• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab iv hasil penelitian dan pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "bab iv hasil penelitian dan pembahasan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Dengan masalah yang diangkat sebagai karya tulis, Penulis akan mendeskripsikan obyek penelitian agar mempermudah pembaca dalam mendapat gambaran tentang objek penelitian.

KM. Muara Berlian adalah kapal container yang difungsikan sebagai kapal General Cargo oleh PT. Rajawali Berlian yang berkantor di Jl. Kali Anget No. 136, Tanjung perak, Kota Surabaya. Untuk spesifikasi lebih mendetail Penulis akan mencantumkan Ship Particular kapal KM. Muara Berlian

Ship’s name : K.M. Muara berlian Call sign : Y F C K

IMO number : 8021127 Flag State : Indonesia Port of Registry : Jakarta

Date of Keel Lying : 11 November 1980 Date of Launching : 09 Februari 1981 Date of Delivery : 31 Maret 1981

Owner : PT. Tempuran Mas Tbk./ PT. Rajawali Berlian Builder : Kurushima Dock CO. ltd (Kouchi Dock) Japan Classification : BKI (“A100’ SW) dam MK (NS”MNS’) Type of Vessel : General Cargo

(2)

40

DWT : 6443 T

LOA : 105.3 M

GT : 4209 T

Horse Power : 2600 HP / 1912 Kw Trial Speed : 10.9 Kt

Service Speed : 10.7 Kt

Gambar 4.1 Kapal KM. Muara Berlian

(3)

41 B. Hasil penelitian

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Penulis selama kegiatan praktek layar, Penulis melakukan pengamatan tentang standar tugas jaga dan selama itu juga ditemukan beberapa poin standar tugas jaga yang tidak dilaksanakan dan ada pula beberapa poin yang telah dilaksanakan tetapi tidak sesuai prosedur yang tertulis dalam STCW 1978 Bab VIII amandemen 2010.

1. Penyajian Data

Selama 1 tahun melaksanakan praktek berlayar di KM. Muara Berlian, Taruna mengikuti jaga laut selama kurang lebih 9 bulan, selama kurun waktu tersebut Taruna melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tugas jaga laut di anjungan. Pada umumnya standar tugas jaga dilaksanakan sesuai STCW amandemen tahun 2010. Tetapi, pada KM. Muara berlian beberapa kali terjadi pelanggaran terhadap standar jaga tersebut.

Berikut ini adalah kejadian yang disebabkan oleh kurangnya penerapan standar tugas jaga pada saat dinas jaga navigasi yang pernah terjadi diatas K.M. Muara Berlian:

a. Pada tanggal 24 April 2018 KM. Muara Berlian melintas di Laut Jawa dalam perjalanan dari Tarjun ke Bali dengan haluan sejati 174 derajat.

dalam radar terdeteksi KM. Tunas Baru dengan jarak 12 mil laut mendekat dari arah haluan kapal, namun hal ini lepas dari perhatian Perwira Jaga karena pada saat itu Perwira Jaga sedang melakukan obrolan di telepon dengan teman lamanya, selepas menelepon Perwira

Jaga melakukan pengamatan pada radar dan mendapati bahwa

(4)

42

KM. Tunas Baru sudah berjarak 6 mil laut dari arah haluan, karena panik Perwira Jaga langsung memberi perintah kepada juru mudi jaga untuk membawa kapal ke kiri sehingga membuat kapal jatuh kiri 0,4 mil laut dari garis haluan yang telah dibuat.

b. Pada tanggal 12 Mei 2018 saat KM. Muara berlian dalam perjalanan menuju Pelabuhan Tarjun, Nakhoda naik ke anjungan untuk memantau kondisi sekitar, lalu menuju kamar peta dan mendapati bahwa rute yang dibuat oleh Mualim II kurang efektif, Nakhoda memutuskan untuk mengubah haluan melewati Pulau Kerayaan yang sebelumnya dihindari oleh Mualim II karena terdapat banyak jaring nelayan yang dapat menghambat perjalanan kapal

c. Pada tanggal 5 Agustus 2018 KM. Muara Berlian keluar dari Pelabuhan Tarjun menuju anchorage area karena menunggu dokumen yang akan dikirim oleh agen, kapal tidak diperbolehkan menunggu di pelabuhan karena kapal yang mengantri selanjutnya sudah mau masuk pelabuhan untuk melaksanakan kegiatan memuat. Di anjungan terdapat Chief Officer, Second Officer, juru mudi dan Cadet. Second Officer meninjau kedalaman yang tertera pada peta dan mencari tempat yang aman untuk berlabuh, setelah mendapatkan tempat yang memenuhi kriteria tersebut, Second Officer membuat garis haluan lalu memasukkan way point pada GPS. Kapal keluar dari pelabuhan dengan kondisi muatan penuh dan pada saat itu air laut dalam kondisi surut terendah, ketika kapal sudah mendekati koordinat yang

(5)

43

ditentukan, KM. Muara Berlian kandas, dikarenakan air sedang surut terendah.

2. Analisa Data

Dalam Analisa data ini akan dibandingkan antara kejadian di atas kapal dengan standar tugas jaga STCW 1978 amandemen 2010 BAB VII.

Tabel 4.1 Perbandingan antara kejadian di atas kapal dengan standar tugas jaga STCW 1978 amandemen 2010 BAB VII.

No. Kejadian diatas kapal Standar tugas jaga 1 Perwira Jaga terlalu fokus

dengan handphonenya, sehingga tidak melaksanakan pengamatan dengan optimal.

Aturan 14

Suatu pengamatan yang baik harus selalu dilaksanakan sesuai aturan 5 Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL) dengan tujuan:

- Menjaga kewaspadaan terus menerus dengan penglihatan dan sarana yang ada, sehubungan dengan setiap perubahan penting dalam hal kondisi pengoperasian

- Memperhatikan sepenuhnya situasi‐situasi dan risiko tubrukan, kandas, dan bahaya

(6)

44

navigasi lainnya

- Mendeteksi kapal‐kapal atau pesawat terbang yang sedang dalam bahaya, orang‐orang yang mengalami kecelakaan kapal, kerangka kapal, serta bahaya‐bahaya lain yang mengancam navigasi.

Aturan 38

- Perwira tugas jaga navigasi harus memastikan skala jarak RADAR yang digunakan diubah secara berkala, sehingga setiap sasaran dapat terdeteksi sedini mungkin.

2 Perubahan rencana pelayaran di saat kapal telah berjalan

Aturan 3

- Pelayaran yang akan

dilakukan harus

direncanakan terlebih

dahulu, dengan

mempertimbangkan seluruh informasi. Setiap haluan yang ditetapkan harus diperiksa sebelum berlayar.

(7)

45

Aturan 5

- Setiap akan melakukan pelayaran, Nakhoda harus menjamin rute yang telah ditetapkan dari pelabuhan- pelabuhan keberangkatan menuju pelabuhan berikutnya direncanakan dengan menggunakan peta-peta dan publikasi navigasi yang memadai, yang memuat informasi terbaru yang lengkap dan tepat sehubungan dengan bahaya-bahaya dan kesulitan-kesulitan navigasi yang bersifat tetap atau dapat diramalkan terlebih dahulu dan yang relevan dengan pelaksanaan navigasi yang aman.

Aturan 7

- Jika selama pelayaran diambil keputusan untuk mengubah pelabuhan tujuan, maka rute

(8)

46

baru yang bersangkutan harus direncanakan lebih dahulu sebelum mengubah arah dari rute semula.

3 Kapal kandas dikarenakan kelalaian dalam membuat rencana pelayaran tanpa memperhitungkan pasang surut dan sarat kapal

Aturan 3

- Pelayaran yang akan dilakukan harus direncanakan terlebih dahulu, dengan mempertimbangkan seluruh informasi. Setiap haluan yang ditetapkan harus diperiksa sebelum berlayar.

Aturan 5

- Setiap akan melakukan pelayaran, Nakhoda harus menjamin rute yang telah ditetapkan dari pelabuhan- pelabuhan keberangkatan menuju pelabuhan berikutnya direncanakan dengan menggunakan peta-peta dan publikasi navigasi yang memadai, yang memuat

(9)

47

informasi terbaru yang lengkap dan tepat sehubungan dengan bahaya- bahaya dan kesulitan- kesulitan navigasi yang bersifat tetap atau dapat diramalkan terlebih dahulu dan yang relevan dengan pelaksanaan navigasi yang aman.

Dari table diatas dijelaskan sebagai berikut:

Pada kejadian pertama penyebab kapal menyimpang jauh dari garis haluan adalah karena Mualim jaga panik dalam mengambil keputusan, seharusnya kepanikan ini tidak perlu terjadi jika Mualim jaga melaksanakan pengamatan sesuai dengan aturan 14 yang dijelaskan bahwa suatu pengamatan yang baik harus selalu dilaksanakan sesuai aturan 5 Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL), sehingga setiap keberadaan kapal dengan jarak tertentu dapat terpantau dan bisa dilakukan tindakan menghindar yang aman dan tidak merugikan bagi pelayaran sendiri

Pada kejadian kedua, perubahan rencana pelayaran disebabkan karena pada saat membuat rencana pelayaran Mualim II tidak teliti dalam

(10)

48

membuat rencana pelayaran, hal ini bertentangan dengan aturan 3 dimana setiap rencana pelayaran harus dibuat dengan mempertimbangkan informasi terkait perairan yang akan dilalui, dan aturan 5 bahwa setiap akan melakukan pelayaran, Nakhoda harus menjamin rute yang telah ditetapkan dari pelabuhan-pelabuhan keberangkatan menuju pelabuhan berikutnya.

Kandasnya kapal pada sajian data ke-3 disebabkan sama halnya dengan ke-2, yakni disebabkan oleh kurangnya informasi yang digunakan untuk pertimbangan dalam membuat rencana pelayaran.sehingga pasang surut air laut terlepas dari perhatian Mualim.

C. Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan hasil temuan dari penelitian yang telah dilaksanakan sebagai berikut.

1. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa standar jaga dalam STCW 1978 bab VII amandemen 2010 belum maksimal penerapannya diatas kapal.

Seperti contoh pada data pertama dimana Mualim jaga tidak memberikan perhatian penuh pada pengamatan saat berjaga navigasi di anjungan.

Mualim jaga seharusnya tidak terfokus pada telepon genggam meskipun tidak di dalam alur maupun daerah ramai. Sesuai dengan aturan nomor 14 pada BAB VII STCW 1978 amandemen 2010 yang mengharuskan Mualim jaga untuk menjaga kewaspadaan terus menerus dengan penglihatan dan sarana yang ada, mendeteksi kapal‐kapal atau pesawat terbang yang sedang dalam bahaya, orang‐orang yang mengalami kecelakaan kapal, kerangka kapal, serta bahaya‐bahaya lain yang

(11)

49

mengancam navigasi, serta aturan nomor 38 dimana perwira tugas jaga navigasi harus memastikan skala jarak RADAR yang digunakan diubah secara berkala, sehingga setiap sasaran dapat terdeteksi sedini mungkin.

Meskipun tindakan Mualim jaga untuk langsung menghindar sudah sesuai dengan aturan nomor 35, seharusnya kepanikan seperti ini tidak perlu terjadi jika Mualim jaga fokus pada tugas jaganya sehingga jika terdapat kapal yang akan melintas atau berhadapan kita mempunyai persiapan dan perhitungan yang cukup untuk membuat keputusan sehingga tidak perlu tergesa-gesa

2. Analisa pada data kedua menunjukkan bahwa permasalahan ada pada tahap perencanaan pelayaran, dimana pada aturan nomor 5 BAB VII STCW 1978 amandemen 2010 telah disebutkan Setiap akan melakukan pelayaran, Nakhoda harus menjamin rute yang telah ditetapkan dari pelabuhan-pelabuhan keberangkatan menuju pelabuhan berikutnya direncanakan dengan menggunakan peta-peta dan publikasi navigasi yang memadai, yang memuat informasi terbaru yang lengkap dan tepat sehubungan dengan bahaya-bahaya dan kesulitan-kesulitan navigasi yang bersifat tetap atau dapat diramalkan terlebih dahulu dan yang relevan dengan pelaksanaan navigasi yang aman. Jika perencanaan pelayaran yang telah dibuat oleh Mualim II telah disetujui oleh Nakhoda, maka Nakhoda telah memahami rencana pelayaran tersebut berikut dengan bahaya navigasi yang mungkin akan ditemui selama pelayaran berlangsung, tetapi dalam pelaksanaannya setelah ditinjau ulang ternyata terdapat sedikit kesalahan dalam pemilihan alur, sehingga diambil tindakan untuk merubah

(12)

50

rencana pelayaran sesuai dengan aturan 7 tentang perubahan rencana pelayaran.

3. Pada sajian data ke-3 penyebab permasalahan adalah karena kelalaian dalam membuat rencana pelayaran yang tidak mempertimbangkan pasang surut air laut, telah disebutkan pada standar tugas jaga STCW 1978 amandemen 2010 aturan 5 bahwa pelayaran yang akan dilakukan harus direncanakan terlebih dahulu, dengan mempertimbangkan seluruh informasi. Setiap haluan yang ditetapkan harus diperiksa sebelum berlayar.

perkiraan pasang surut air laut terlewat dari perhitungan sehingga kapal kandas sebelum sampai pada koordinat yang ditentukan, hal semacam ini seharusnya tidak terjadi jika sebelum berlayar dipertimbangkan pasang surut air laut, jika memang kondisi dinilai tidak memungkinkan untuk melakukan pelayaran, akan lebih baik jika kapal menunggu dahulu di kedalaman yang aman sampai air mulai pasang kembali, tetapi hal ini tidak menjadi kesalahan pihak kapal sepenuhnya mengingat pihak pelabuhan juga mendesak KM. Muara Berlian untuk cepat keluar pelabuhan.

Dari tiga permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan standar tugas jaga di KM. Muara Berlian masih belum maksimal, hal ini penyebabnya adalah kurangnya kedisiplinan serta kurangnya ketelitian masing-masing Mualim dalam melaksanakan tugas yang dibebankan sebagain tanggung jawab, hal ini dibuktikan dengan tiga kejadian diatas yang seharusnya tidak perlu terjadi jika Mualim tidak lalai dalam melaksanakan tugas.

(13)

51 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisa data serta pembahasan dapat di simpulkan:

1. Penerapan standar jaga Bab VIII STCW 1978 Amandemen 2010 di KM. Muara Berlian belum terlaksana pada aturan nomor 3, 5, 7, 14, dan 38

2. Kendala dalam penerapan standar jaga Bab VIII STCW 1978 Amandemen 2010 di KM. Muara Berlian terletak pada kedisiplinan Mualim dalam melakukan pengamatan dan ketelitian dalam perencanaan pelayaran

B. Saran

Dalam hal ini penulis akan memberikan saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat dan sebagai masukan guna memperbaiki sistem dinas jaga. Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Crew Kapal

a. Perwira Jaga hendaknya melaksanakan tugas jaga yang telah ditetapkan dalam standar tugas pada BAB VII STCW 1978 Amandemen 2010

b. Nakhoda selalu mengawasi Mualim jaga untuk memastikan kapal

(14)

52

berlayar dengan aman serta memantau tanggung jawab yang di bebankan kepada masing-masing mualim jaga

2. Bagi Perusahaan Pelayaran

PT. Rajawali Berlian dapat memberikan pengarahan bagi Perwira sebelum melakukan sea project agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di atas kapal sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan.

3. Bagi Taruna

Taruna yang akan melaksanakan praktek laut wajib membaca dan menerapkan standar tugas jaga pada BAB VII STCW 1978 Amandemen 2010

Referensi

Dokumen terkait

10 Bab keempat, merupakan pembahasan dari penelitian yang telah dilaksanakan, pada bab ini semua hasil dan pembahasan akan dipaparkan bagaimana implementasi game