Peneliti melakukan wawancara dan observasi di BRSPDSN (Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra) Wyata Guna untuk melakukan observasi secara langsung agar penelitian yang dilakukan peneliti lebih mendalam. Peneliti melakukan tahapan dengan beberapa pertanyaan yang mempengaruhi proses penyampaian pembelajaran yaitu bagaimana proses pendekatan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh tutor siswa tunanetra dalam pengembangan bakat menjadi barista kopi dan bagaimana bahasa yang digunakan oleh tutor tunanetra mahasiswa dalam mengembangkan bakatnya sebagai barista kopi. Informan dalam penelitian ini adalah tutor barista kopi, salah satu siswa tunanetra dan staf koordinator program barista di BRSPDSN Wyata Guna Kota Bandung.
Bagi ketiga informan hal ini dirasa sesuai dengan apa yang akan peneliti bahas khususnya bagi seorang guru barista kopi. Cheisya Legi (I1), perempuan berusia 24 tahun, berprofesi sebagai guru atau guru barista kopi bagi siswa tunanetra dan mengajar di BRSPDSN Wyata Guna. Terkait gambaran program pembelajaran di BRSPDSN Wyata Guna salah satu tempat penelitian yang dilakukan peneliti.
Instansi pemerintah yang berlokasi di Jalan Pajajaran, Kota Bandung ini menjadi tempat diadakannya program pembelajaran barista kopi bagi tunanetra. Koordinator staf program barista kopi, Ny. Dewi Pertiwy menyatakan, Kementerian Sosial di Wyata Guna telah melakukan kerja sama pada awal tahun 2017. BRSPDSN Wyata Guna bertugas memberikan pelayanan rehabilitasi sosial lanjutan (Rehabilitasi Sosial Lanjutan yang meliputi terapi mental spiritual, terapi psikososial, dan terapi penghidupan (Living Skill, Vocational Skill, Social Entrepreneurship Skill)) bagi penyandang disabilitas sensorik penglihatan agar mampu berperan sebagai berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.
Demikian pula dengan struktur organisasi instansi pemerintah BRSPDSN Wyat Guna Kota Bandung yang didasarkan pada Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No.
Orientasi
Assesmen
Perumusan Rencana Intervensi
Bimbingan lanjut
Hasil Penelitian
- Proses Pendekatan Komunikasi Interpersonal
- Isi Pesan Komunikasi Tutor
- Bahasa Komunikasi Tutor
Merujuk pada judul Strategi Komunikasi Konselor Dengan Siswa Tunanetra Dalam Mengembangkan Bakat Menjadi Barista Kopi di BRSPDSN Wyata Guna Kota Bandung. Pada bulan ketiga dan keempat, proses kegiatan yang dilakukan oleh tutor bagi penyandang tunanetra adalah dengan mengadakan kegiatan yang dilakukan oleh tutor, seperti kegiatan experience day bersama sesama peserta tunanetra, tujuannya untuk menguji sejauh mana keterampilan yang dipelajari oleh tunanetra. siswa. Itu dalam membuat kopi. Sebagaimana dijelaskan melalui wawancara yang dilakukan peneliti dengan supervisor (cheisya legi) (I1), berikut wawancara yang dilakukan peneliti pada proses strategi komunikasi yang dilakukan supervisor dengan mahasiswa tunanetra dalam mengembangkan bakatnya menjadi barista kopi.
Maksud dari penjelasan di atas adalah bahwa proses strategi komunikasi yang dilakukan oleh tutor dengan siswa tunanetra tidak begitu mudah untuk diterapkan pada orang normal pada umumnya, keterbatasan penglihatan siswa tunanetra menjadi kendala dalam menjalankan aktivitas kelas. Oleh karena itu, dengan terlebih dahulu melakukan pendekatan terhadap siswa tunanetra dengan rasa nyaman, maka tutor akan lebih mudah menerapkan pembelajaran kepada siswa tunanetra untuk menjadi calon barista kopi. Seperti yang dilakukan tutor pada saat memperkenalkan mesin kopi espresso, mesin grinder dan pada saat tutor menerapkan pelatihan OM kepada siswa tunanetra dengan tujuan untuk memudahkan siswa tunanetra dalam belajar.
Experience day yang dimaksud adalah kegiatan siswa tunanetra dengan cara mengajari penyandang tunanetra lainnya cara membuat kopi. Informan ketiga mengenai proses pembelajaran yang dilakukan tutor bagi siswa tunanetra diungkapkan oleh Shifa (I3) mengenai respon siswa tunanetra selama proses komunikasi yang dilakukan tutor selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, hasil penelitian dengan menggunakan wawancara dan observasi langsung peneliti di lapangan memberikan gambaran bahwa proses strategi komunikasi yang dilakukan tutor terhadap siswa tunanetra sangat efektif.
Coffee test day yang dimaksud adalah kegiatan dimana siswa tunanetra membuatkan kopi untuk penyandang tunanetra lainnya. Isi pesan yang disampaikan oleh tutor kepada siswa tunanetra sangat jelas dengan memberikan instruksi kepada siswa tunanetra pada saat peserta praktek membuat kopi, maupun pada saat memberikan bahan ajar di dalam kelas. Seperti yang dijelaskan oleh tutor Cheisya Legi (I1) dalam mengimplementasikan isi pesan pengajaran bagi siswa tunanetra.
Penjelasan di atas menjelaskan bahwa isi pesan yang diterapkan tutor kepada siswa tunanetra tidak lepas dari pemberian dasar-dasar, dengan tujuan untuk memudahkan siswa tunanetra dalam menerapkan pembelajarannya menjadi barista kopi. Pesan jelas yang disampaikan tutor kepada siswa tunanetra dapat dilihat dengan mengenalkan langsung benda-benda dan menerapkan simulasi mesin kopi dengan tujuan untuk memudahkan siswa tunanetra dalam menerapkan pembelajaran. Dengan cara ini, peneliti mereduksi bahasa komunikasi antara guru dan siswa tunanetra dalam mengembangkan bakatnya sebagai barista kopi menjadi dua bahasa, yakni bahasa verbal dan bahasa nonverbal.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Dewi (I2) mengenai penggunaan bahasa yang dilakukan guru ketika melaksanakan pembelajaran bagi siswa tunanetra. Singkatnya, penerapan strategi komunikasi guru dengan siswa tunanetra sudah sangat efektif. Penerapan komunikasi verbal yang dikombinasikan dengan komunikasi nonverbal sangat membantu siswa tunanetra dalam menerapkan ilmunya untuk menjadi barista kopi.
Pembahasan Hasil Penelitian
- Analisis Proses Penerapan Strategi Komunikasi
Di bawah ini adalah faktor-faktor yang dapat memperlancar proses pembelajaran yang dilakukan oleh tutor bagi siswa tunanetra. Dalam proses ini guru tutor memberikan pengenalan lebih dekat kepada setiap siswa tunanetra, seperti tingkat penglihatan dan iluminasi, penglihatan yang dialami setiap siswa tunanetra berbeda-beda, sehingga guru disini mengutamakan pemahaman kondisinya. dari setiap siswa tunanetra, dengan tujuan untuk memudahkan tutor dalam melaksanakan pembelajaran bagi siswa tunanetra di BRSPDSN Wyata Guna Kota Bandung. Guru menerapkan rasa nyaman pada siswa tunanetra dengan melakukan pendekatan yang lebih intim dan memahami kondisi siswa tunanetra.Ketika suasana hati siswa tunanetra berubah, guru mengajak siswa tunanetra untuk lebih terbuka.
Maka hal terpenting dalam penerapan strategi bagi siswa tunanetra ini adalah memastikan terlebih dahulu rasa nyaman.
Proses Penerapan komunikasi
Analisis Isi Pesan Komunikasi
Isi pesan guru kepada penyandang tunanetra tidak lepas dari kebutuhan materi siswa tunanetra. Materi yang disampaikan guru kepada siswa tunanetra disini sangat jelas, yaitu dengan memberikan arahan kepada siswa tunanetra pada saat peserta praktek membuat kopi, namun juga dengan memberikan bahan ajar di dalam kelas. Dalam proses ini guru menerapkan strategi komunikasinya dengan mengulang materi pembelajaran beberapa kali, misalnya saat menjelaskan materi pembelajaran tentang praktik pembuatan kopi. Tujuannya agar siswa tunanetra dapat melatih daya ingat dan perasaan siswa tunanetra saat membuat kopi. kopi.
Isi Pesan Komunikasi
Analisis Bahasa Komunikasi
Dalam pelaksanaan proses komunikasi yang dilakukan oleh guru, hal ini tidak lepas dari pilihan bahasa yang digunakan guru terhadap siswa tunanetra. Sebab dalam melaksanakan proses pembelajaran diperlukan bahasa komunikasi yang tepat agar bahasa guru mudah dipahami oleh siswa tunanetra. Dalam penggunaan bahasa verbal yang dilakukan guru terhadap siswa tunanetra tidak ada bedanya dengan orang normal pada umumnya, seperti penggunaan kata-kata.
Bahasa verbal yang digunakan guru terhadap siswa tunanetra dalam menceritakan tentang benda yang akan digunakan dan dalam melaksanakan pembelajaran dengan menjelaskan materi pembelajaran. Sebagaimana kita ketahui, siswa tunanetra mempunyai gangguan penglihatan yang tidak tuntas, oleh karena itu komunikasi konselor dengan tunanetra terkadang tidak efektif, oleh karena itu konselor menggunakan bahasa verbal dan nonverbal. Bahasa nonverbal sering digunakan oleh tutor dalam bentuk sentuhan ketika berlatih di kelas.
Bahasa Komunikasi
Analisis Keterkaitan Teori Interaksi Simbolik
Simbol-simbol tersebut dapat berupa benda fisik (benda yang terlihat), kata-kata (yang mewakili benda fisik, perasaan, gagasan dan nilai) dan tindakan (yang dilakukan orang untuk memberi makna pada komunikasi dengan orang lain.)” (Anggraini, 2016: 5 ). Berdasarkan hasil penelitian sehubungan dengan teori interaksi simbolik, peneliti mengamati adanya interaksi yang baik antara tutor dan siswa tunanetra dalam berkomunikasi selama proses belajar mengajar di kelas. Selain percakapan langsung dengan siswa tunanetra, tutor juga berpartisipasi langsung dalam kegiatan praktik langsung untuk membantu dan membimbing siswa tunanetra selama pembelajaran praktik langsung di kelas.
Artinya ada interaksi yang dibentuk oleh tutor dengan siswa tunanetra dengan menggunakan simbol-simbol tertentu, baik berupa kata-kata maupun gerak tubuh tutor. Oleh karena itu, setiap makna yang dibuat oleh tutor dalam penerapan strategi tersebut konsisten dengan apa yang disampaikan tutor ketika siswa tunanetra berkomunikasi dengan tutor.
Tipologi Tabel Penelitian
Dua isi pesan yang disampaikan tutor dalam proses pembelajaran adalah cara menyampaikan materi pembelajaran secara singkat dan pengulangan materi pembelajaran. Ketiga bahasa komunikasi yang disampaikan tutor kepada siswa tunanetra saat praktik membuat kopi dengan bahasa verbal tidak berbeda dengan orang normal pada umumnya dan bahasa nonverbal dilakukan dalam bentuk sentuhan.