT

(15)

2. Chief officer selaku safety officer Memberi teguran kepada awak kapal yang kurang sigap atau malas ketika mengikuti latihan prosedur keadaan darurat dan apabila masih mengulangi akan diberi sanksi seperti dilaporkan perusahaan untuk dikasih surat peringatan atau dicarikan pengganti.

Perlunya sanksi atau hukuman buat awak kapal yang kurang sigap disaat latihan keadaan darurat Untuk menjamin kelanjutan tugas dan agar pelatihan berjalan dengan baik dan lancar.

3. Adanya pengarahan dari nahkoda tentang pentingnya memahami prosedur keadaan darurat

Dalam pertemuan antara semua kru kapal, Nahkoda dan Mualim 1 membahas masalah latihan prosedur keadaan darurat di kapal. Adapun yang dibahas tentang penggunaan alat-alat keselamatan dan cara mengoperasikannya akan tetapi pertemuan ini pun jarang dilakukan oleh Nahkoda sebagai pimpinan di kapal.

4. Menerapkan ketentuan-ketentuan SOLAS 2014 Chapter III, Part B, Section I peraturan nomor 8 Emergency Instruction:

1). Tugas-tugas khusus yang harus dilakukan di dalam keadaan darurat harus dibagikan kepada masing-masing anggota awak kapal.

2). Sijil kumpul harus memperlihatkan semua tugas khusus dan harus memperlihatkan khususnya posisi-posisi mana yang

(16)

harus diambil oleh tiap anggota dan tugas-tugas yang harus dilakukan. Sebelum kapal berlayar, sijil kumpul harus sudah dirampungkan. Turunan-turunannya harus digantungkan diberbagai bagian Tugas-tugas khusus yang dilakukan di dalam keadaan darurat harus dibagikan kepada masing-masing anggota awak kapal.

3). Sijil kumpul harus memperlihatkan semua tugas khusus dan harus memperlihatkan khususnya posisi-posisi mana yang harus diambil oleh tiap anggota dan tugas-tugas yang harus dilakukan.

4). Sijil kumpul harus memperlihatkan tugas-tugas yang ditetapkan untuk berbagai anggota awak kapal berkenaan dengan:

a). penutupan pintu-pintu kedap air, katup-katup dan mekanisme penutupan lubang-lubang pembuangan, lubang-lubang tuang abu dan pintu-pintu kebakaran.

b). melengkapi sekoci-sekoci penolong (termasuk pesawat radio jinjing untuk pesawat penyelamatan) dan alat-alat penyelamat lain.

c.) peluncuran sekoci penolong.

d). persiapan umum alat-alat penyelamat lain.

e). meng-apel para penumpang.

f). pemadam kebakaran, dengan memperhatikan bagan-bagan pengendalian kebakaran kapal.

(17)

5). Sijil kumpul harus memperhatikan berbagai tugas yang dibebankan kepada para anggota bagian pelayanan terhadap para penumpang di dalam keadaan darurat. Tugas-tugas ini harus meliputi :

a). memperingatkan para penumpang.

b). memeriksa apakah mereka telah berpakaian dengan layak dan telah mengenakan baju penolong dengan cara semestinya.

c). mengumpulkan para penumpang di pos kumpul.

d). menjaga ketertiban di lorong-lorong dan ditangga-tangga tapak dan pada umumnya, mengendalikan gerakan gerakan para penumpang.

e) memastikan bahwa persediaan selimut-selimut telah dibawa ke sekoci-sekoci penolong.

6). Tugas-tugas yang ditunjukkan oleh sijil kumpul yang berkaitan dengan pemadam kebakaran sesuai dengan subparagraf 5) (f) Peraturan ini harus meliputi segala sesuatu yang berkenaan dengan :

a). pengawakan regu-regu pemadam kebakaran yang dibebani tugas memadamkan kebakaran.

(18)

b). tugas-tugas khusus yang dibebankan berkenaan dengan penanganan perlengkapan dan instalasi pemadam kebakaran .

7). Sijil kumpul harus memperinci isyarat-isyarat tertentu untuk memanggil semua awak kapal ke stasiun-stasiun sekoci, stasiun rakit penolong dan stasiun pemadam kebakaran mereka, dan harus memberikan perincian isyarat-isyarat ini secara lengkap.

(19)

52 A. KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil penelitian di lapangan serta dari hasil uraian pembahasan mengenai kesiapan, kemampuan dan keterampilan anak buah kapal dalam latihan keadaan darurat beserta kendalanya di MV. TANTO SEPAKAT dan mengenai respon anak buah kapal sendiri terhadap latihan keadaan darurat di atas kapal tersebut, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan latihan keadaan darurat yang kurang teratur diatas kapal MV.

TANTO SEPAKAT disebabkan karena ketidaksesuaian antara pelaksanaan latihan keadaan darurat diatas kapal dengan aturan pelaksanaan latihan keadaan darurat yang terdapat di dalam SOLAS 2014, penggunaan alat-alat keselamatan yang hanya untuk sekadarnya atau formalitas saja, serta kendornya tingkat keterampilan para awak kapal dalam penggunaan alat-alat keselamatan.

2. Dalam pelaksanaan latihan menghadapi keadaan darurat banyak kendala yang seharusnya dapat diatasi namun tidak pedulinya perusahaan terhadap latihan menghadapi keadaan darurat yang harus ditanggung oleh pihak kapal dalam latihan menghadapi keadaan darurat. Sehingga hasil yang didapat dari latihan tersebut kurang maksimal.

3. pengambil-alihan tugas yang dilakukan awak kapal yang satu terhadap awak kapal yang lainnya adalah sebagai wujud dari tidak adanya rasa saling percaya

(20)

awak kapal lain, yang akhirnya mengakibatkan tindakan atau kerjasama tim keadaan darurat menjadi tidak dapat berjalan dan tidak efektif.

4. Tidak adanya pengarahan-pengarahan (Briefing) dan familiarisasi bagi crew kapal yang baru on board sehingga crew yang baru on board tersebut tidak mengetahui tugas dan tanggung jawabnya saat menghadapi keadaan darurat.

B. SARAN

Sesuai permasalahan yang telah dibahas dalam skripsi ini penulis ingin memberikan sedikit saran yang mungkin dapat bermanfaat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. latihan keadaan darurat di atas kapal harus dilaksanakan sesuai dengan aturan pelaksanaan keadaan darurat yang terdapat dalam SOLAS 2014, dan pelaksanaan yang teratur dari awak kapal dalam mengikuti latihan keadaan darurat akan menjaga dan meningkatkan keterampilan yang mereka miliki dalam menghadapi keadaan darurat.

2. Agar pelaksanaan latihan menghadapi keadaan darurat mendapatkan hasil yang maksimal peran serta perusahaan dalam penyediaan alat-alat keselamatan sebagai sarana latihan harus diperhatikan, sehingga keterampilan anak buah kapal dalam menggunakan alat-alat keselamatan tersebut terjaga.

(21)

anggota tim keadaan darurat, agar tindakan atau kerjasama tim dapat berjalan dan efektif.

4. Adanya pengarahan (Briefing) dan familiarisasi bagi crew kapal yang baru on board sangat diperlukan sehingga para anak buah kapal sebelumnya sudah mengetahui atau mempunyai gambaran disaat latihan yang akan dilaksanakan dan juga anak buah kapal mengetahui gambaran cara-cara menggunakan alat-alat keselamatan sesuai prosedur dan juga anak buah kapal dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan sijil keselamatan.

Referensi

Dokumen terkait

3 A person who carries out an activity is taken to have complied with the cultural heritage duty of care in relation to Aboriginal cultural heritage if— a the person is acting— i

Тайбурыл мен Қҧртқаның арасында ана мен баланың арасындағы қарым-қатынас орнағанын Қҧртқаның оның қалай мәпелеп кҥткенін де, Тайбурылдың да Қҧртқаны «Анамыз ауызға алғанда» деп