• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV - SMARTLIB | Smart Library UMRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV - SMARTLIB | Smart Library UMRI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

30 Universitas Muhammadiyah Riau

Bab ini menguraikan variabel, populasi, sampel dan hasil pengolahan data serta analisis yang meliputi diskripsi data, pengolahan data, dan pengujian hipotesis serta pembahasan hasil analisis. Pengujian data dengan model analisis multiple regression menggunakan software SPSS.

4.1 Deskripsi Data

Dalam deskripsi data ini akan dijelaskan mengenai variabel, populasi data, jumlah sampel, dan persentase masing-masing sampel yang digunakan dan analisis deskriptif dari data yang telah diperoleh.

4.1.1 Gambaran Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran (size) pemerintah daerah, ketergantungan dengan pemerintah pusat, dan opini audit BPK terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota. Populasi dalam penelitian ini dalah seluruh pemerintah daerah kabupaten/kota di pulau Sumatera pada tahun 2014 – 2016. Nominal pada ukuran (size) pemerintah daerah adalah total asset yang disederhanakan dengan fungsi LOG yang dalam penelitian ini menggunakan Logaritma natural (Log(n)). Pada variabel ketergantungan dengan pemerintah pusat diukur dengan diukur dengan besarnya Dana AlokasiUmum (DAU) dibagi dengan total pendapatan. Sedangkan pada variabel Opini Audit BPK mengatakan kategori yang diukur menggunakan skala ordinal yaitu 5 untuk yang mendapatkan opini WTP, 4 untuk opini WTP-DPP, 3 untuk opini WDP, 2 untuk opini TW dan 1 untuk opini TMP.

Untuk rasio pengukuran kinerja diambil dari skor kinerja yang telah di publikasikan dalam Keputusan Kementerian Dalam Negeri Nomor 100 - 53 Tahun 2018 Tentang Peringkat Dan Status Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Secara Nasional untuk tahun 2016. Pemeringkatan ini dibagi menjadi empat skor yaitu Sangat baik (3 – 4), Baik (2 – 2.99), Sedang (1 – 1.99) dan rendah (1 – 0.99).

(2)

Universitas Muhammadiyah Riau

4.1.2 Seleksi Sampel

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2014 - 2017. Namun, karena ketersediaan data Neraca yang digunakan untuk variabel ketergantungan dengan pemerintah pusat yang tidak di publikasikan pada situs Kementerian Keuangan untuk tahun 2017 maka penelitian ini dilakukan hanya dapat pada tahun 2014 – 2016 saja. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah kabupaten/kota di Sumatera tahun 2014-2016. Selain itu juga, data pemeringkatan yang baru di publish tahun 2018 oleh Kementerian Dalam Negeri hanya sampai pada tahun 2016 menyebabkan tahun 2017 tidak dapat di masukkan dalam kurun waktu penelitian.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 138 kabupaten/kota dari 10 provinsi di Sumatera.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam BAB III, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 pemerintah daerah yang menyediakan data dan informasi secara lengkap terkait kinerja keuangan pemerintah daerah dalam LKPD-nya. Nama–nama pemerintah daerah kabupa- ten/kota yang menjadi sampel dapat dilihat pada Lampiran I.

Tabel 4.1 Sampel Penelitian

Penentuan Sampel Penelitian Keterangan Jumlah Persentase Laporan keuangan pemerintah daerah yang telah

diaudit oleh BPK

138 100 %

Pemerintah daerah yang tidak menyediakan laporan keuangan secara lengkap

48 39.2 %

Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria 90 61.8 %

4.2 Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif memberikan gambaran umum mengenai data dan penyebaran data yang digunakan dalam penelitian ini. Penggambaran data yang dimaksud meliputi nilai rerata (mean), nilai tertinggi (maximum), nilai terendah (minimum) serta nilai standar deviasi yang menggambarkan penyebaran data penelitian ini.

(3)

Universitas Muhammadiyah Riau

Tabel 4.2 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Aset 270 8.0747 13.4765 12.287929 .4783162

Ketergantungan 270 .1006 .8209 .542805 .1209337

Opini 270 1 5 4.09 1.038

Kinerja 270 1.2401 3.8487 2.858160 .3195968

Valid N (listwise)

270

Sumber : Data sekunder yang diolah (2019)

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat deskripsi statistik dari variabel dependen dan indepen untuk 270 sampel penelitian. Nilai rata-rata skor kinerja sebesar 2.8582 yang berarti secara rata-rata kinerja pemerintah daerah sudah cukup baik karena berada pada kriteria prestasi tinggi. Pemerintah daerah yang memiliki skor kinerja tertinggi untuk tahun anggaran 2016 adalah Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat.

Rata-rata nilai rasio untuk ukuran pemerintah daerah yang diukur berdasarkan asset adalah 12.287. Sebaliknya nilai rata-rata ketergantungan daerah dengan pemerintah pusat adalah 0,5428 atau 54% memperlihatkan bahwa porsi Dana Alokasi Umum (DAU) dalam komponen total pendapatan untuk tahun anggaran 2016 masih sangat besar. Hal ini menandakan bahwa tingkat ketergantungan pemerintah daerah provinsi /kabupaten/kota di Sumatera terhadap pemerintah pusat masih sangat tinggi.

Variabel opini audit BPK menunjukkan nilai rata-ratanya adalah 4.09 dengan nilai minimum sebesar 1.00 dan maksimum seberar 5.00 . Dari 90 Pemda yang menjadi sampel, masih terdapat beberapa daerah yang mendapatkan skor rendah bahkan terdapat beberapa daerah kabupaten/kota yang mendapatkan opini tidak wajar maupun tidak menyatakan pendapat seperti kabupaten Sibolga, Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten Nias Barat.

4.3 Pengujian Asumsi Klasik

Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk estimasi dengan signifikan dan representatif jika model regresi tersebut tidak menyimpang dari asumsi dasar klasik regresi berupa: normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas

(4)

Universitas Muhammadiyah Riau

dan multikolinearitas. Berikut ini dipaparkan hasil asumsi klasik atas data yang digunakan dalam penelitian.

4.3.1 Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data dilakukan untuk menguji apakah data terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi nilai residual normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan alat uji Kolmogorov-Smirnov dengan nilai residu atas persamaan model regresi yang digunakan dalam penelitian.

Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan probability value yang diperoleh dengan pedoman pengambilan keputusan bahwa: jika probability value

> 0,05 maka data terdistribusi normal dan jika probability value < 0,05 maka data terdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut ini.

Gambar 4.1 Uji Normalitas Data

(5)

Universitas Muhammadiyah Riau

Tabel 4.3 Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 270

Normal Parametersa,b Mean .0107407

Std. Deviation .20238681

Most Extreme Differences Absolute .046

Positive .036

Negative -.046

Test Statistic .046

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Hasil uji normalitas seperti tersaji di atas menunjukkan bahwa menunjukkan hasil bahwa data penelitian berdistribusi normal yang dibuktikan dengan asymp sig. sebesar 0,200 yang lebih besar dari tingkat signifikansi penelitian 5%.

4.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier di antara variabel-variabel independen dengan model regresi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation factor (VIF) dengan kriteria, jika tolerance value < 0,01 dan VIF > 10% maka terjadi multikolinieritas dan jika tolerance value > 0,01 atau VIF < 10% maka tidak terjadi multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(6)

Universitas Muhammadiyah Riau

Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Aset .998 1.002

Ketergantungan .969 1.032

Opini .968 1.033

a. Dependent Variable: Kinerja Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih besar dari 0,1 dan nilai value inflating factor untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih kecil dari 10. Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa dalam model-model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinieritas atau seluruh variabel dalam model-model penelitian ini homokedastisitas.

4.3.3 Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas merupakan keadaan yang menggambarkan seluruh faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama untuk seluruh pengamatan atas variabel independen. Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dalam model regresi adalah metode Gletser, yaitu dengan meregresikan nilai dari seluruh variabel independen dengan nilai mutlak (absolute) dari nilai residual sehingga dihasilkan probability value. Kriteria pengujiannya adalah jika probability value < 0,05 maka terjadi heterokedastisitas dan jika probability value > 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut ini

(7)

Universitas Muhammadiyah Riau

Tabel 4.5 Uji Heterokedastisitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .191 .228 .839 .402

Aset -.009 .018 -.031 -.515 .607

Ketergantungan .253 .072 .213 3.526 .497

Opini -.011 .008 -.082 -1.352 .178

a. Dependent Variable: ABS_RES Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel di atas menunjukkan bahwa probabilitas (sig) dalam tiap model regresi yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari 0,05 atau 5%

sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam semua model regresi penelitian ini.

4.3.4 Uji Autokorelasi

Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin- Watson (D-W). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari ketentuan berikut (Santoso, 2012 : 242). Dengan pengambilan kriteria sebagai berikut:

a) Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif

b) Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi c) Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi (Durbin-Watson) Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 .639a .409 .402 .2471149 .674

a. Predictors: (Constant), Opini, Aset, Ketergantungan b. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan hasil uji autokorelasi pada Tabel 4.6. diketahui nilai statistik Durbin-Watson (D-W) sebesar 0.674. Angka ini terletak diantara -2 dan +2, maka

(8)

Universitas Muhammadiyah Riau dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif dalam penelitian ini

4.4 Analisis Data

4.4.1 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Uji regresi liner berganda yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan software pengolahan data SPSS versi 16. Hasil uji regresi linear berganda ukuran pemerintah daerah (X1), ketergantungan dengan pemerintah pusat (X2) dan opini audit BPK (X3) terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah bisa dilihat dalam tabel 4.19 sebagai berikut :

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Statistik Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.545 .402 -6.340 .000

Aset .399 .032 .598 12.669 .000

Ketergantungan .442 .127 .167 3.491 .001

Opini .063 .015 .203 4.247 .000

a. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Data primer yang diolah (2019)

Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat model regresi sebagai berikut : Y = -2,545 + 0,399X1 + 0,442X2 + 0,63X3

Dimana :

X1 = Ukuran Pemerintah Daerah

X2 = Ketergantungan dengan Pemerintah Daerah X3 = Opini Audit BPK

Y = Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Dari persamaan diatas, dapat dijelaskan bahwa:

a. Nilai konstanta

Nilai konstanta sebesar -2,545 mengindikasikan variabel independen bernilai -2.545. Artinya ketika model regresi belum dipengaruhi oleh adanya variabel

(9)

Universitas Muhammadiyah Riau

bebas (ukuran, ketergantungan dan opini) maka variabel terikat (kinerja) sudah memiliki pengaruh negative sebesar -2.545.

b. Ukuran Pemerintah Daerah (X1)

Nilai koefisien variabel X1 bernilai positif yaitu 0.399. Maka besar nilai koefisien ukuran pemerintah daerah adalah sebesar 0,399 mengindikasikan bahwa setiap peningkatan ukuran pemerintah daerah satu satuan maka akan mengakibatkan peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah sebesar 0,399 satuan.

c. Ketergantungan dengan Pemerintah Pusat (X2)

Nilai koefisien variabel X2 bernilai positif yaitu 0.442. Maka besar koefisien ketergantungan dengan pemerintah pusat sebesar 0.442 mengindikasikan bahwa setiap peningkatan ketergantungan dengan pemerintah pusat satu satuan akan mengakibatkan peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah sebesar 0.442 satuan.

d. Opini Audit BPK (X3)

Nilai koefisien variabel X3 bernilai positif yaitu 0.63. Maka besar koefisien opini audit BPK sebesar 0.63 mengindikasikan bahwa setiap peningkatan opini audit BPK satu satuan akan mengakibatkan peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah sebesar 0.63 satuan.

4.4.2 Hasil Uji Hipotesis (Uji t)

Uji signifikansi-t dimaksudkan untuk pengujian pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian sebagaimana dinyatakan dalam hipotesis penelitian ini. Selain untuk menguji pengaruh tersebut, uji ini juga dapat digunakan untuk mengetahui tanda koefisien regresi masing-masing variabel independen sehingga dapat ditentukan arah pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan kesimpulan atas hasil pengujian adalah probability value (sig)-t, apabila probability value (sig)-t lebih kecil dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian dapat diterima atau didukung oleh data penelitian, sebaliknya jika probability value (sig)-t lebih besar dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen tidak berpengaruh pada variabel dependen

(10)

Universitas Muhammadiyah Riau

dan hipotesis yang diajukan tidak diterima atau tidak didukung oleh data penelitian. Berikut ini disajikan hasil uji signifikansi-t dalam penelitian ini.

Tabel 4.9 Uji t Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.545 .402 -6.340 .000

Aset .399 .032 .598 12.669 .000

Ketergantungan .442 .127 .167 3.491 .001

Opini .063 .015 .203 4.247 .000

a. Dependent Variable: Kinerja Sumber : Hasil Pengolahan Data

1. Pengaruh ukuran pemerintah daerah terhadap skor kinerja pemerintah daerah.

Berdasarkan hasil pengujian regresi yang disajikan pada tabel 4.2 didapatkan koefisien regresi (Beta) variabel ukuran pemerintah daerah sebesar 0,598 (bernilai positif) dengan nilai t sebesar 12.669 dan signifikansi p<0,05 (nilai p=0,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik ukuran pemerintah daerah yang diproksikan dengan Total Aset berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah daerah, nilai koefisien yang postif menandakan bahwa arah hubungan variabel tersebut adalah positif, yang berarti bahwa hipotesis 1 diterima.

2. Pengaruh tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat terhadap skor kinerja pemerintah daerah.

Berdasarkan hasil pengujian regresi yang disajikan pada tabel 4.2 didapatkan koefisien regresi (Beta) variabel ketergantungan pada Pemerintah Pusat sebesar 0,167 (bernilai positif) dengan nilai t sebesar 3.491 dan signifikansi p>0,05 (nilai p=0,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik tingkat ketergantungan pada Pemerintah Pusat yang diproksikan dengan Dana Alokasi Umum dibagi dengan Total Realisasi Pendapatan berpengaruh terhadap skor kinerja Pemda, yang berarti bahwa hipotesis 2 diterima.

3. Pengaruh Opini Audit BPK terhadap skor kinerja pemerintah daerah

Berdasarkan hasil pengujian regresi yang disajikan pada tabel 4.5 didapatkan koefisien regresi (Beta) variabel Opini Audit BPK sebesar 0.203 - (bernilai

(11)

Universitas Muhammadiyah Riau

positif) dengan nilai t sebesar 4.247 dan nilai p = 0,000 atau p<0,05. Nilai koefisien yang positif menandakan bahwa arah hubungan variabel tersebut adalah positif. Dengan tetapi melihat nilai p<0,05 atau lebih kecil dari confidence level penelitian ini sebesar 95% (dengan α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Opini Audit BPK daerah berpengaruh terhadap skor kinerja Pemda atau dengan kata lain hipotesis 5 diterima.

4.4.3 Hasil Uji F

Uji signifikansi-F dilakukan guna menentukan good of fit test atau uji kelayakan model regresi untuk digunakan dalam melakukan analisis hipotesis dalam penelitian. Kriteria yang digunakan dalam pengujian ini adalah probability value (sig), apabila probability value dalam hasil pengujian lebih kecil dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa model layak (fit) untuk digunakan sebagai model regresi dalam penelitian karena variable ukuran pemerintah daerah, ketergantungan dengan pemerintah pusat dan opini audit BPK berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dan sebaliknya jika probability value lebih besar dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa model tidak layak untuk digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian. Berikut disajikan hasil uji signifikansi-F dalam penelitian ini.

Tabel 4.7 Uji F ANOVAa Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 11.233 3 3.744 61.315 .000b

Residual 16.243 266 .061

Total 27.476 269

a. Dependent Variable: Kinerja

b. Predictors: (Constant), Opini, Aset, Ketergantungan Sumber: hasil pengolahan data

*) Signifikan pada a = 5%

Tabel di atas menunjukkan bahwa probability value dari model regresi yang digunakan dalam penelitian lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 5% sebesar 0,000. Hasil ini mengindikasikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan sebagai model regresi

(12)

Universitas Muhammadiyah Riau

pengujian hipotesis. Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan bahwa variable ukuran pemerintah daerah, ketergantungan dengan pemerintah pusat dan opini audit BPK secara simultan berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

4.4.4 Uji koefisien determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi menyatakan persentase total variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model. Untuk model regresi dengan satu variabel independen koefisien determninasi ditunjukkan oleh nilai R square (R2) dan untuk model regresi dengan menggunakan dua atau lebih variabel independen koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai adjusted R square (adj R2). Penelitian ini menggunakan nilai adj R2.

Nilai adj R2 berkisar antara 0 sampai 1. Apabila adj R2 mendekati 1, ini menunjukkan bahwa variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Sebaliknya jika nilai adj R2 mendekati 0, maka variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen. Berikut ini disajikan hasil uji koefisien regresi untuk kelima model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.8 Uji R Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .642a .413 .406 .2465713

a. Predictors: (Constant), Opini, Aset, Ketergantungan b. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Hasil pengujian mengindikasikan bahwa nilai Adjusted R2 sebesar 0,406 atau 40,6 %. Hasil ini mengindikasikan bahwa variabel independen dalam penelitian ini yang terdiri dari ukuran pemerintah daera, ketergantungan dengan pemerintah pusat dan opini audit BPK mampu menjelaskan variabilitas variabel

(13)

Universitas Muhammadiyah Riau

dependen kinerja keuangan pemerintah daerah sebesar 40,6 %. Sementara itu, sisanya sebesar 59,4 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

4.5.1 Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran Pemda yang diproksikan dengan Total Aset berpengaruh positif terhadap kinerja Pemerintah Daerah, hal ini berarti bahwa kemampuan pemda memanfaatkan asetnya dalam rangka memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat berpengaruh terhadap kinerja Pemda.

Secara teoritis, dapat diasumsikan bahwa total asset dapat mempengaruhi besar kecilnya ukuran pemerintah daerah tersebut. Yang artinya semakin besar total asset maka semakin besar pula ukuran pemerintah daerahnya. Begitupun sebaliknya, semakin kecil total asset maka semakin kecil pula ukuran pemerintah daerahnya. Hal ini berdampak pula pada kinerja pemerintah daerah. Semakin besar ukuran pemerintah daerah maka semakin besar tuntutan terhadap pemerintah dalam peningkatan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Hal ini sesuai dengan hipotesis dan sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sumarjo (2010), Indrawan (2013) dan Mustikarini dan Fitriasari (2012), yang menyimpulkan bahwa ukuran Pemda berpengaruh positif terhadap kinerja Pemda.

Ukuran daerah adalah prediktor signifikan untuk kepatuhan akuntansi (Patrick, 2007). Pemerintah daerah perlu mengungkapkan lebih lanjut tentang daftar asset yang dimiliki, pemeliharaan dan pengelolaannya (Suhardjanto et al, 2010). Pemerintah daerah dalam melakukan pengungkapan atas laporan kinerja akan lebih terdorong untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat good news.

Good news tersebut dapat berupa laporan mengenai baiknya kinerja pemerintah daerah tersebut sehingga meningkatkan skor kinerjanya.

(14)

Universitas Muhammadiyah Riau

4.5.2 Pengaruh Tingkat Ketergantungan Pada Pemerintah Pusat terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan pada Pemerintah Pusat yang diproksikan dengan Dana Alokasi Umum dibagi dengan total realisasi pendapatan daerah berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah Daerah. Sesuai dengan hasil analisis, berarti kenaikan dana alokasi umum mempengaruhi probabilitas kenaikan kinerja Pemda kabupaten/kota yang termasuk dalam kategori rendah, sedang dan tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa peran dana alokasi umum dalam meningkatkan skor kinerja Pemda kabupaten/kota dapat berfungsi sebagaimana mestinya jika dilihat secara parsial hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sudarsana dan Raharjo (2013).

Penggunaan dana alokasi umum ditetapkan oleh daerah. Walaupun penggunaan ditetapkan oleh daerah namun Penggunaan dana alokasi umum dan penerimaan umum lainnya dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian tujuan pemberian otonomi kepada daerah yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Selain itu dengan semakin besarnya penerimaan DAU oleh satu daerah maka Pemerintah akan lebih memantau pelaksanaan dari alokasi DAU dibanding dengan daerah yang lebih sedikit penerimaannya. Hal ini memotivasi Pemda untuk berkinerja lebih baik karena pengawasan dari Pemerintah Pusat lebih besar. Dengan demikian, semakin tinggi DAU dari Pemerintah Pusat maka diharapkan semakin baik pelayanan Pemda kepada masyarakatnya sehingga kinerja Pemda juga semakin meningkat.

Hasil dalam penelitian ini mendukung penelitian penelitian Mustikarini dan Fitriasasi (2012) yang menyimpulkan bahwa tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat yang diukur dengan besarnya DAU dibandingkan dengan total pendapatan Pemda berpengaruh positif signifikan terhadap skor kinerja Pemda kabupaten/kota.

4.5.3 Pengaruh Opini Audit BPK terhadap Skor Kinerja Pemerintah Daerah Hasil pengujuan menunjukan bahwa Opini Audit BPK berpengaruh positif terhadap skor kinerja evaluasi pemerintah daerah. Artinya semakin besar poin

(15)

Universitas Muhammadiyah Riau

Opini Audit BPK pada suatu Pemda maka semakin baik pula skor kinerjanya.

pengendalian intern maupun terhadap ketentuan perundang-undanganyang berlaku. Semakin banyak pelanggaran yang dilakukan oleh Pemda menggambarkan semakin buruknya kinerja Pemda tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi angka temuan Pemeriksaan, maka menunjukkan semakin rendahnya kinerja suatu Pemda.

Audit atas laporan keuangan pemerintah daerah dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Setiap tahun BPK melakukan audit atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dan memberikan opini sesuai dengan hasil laporan tersebut. Opini BPK merupakan pernyataan profesional pemeriksaan mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan yang didasarkan dengan empat kriteria yaitu kesesuaidan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan efektivitas system pengendalian intern. Opini audit sering dijadikan sebagai salah satu indikator dalam pengukur kinerja suatu daerah oleh para pengguna laporan keuangan seperti masyarakat, wakil rakyat, lembaga pengawas dan lembaga pemeriksa, pihak yang berperan dalam donasi, inverstasi maupun pinjaman serta pemerintah pusat.

Pemerintah yang mendapatkan opini audit WTP atas laporan keuangan cenderung mempunyai kinerja yang lebih baik. Hasil ini menunjukkan bahwa opini audit atas laporan keuangan merupakan faktor penting dalam mengantisipasi kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan Hipotesis dan sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siddi, Purnama (2016) yang menyatakan bahwa opini audit berpengaruh positif terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

4.5.4 Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, Ketergantungan dengan Pemerintah Pusat dan Opini Audit BPK terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Hasil analisis statistik secara simultan (bersama-sama) dari variabel ukuran pemerintah daerah, ketergantungan dengan pemerintah pusat dan opini

(16)

Universitas Muhammadiyah Riau

audit BPK menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05.

Hal ini memberikan arti bahwa H4 diterima. Dapat disimpulkan bahwa ukuran pemerintah daerah, ketergantungan dengan pemerintah pusat dan opini audit BPK berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Berdasarkan pengujian H4, apabila ukuran pemerintah daerah, ketergantungan dengan pemerintah pusat dan opini audit BPK mengalami kenaikan secara bersama maka kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah juga akan mengalami kenaikan.

Referensi

Dokumen terkait

Variabel Penduduk Nilai koefisien regresi dari variabel pendapatan sebesar 0.555156 dan bernilai positif menjelaskan jika pendapatan total yang dihasilkan oleh masyarakat meningkat

05,Special Issue 01, ICOSD-2020 January 2020, Available Online: www.ajeee.co.in/index.php/AJEEE 2     “Role of Organizational Ethics in Sustainable Development- A Conceptual