• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sub sektor makanan dan minuman selama periode penelitian 2015 sampai dengan 2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka didapat sampel akhir sebanyak 14 perusahaan dengan periode pengamatan selama 3 tahun diperoleh 42 sampel amatan.

Tabel IV.1.

Proses dan Hasil Seleksi Sampel

No Kriteria

Sampel Sampel Perusahaan Amatan

1

Perusahaan Sub Sektor Industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2015 sampai dengan 2017.

20 60

2

Perusahaan Sub Sektor Industri makanan dan minuman yang

(4) (12)

tidak selalu listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2015 sampai dengan 2017.

3

Perusahaan Sub Sektor Industri makanan dan minuman yang

(1) (3)

delisting di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2015 sampai dengan 2017.

4

Perusahaan Sub Sektor Industri makanan dan minuman yang pindah ke perusahaan sektor industry dasar dan kimia di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2017.

(1) (3)

Jumlah Sampel 14 42

Sumber: Data sekunder (data diolah, 2019).

(2)

Tabel IV.2.

Daftar Perusahaan Sampel

No Kode Nama Perusahaan

1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk

3 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 4 DLTA Delta Djakarta Tbk

5 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 7 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 8 MYOR Mayora Indah Tbk

9 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 10 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 11 SKBM Sekar Bumi Tbk

12 SKLT Sekar Laut Tbk 13 STTP Siantar Top Tbk

14 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk Sumber: Bursa Efek Indonesia (data diolah, 2019).

4.1.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data variabel yang diteliti berupa variabel bebas dan variabel terikat.

Penelitian ini mengamati tiga variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tax avoidance.

(3)

A. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan suatu pengukuran yang dikelompokkan berdasarkan besar kecilnya perusahaan, dan dapat menggambarkan kegiatan operasional perusahaan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan (Fadila, 2017).

Berikut ini merupakan data ukuran perusahaan untuk 14 sampel perusahaan sub sektor makanan dan minuman periode 2015-2017:

Tabel IV.3.

Ukuran Perusahaan Untuk 14 Sampel Perusahaan Sub sektor Makanan dan Minuman Periode 2015-2017

No Kode Ukuran Perusahaan Rata-

2015 2016 2017 Rata

1 AISA 29.83 29.86 29.80 29.83

2 ALTO 27.80 27.78 27.73 27.77

3 CEKA 28.03 27.99 27.96 27.99

4 DLTA 27.67 27.81 27.92 27.80

5 ICBP 30.91 30.99 31.08 31.00

6 INDF 32.15 30.99 32.11 31.75

7 MLBI 28.37 28.45 28.55 28.46

8 MYOR 30.06 30.19 30.33 30.19

9 PSDN 27.15 27.21 27.26 27.21

10 ROTI 28.63 28.70 29.15 28.83

11 SKBM 27.36 27.63 28.12 27.70

12 SKLT 26.66 27.07 27.18 26.97

13 STTP 28.28 28.48 28.48 28.42

14 ULTJ 28.90 29.08 29.28 29.08

Max 32.15 30.99 32.11 31.75

Min 26.66 27.07 27.18 26.97

Rata-rata 28.70 28.73 28.93 28.79

Sumber: Bursa Efek Indonesia (data diolah, 2019).

(4)

Berdasarkan data pada tabel IV.3, secara keseluruhan ukuran perusahaan tertinggi selama 2015 sampai 2017 dialami oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebesar 31,75 dan terendah dialami oleh PT. Sekar Laut Tbk (SKLT) yaitu sebesar 26,97 dan nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar 28,79.

B. Profitabilitas

Profitabilitas adalah profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu (Jasmine, 2017). Berikut ini merupakan data profitabilitas untuk 14 sampel perusahaan sub sektor makanan dan minuman periode 2015-2017:

Tabel IV.4.

Profitabilitas Untuk 14 Sampel Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode 2015-2017

No Kode Profitabilitas (dalam %) Rata-

2015 2016 2017 Rata

1 AISA 4.12 7.77 -9.71 0.73

2 ALTO -2.06 -2.27 -5.67 -3.33

3 CEKA 7.17 17.51 7.71 10.80

4 DLTA 18.50 21.25 20.87 20.20

5 ICBP 11.01 12.56 11.21 11.59

6 INDF 40.39 12.56 5.85 19.60

7 MLBI 23.65 43.17 52.67 39.83

8 MYOR 11.02 10.75 10.93 10.90

9 PSDN -6.87 -5.61 4.65 -2.61

10 ROTI 10.00 9.58 2.97 7.52

11 SKBM 5.25 2.25 1.59 3.03

12 SKLT 5.32 3.63 3.61 4.19

(5)

13 STTP 9.67 7.45 9.22 8.78

14 ULTJ 14.78 16.74 13.72 15.08

Max 40.39 43.17 52.67 39.83

Min -6.87 -5.61 -9.71 -3.33

Rata-rata 10.85 11.24 9.26 10.45

Sumber: Bursa Efek Indonesia (data diolah, 2019).

Berdasarkan tabel IV.4, secara keseluruhan profitabilitas tertinggi dari tahun 2015-2017 di alami oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) yaitu sebesar 39,83% dan profitabilitas terendah adalah -3,33% dan nilai rata-rata profitabilitas sebesar 10,45%.

C. Leverage

Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal perusahaan penambahan jumlah hutang yang mengakibatkan timbulnya pos biaya tambahan berupa bunga dan pengurangan beban pajak penghasilan wajib pajak badan. (Putri & Putra, 2017). Berikut ini merupakan data leverage untuk 14 sampel perusahaan sub sektor makanan dan minuman periode 2015-2017:

Tabel IV.5.

Leverage Untuk 14 Sampel Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman

Periode 2015-2017

No Kode Leverage (dalam %) Rata-

2015 2016 2017 Rata

1 AISA 128.41 117.02 156.24 133.89

2 ALTO 132.80 142.30 164.59 146.56

3 CEKA 132.20 60.60 54.22 82.34

4 DLTA 22.21 18.32 17.14 19.22

(6)

5 ICBP 62.08 56.22 55.57 57.96

6 INDF 112.96 56.22 55.57 74.92

7 MLBI 112.96 56.22 88.08 85.75

8 MYOR 174.09 177.23 135.71 162.34

9 PSDN 118.36 106.26 102.82 109.14

10 ROTI 91.29 133.26 130.72 118.43

11 SKBM 127.70 102.37 61.68 97.25

12 SKLT 122.18 171.90 58.62 117.57

13 STTP 90.28 99.95 69.16 86.46

14 ULTJ 26.54 21.49 23.24 23.76

Max 174.09 177.23 164.59 162.34

Min 22.21 18.32 17.14 19.22

Rata-rata 103.86 94.24 83.81 93.97

Sumber: Bursa Efek Indonesia (data diolah, 2019).

Berdasarkan tabel IV.5, secara keseluruhan leverage tertinggi dari tahun 2015-2017 dialami oleh PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) yaitu sebesar 162,34% dan leverage terendah adalah Delta Djakarta Tbk (DLTA) sebesar 19,22%. Dan nilai rata- rata leverage sebesar 93,97%.

D. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Tax avoidance bukan pelanggaran undang-undang perpajakan karena usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimumkan atau meringankan beban pajak dilakukan dengan cara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak (Kurniasih & Sari, 2013). Menurut Astuti & Aryani (2016) ETR dihitung dengan menggunakan rasio total beban pajak penghasilan terhadap pre-tax income. Beban pajak penghasilan merupakan penjumlahan beban pajak kini dan beban pajak tangguhan. Pre-tax income adalah laba bersih sebelum dikurangi pajak penghasilan. Semakin kecil nilai ETR berarti penghindaran pajak oleh perusahaan

(7)

semakin besar dan begitu pula sebaliknya semakin besar nilai ETR maka penghindaran pajaknya semakin kecil. Nilai ETR berkisar lebih dari 0 dan kurang dari 1. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, maka data penghindaran pajak (tax avoidance) untuk 14 sampel perusahaan sub sektor makanan dan minuman periode 2015-2017 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.6.

Penghindaran Pajak Untuk 14 sampel Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode 2015-2017

No Kode Tax Avoidance Rata-

2015 2016 2017 Rata

1 AISA 0.25 0.20 -0.12 0.11

2 ALTO -0.38 -0.81 -0.10 (0.43)

3 CEKA 0.25 0.13 0.25 0.21

4 DLTA 0.23 0.22 0.24 0.23

5 ICBP 0.27 0.27 0.32 0.29

6 INDF 0.35 0.27 0.33 0.32

7 MLBI 0.26 0.26 0.26 0.26

8 MYOR 0.24 0.25 0.25 0.25

9 PSDN -0.29 -2.56 0.40 (0.82)

10 ROTI 0.28 0.24 0.27 0.27

11 SKBM 0.25 0.27 0.19 0.23

12 SKLT 0.27 0.18 0.16 0.20

13 STTP 0.20 0.20 0.25 0.22

14 ULTJ 0.25 0.24 0.31 0.27

Max 0.35 0.27 0.40 0.32

Min -0.38 -2.56 -0.12 (0.82)

Rata-rata 0.17 -0.05 0.21 0.11

Sumber: Bursa Efek Indonesia (data diolah, 2019).

(8)

Berdasarkan tabel IV.6, secara keseluruhan nilai tax avoidance tertinggi yang diukur dengan ETR selama tahun 2015-2017 dialami oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan nilai rata-rata ETR sebesar 0,32. Hal ini menunjukan bahwa PT.

Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) merupakan perusahaan yang paling menerapkan tax avoidance karena memiliki nilai ETR positif tertinggi. Dan nilai ETR terendah selama tahun 2015-2017 adalah sebesar -0,82 yang dialami PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN). Hal ini menunjukan bahwa PT. Prasidha Aneka Niaga Ttk (PSDN) merupakan perusahaan yang tidak menerapkan tax avoidance. Nilai rata-rata ETR adalah sebesar 0,11. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang tergolong tax avoidance karena memiliki nilai ETR berkisaran 0 kurang dari 1.

E. Rekapitulasi Hasil Statistik Deskriptif Tabel IV.7.

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

SIZE_X1 42 26,66 32,15 28,7852 1,41143

ROA_X2 42 ,00 52,67 11,2167 11,53399

DER_X3 42 17,14 177,23 96,8762 46,45697

ETR_Y 42 -2,56 ,40 ,1143 ,47589

Valid N (listwise) 42

Sumber: Output SPSS

(9)

Berdasarkan tabel IV.7, statistik deskriptif dapat diketahui bahwa jumlah sampel (n) adalah 42 sampel amatan yang diperoleh dari 14 sampel perusahaan dalam periode penelitian 3 tahun yaitu tahun 2015 sampai dengan 2017. Tax avoidance sebagai variabel dependen dalam penelitian ini memiliki nilai minimum sebesar -2,56 dengan nilai maksimum sebesar 0,40. Nilai rata-rata tax avoidance sebesar 0,1143 yang cenderung mendekati nilai maksimum sekaligus menunjukan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang menerapkan tax avoidance. Hal tersebut disebabkan karena tax avoidance yang dalam hal ini diukur dengan effective tax rates (ETR) memiliki ketentuan bahwa semakin kecil nilai effective tax rates (ETR) maka semakin besar penerapan tax avoidance dan nilai akrual positif menunjukan bahwa perusahaan menerapkan tax avoidance.

Dengan nilai standar deviasi untuk tax avoidance sebesar 0,47589 yang menunjukan bahwa terdapat penyimpangan sebesar 0,47589.

Ukuran perusahaan sebagai salah satu variabel independen yang memiliki nilai minimum sebesar 26,66 dengan nilai maksimum sebesar 32,15 . nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar 28,7852 yang mendekati nilai minimum dan sekaligus menunjukan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang memiliki persentase ukuran perusahaan yang rendah. Nilai standar deviasi sebesar 1,41143 yang menunjukan bahwa terdapat penyimpangan sebesar 1,41143.

Profitabilitas sebagai salah satu variabel independen yang memiliki nilai minimum sebesar 0,00 dengan nilai maksimum sebesar 52,67. Nilai rata-rata profitabilitas sebesar 11,2167 yang mendekati nilai minimum dan sekaligus menunjukan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini

(10)

adalah perusahaan yang memiliki persentase profitabilitas yang rendah. Nilai standar deviasi sebesar 11,53399 yang menunjukan bahwa terdapat penyimpangan sebesar 11,53399.

Leverage sebagai salah satu varabel independen yang memiliki nilai minimum sebesar 17,14 dengan nilai maksimum sebesar 177,23. Nilai rata-rata leverage sebesar 96,8762 yang mendekati nilai minimum dan sekaligus menunjukan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang memiliki persentase leverage yang rendah. Nilai standar deviasi sebesar 46,45697 yang menunjukan bahwa terdapat penyimpangan sebesar 46,45697.

4.1.2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik pada penelitian ini menggunakan program SPSS.

Pengujian asumsi klasik yang dilakukan adalah uji multikolinieritas, uji autokolerasi, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas.

A. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang terbebas dari adanya multikolinieritas, artinya pada model regresi tersebut tidak terdapat korelasi yang kuat antar variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya masalah multikolinieritas dalam persamaan regresi dapat dilakukan dengan menentukan nilai tolerance (TOL) dan variance inflation factor (VIF). Apakah nilai

(11)

tolerance value ini lebih tinggi 0,01 atau VIF lebih kecil daripada 10 maka berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas.

Tabel IV.8.

Uji Multikolinieritas

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -1,795 1,520 -1,181 ,245

SIZE_X1 ,068 ,052 ,203 1,314 ,197 ,915 1,093

ROA_X2 ,010 ,006 ,242 1,592 ,120 ,944 1,059

DER_X3 -,002 ,002 -,173 -1,150 ,257 ,965 1,036

a. Dependent Variable: ETR_Y

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan tabel IV.8, dapat diketahui bahwa nilai tolerance untuk masing- masing variabel bebas lebih dari 0,01 dan nilai VIF (variance inflation factor) untuk masing-masing varabel bebas lebih kecil 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antara variabel bebas dalam regresi pada penelitian ini.

B. Uji Autokolerasi

Uji Autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier berganda ada kolerasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah model regresi yuang terbebas dari adanya autokolerasi. Menurut Santoso (2001) sebuah model regresi terbebas dari adanya autokolerasi, jika angka Durbin Watson pada tabel

(12)

model summary ada diantara -2 sampai +2. Hasil uji autokolerasi dengan menggunakan uji Durbin Watson dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel IV.9.

Uji Autokorelasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 ,413a ,171 ,105 ,45011 1,955

a. Predictors: (Constant), DER_X3, ROA_X2, SIZE_X1 b. Dependent Variable: ETR_Y

Sumber: Output SPSS

Dari tabel IV.9, di peroleh nilai Durbin watson (DW) sebesar 1,955. Angka DW tersebut ada diantara -2 dan +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi penelitian ini.

C. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Arifin (2017) sebuah model regresi terbebas dari adanya heterokedastisitas jika grafik scatterplot menunjukan bahwa data tersebar disekitar angka 0 (nol) pada sumbu y dan tidak membentuk pola atau kecenderungan tertentu. Berikut ini adalah hasil dari uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot:

(13)

Gambar IV.1.

Uji Heteroskedastisitas Sumber: Output SPSS

Dilihat dari gambar diatas, maka titik-titik pada gambar tersebut berada disekitar angka 0 (nol). Pada sumbu y dan tidak membentuk pola dan tersebar. Maka pada model regresi menunjukan tidak terjadinya heteroskedastisitas.

(14)

D. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Berikut adalah hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik normal P-P Plot:

Gambar IV.2.

Uji Normalitas-Normal P-P Plot Sumber: Output SPSS

Berdasarkan pengujian dengan menggunakan gambar normal P-P Plot. Data menyebar disekitar garis diagonal, hal ini menunjukkan bahwa pola distribusi normal.

(15)

4.1.3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap tax avoidance. Maka hasil dari pengujian tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel IV.10.

Hasil Pengujian Regresi Linier berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -1,795 1,520 -1,181 ,245

SIZE_X1 ,068 ,052 ,203 1,314 ,197 ,915 1,093

ROA_X2 ,010 ,006 ,242 1,592 ,120 ,944 1,059

DER_X3 -,002 ,002 -,173 -1,150 ,257 ,965 1,036

a. Dependent Variable: ETR_Y

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan hasil olah data pada tabel IV.10, maka persamaan regresi untuk penelitian ini adalah:

ETR = -17,95 + 0.068 SIZE + 0.010 ROA – 0,002 DER +e

A. Uji F (Simultan)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(16)

Tabel IV.11.

Uji F (Simultan)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1,586 3 ,529 2,610 ,065b

Residual 7,699 38 ,203

Total 9,285 41

a. Dependent Variable: ETR_Y

b. Predictors: (Constant), DER_X3, ROA_X2, SIZE_X1

Sumber: Output SPSS

Tabel IV.11. merupakan hasil uji ANOVA atau uji F. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 2,610 dengan tingkat signifikansi 0,065 artinya nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 atau 0,065 >

0,05. Sesuai dengan ketentuan uji F yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, maka dapat di peroleh kesimpulan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara simultan variabel ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2) dan variabel leverage (X3) berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance.

B. Uji t (Parsial)

Uji Parsial (uji-t) merupakan pengujian terhadap koefesien regresi masing- masing variabel independen. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen. Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat signifikansi (p-value) masing-masing variabel bebas denga taraf signifikansi α=0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(17)

Tabel IV.12.

Uji t (Parsial)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -1,795 1,520 -1,181 ,245

SIZE_X1 ,068 ,052 ,203 1,314 ,197 ,915 1,093

ROA_X2 ,010 ,006 ,242 1,592 ,120 ,944 1,059

DER_X3 -,002 ,002 -,173 -1,150 ,257 ,965 1,036

a. Dependent Variable: ETR_Y

Smber: Ouput SPSS

Berdasarkan hasil olah data pada tabel 4.12, maka persamaan regresi untuk penelitian ini adalah:

ETR: -1,795 – 0,068 SIZE + 0,010 ROA - -0,002 DER+e

Dari tabel IV.12, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi 0,245 artinya nilai signifikansi lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,05 atau 0,245 > 0,05. Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen yaitu tax avoidance.

Ukuran perusahaan sebagai salah satu dimensi variabel memiliki t hitung

sebesar 1,314 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,197 > 0,05, dengan keadaan tersebut maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance.

(18)

Profitabilitas sebagai salah satu dimensi variabel memiliki t hitung sebesar 1,592 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,120 > 0,05, dengan keadaan tersebut maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance.

Leverage sebagai salah satu dimensi variabel memiliki t hitung sebesar -1,150 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,257 > 0,05, dengan keadaan tersebut maka H0

diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial leverage berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance.

C. Kofesien Determinasi (R2)

Koefesien determinasi menunjukan besarnya variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh semua variabel indepenen. Koefesien determinasi juga digunakan sebagai ukuran besarnya pengaruh (dalam persen) semua variabel independen secara bersama-sama terhadap nilai variabel dependen. Hasil pengujian koefisien determinasi ditunjukan pada tabel dibawah ini:

Tabel IV.13.

Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,413a ,171 ,105 ,45011 1,955

a. Predictors: (Constant), DER_X3, ROA_X2, SIZE_X1 b. Dependent Variable: ETR_Y

Sumber: Output SPSS

(19)

Berdasarkan tabel IV.13, dapat diketahui bahwa besarnya koefisien determinasi (R Square ) adalah 0,171. Artinya tax avoidance dapat dijelaskan sebesar 17,1% oleh variabel ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), leverage (X3).

Sedangkan sisanya 82,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.2. Pembahasan 4.2.1. Pembahasan

Dari hasil penelitian statistik secara simultan dengan uji F menunjukan bahwa variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Fhitung sebesar 2,610 dengan tingkat signifikansi 0,065 yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0,05.

A. Pengaruh Ukuran perusahaan terhadap Tax Avoidance.

Dalam penelitian ini variabel ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan total assets yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan memiliki t hitung sebesar 1,314 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,197 > 0,05. Maka hipotesis H1 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance, tidak berhasil didukung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance.

(20)

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tinggi rendahnya ukuran perusahaan tidak mempengaruhi adanya penerapan prinsip tax avoidance. Hal ini disebabkan karena Besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur melalui assets yang dimiliki tidak memengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan tindakan tax avoidance. Selain itu, perusahaan tidak ingin mengambil risiko atas tindakan tax avoidance yang mungkin dilakukan karena hal tersebut akan berdampak pada citra perusahaan. Jadi perusahaan dengan ukuran yang besar maupun kecil sama-sama patuh terhadap peraturan perpajakan yang berlaku sehingga akan berdampak positif untuk perusahaan di waktu yang akan datang.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmayanti & Merkusiwati (2019), Nurfadilah et al (2016), Cahyono et al (2016), Dewi & Noviari (2017) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Jasmine (2017), Swingly & Sukartha (2015), Darmawan & Sukartha (2014), Dewinta & Setiawan (2016) meneliti mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance, hasil penelitiannya membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance.

B. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance.

Dalam penelitian ini variabel profitabilitas dihitung menggunakan persentase laba bersih perusahaan memiliki t hitung sebesar 1,592 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,120 > 0,05. Maka hipotesis H2 yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance, tidak berhasil didukung.

(21)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi profitabilitas tidak mempengaruhi adanya penerapan tax avoidance. Hal ini disebabkan karena manajemen mempertimbangkan tersedianya segala informasi dari nilai profitabilitas. Nilai ROA yang tinggi menunjukkan bahwa performa perusahaan semakin bagus sehingga akan memengaruhi tindakan yang diambil oleh perusahaan. Mereka juga mempertimbangkan implikasi tindakan yang diambil secara implisit dan eksplisit termasuk tindakan untuk melakukan praktik tax avoidance. Apabila terjadi kesalahan akibat tindakan yang kurang tepat akan memengaruhi citra perusahaan. Perusahaan dengan nilai profitabilitas yang tinggi diasumsikan tidak melakukan tindakan tax avoidance karena pertimbangan citra perusahaan akan menjadi buruk apabila perusahaan melakukan tindakan tersebut.

Namun, perusahaan dengan nilai profitabilitas yang kecil diasumsikan melakukan tindakan tax avoidance karena perusahaan dengan profitabilitas rendah pada umumnya mengalami kesulitan keuangan (financial difficulty) sehingga cenderung akanmelakukan ketidakpatuhan pajak.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyono et al (2016), Dewi & Noviari (2017) membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Darmawan & Sukartha (2014), Dewinta &

Setiawan (2016) membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance.

(22)

C. Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance.

Dalam penelitian ini variabel leverage dihitung dengan menggunakan persentase total hutang yang dimiliki perusahaan. Leverage memiliki t hitung sebesar - 1,150 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,257 > 0,05. Maka hipotesis H3 yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance, tidak berhasil didukung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa leverage berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi leverage tidak mempengaruhi adanya penerapan prinsip tax avoidance. hal ini disebabkan karena perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi memiliki beban bunga yang tinggi serta resiko yang tinggi pula, sehingga jika banyak menggunakan hutang dari pihak luar perusahaan laba perusahaan menjadi tidak optimal.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmawan & Sukartha (2014), Dewinta & Setiawan (2016) membuktikan bahwa leverage berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian dilakukan oleh Dharma &

Ardiana (2016) membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance.

Referensi

Dokumen terkait