BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul yang diangkat yakni, “Optimalisasi Prosedur Pencucian Tangki Guna Mencegah Kebakaran Pada Saat Proses Docking Di Kapal MT. Bull Sulawesi” maka sebagai deskripsi data akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini Penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama Penulis melaksanakan penelitian. Berikut akan diuraikan mengenai data-data kapal tempat Penulis mengadakan penelitian:
Name Of Ship’s MT. Bull Sulawesi Nationality Indonesia
Port Of Registry Jakarta
Call Sign JZYR
IMO Number 9180920
Type Of Ship Oil Tanker
Builder Of Ship DALIAN NEW SHIPYARD HEAVY INDUSTRY CO.LTD.
Year Built 16-Nov-99
Owner PT. NUSA BHAKTI JAYARAYA
Gross Tonnage (GRT) 61.764 MT Net Tonnage (NRT) 32.515 MT
L O A 244,60 METERS
L B P 233,0 METERS
MAIN ENGINE TYPE DMD Sulzer 7RTA62U, MCR-21, 140 BHP, 15.540 KW @113 RPM
SPEED (MAXIMUM) 15,7 Knot
CREWS 28 Person including master
Tabel 4. 1 Ship Figure MT. Bull Sulawesi
Gambar 4.1. Kapal MT Bull Sulawesi saat docking
Kapal MT. Bull Sulawesi melakukan docking pada tanggal 09 November 2019, dan selama persiapan docking kapal MT. Bull Sulawesi mengadakan tank cleaning dengan kerja sama dengan Agency untuk menyewa orang bertempat di EOPL. Sejumlah 100 orang pun naik ke kapal MT. Bull Sulawesi untuk membantu proses tank cleaning tersebut.
B. Hasil Penelitian
Adapun temuan yang menyebabkan kebakaran diatas kapal berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan Penulis saat penelitian, sehingga berkaitan dengan rumusan masalah yang dibahas.
Pelaksanaan kegiatan tank cleaning melibatkan seluruh kru kapal deck department untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja orang – orang yang membantu dalam kegiatan proses tank cleaning. Kegiatan tersebut sebenarnya berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan hanya saja ada beberapa faktor yang tidak sempurna terlaksana. Hal inilah yang menyebabkan Penulis mengatakan jika hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran di atas kapal saat docking.
1. Penyajian Data
Kapal MT. Bull Sulawesi adalah Crude Carriers tanker, artinya jenis muatan yang biasa diangkut oleh kapal MT. Bull Sulawesi adalah Crude oil.
Pemuatan Crude oil sendiri tidak memerlukan pembersihan tangki terlebih dahulu karena muatannya bersifat sama dan tidak menyebabkan kerusakan muatan apabila di tempatkan pada tangki bekas muatan crude oil sebelumnya.
a. Fasilitas Tank Cleaning di Kapal
Setiap kapal tanker selalu dilengkapi dengan fasilitas tank cleaning untuk sewaktu waktu mengadakan pembersihan tank.
Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya:
1) Butterworth machine.
Butterworth machine adalah sebuah alat pembersih tangki otomatis dimana digunakan untuk membersihkan tangki di atas kapal sebagai penyemprot air kedalam tangki. Di kapal MT. Bull Sulawesi sendiri terdapat 2 buah Butterworth machine setiap tangki nya dikarenakan ukuran tangki yang cukup besar.
2) Steam Boiler
Steam adalah bahasa teknis dari uap air, yaitu fase gas dari air yang terbentuk ketika mendidih. Steam yang dipanaskan sampai pada temperatur jenuhnya disebut Dry saturated steam. Sedangkan steam yang belum dipanaskan sampai temperatur jenuhnya disebut dengan Wet Steam.
Pada tank cleaning steam digunakan untuk membuat air menjadi panas yang kemudian disemprotkan melalui butterworth.
b. Skema Tank Cleaning
Di kapal MT. Bull Sulawesi melakukan proses tank cleaning berpedoman dengan buku Tank cleaning guide dari Verwey, 2011.
Hal-hal yang dilakukan ketika membersihkan tangki di MT. Bull Sulawesi sesuai dengan lampiran kuesioner:
1) Pembersihan Tangki
Prosedur Pembersihan Tangki:
a) Precleaning (pembersihan awal)
Precleaning dilakukan dengan menggunakan air laut, dilakukan untuk membersihkan sisa minyak dari dasar tangki dilakukan sesegera mungkin setelah tangki sudah dibersihkan atau kapal sudah kosong yang mana berguna untuk memudahkan sisa minyak cepat dibersihkan.
b) cleaning (pembersihan)
Kegiatan pembilasan tangki menggunakan air panas lalu air dingin dilakukan untuk menghilangkan sisa air laut yang masih terkandung di dalam tangki.
Pembilasan tangki biasanya dilakukan dengan waktu yang lebih singkat daripada penyemprotan dengan air laut.
c) Flushing (Pembilasan)
Pembilasan Langkah ini sangat penting untuk menghilangkan sisa beban dari tangki dengan menyemprotkan air ke dalam tangki menggunakan butterworth.
d) Mengukus (Evaporasi)
Kegiatan penguapan tangki yang bertujuan menghilangkan bau dari beban sebelumnya. Uap yang digunakan mencapai 600 derajat Celcius.
e) Pengeringan (drain)
Pipa dan pompa tangki dikeringkan dengan hati- hati. Udara dari kompresor dapat digunakan untuk membantu mengeringkan.
2) Free Gas
Hal yang dilakukan saat free gas:
a) Tanki dikeringkan dari beban minyak, semua katup hisap dalam tangki kargo harus ditutup dan pipa kargo dialirkan dengan air laut dengan kecepatan sedang.
b) Garis tegas harus dibilas.
c) Air bilas berminyak harus dikumpulkan dalam tangki lumpur, tidak dibuang di laut.
d) Setelah pipa minyak, semua katup hisap dalam tangki harus ditutup dengan rapat.
e) Bersihkan pipa koil pemanas dengan penambah uap.
f) Kemudian injektor gas dioperasikan pada setiap tangki muatan secara bergantian masing-masing selama ± 2 jam tergantung pada ukuran tangkimuat, selama tutup tangki tidak dibuka.
g) Setelah itu kandungan gas dalam tangki diukur dengan explosimeter, jika berada pada atau di bawah batas aman maka tutup tangki dapat dibuka.
h) Setelah itu dipasang blower/kipas pada setiap tangki untuk memasukkan udara ± 2 jam.
i) Jika kandungan gas tangki berada pada batas aman untuk orang/pekerja memasuki tangki yang akan diberikan, sertifikat bebas gas untuk tangki yang bersangkutan.
3) De-Sloping
Pencucian tangki, atau air bekas ballasting perlu dibuang terlebih dahulu agar proses penghilangan kotoran dapat dilakukan. Dengan pertimbangan bahwa pencucian tangki dan juga air tetap ballasting termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) maka proses pembuangan dilakukan dengan standar dan prosedur pembuangan limbah B3.
4) De - Mucking
De-mucking adalah proses pembersihan dan pembuangan lumpur (oily sludge) dari dasar tangki ke dek utama kapal. Untuk hasil maksimal dari proses pembersihan tangki, proses penghilangan kotoran harus dilakukan dalam satu unit.
5) Pengemasan Lumpur
Pengepakan adalah proses yang terintegrasi dengan penghancuran, lumpur minyak yang telah diangkat ke permukaan kapal (dek utama) akan dikemas dengan kantong lumpur, adalah kantong yang terdiri dari dua lapisan. Ini agar tidak terjadi tumpahan dari tas. Kemudian beberapa kantong lumpur akan dimasukkan ke dalam kantong jumbo, atau kantong yang lebih besar, sehingga
memudahkan proses perpindahan dari kapal tanker ke kapal kargo.
c. Docking
Kapal MT.Bull Sulawesi merapat di Pax Ocean Dock Yard, PT. Dok Warisan Pertama berlokasi di Batam.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan saat kapal akan berlabuh termasuk:
1) Detail pekerjaan yang harus dilakukan oleh dermaga 2) Waktu penyelesaian pekerjaan (kalender kerja) 3) Harga penawaran
4) Cara Pembayaran 5) Asuransi kapal
6) Sanksi jika pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak (kualitas pekerjaan/waktu penyelesaian)
Sistem management yang dilakukan pada saat docking dan skema yang dijalankan untuk pembersihan tangki sudah sesuai dengan prosedur yang ada dan sudah dilakukan dengan cukup baik.
Pengerjaan dock berlangsung selama 2 bulan lamanya, meliputi pergantian plat plat pada lambung kapal, pergantian railing dsb.
Namun terdapat suatu kejadian dimana sewaktu pemotongan plat baja diantara tangki nomor 1 dan 2 terjadi kebakaran yang terjadi di dalam tangki.
Dari kejadian tersebut penulis beranggapan bahwa walaupun kegiatan sudah sesuai dengan prosedur yang ada namun ada beberapa hal yang kurang optimal sehingga dapat mengakibatkan kebakaran.
2. Analisis Data
Proses docking selalu berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak docking dengan pihak kapal, kesepakatan ini antara lain meliputi:
a. Pengecekan pada tangki bersama CO dan Master
b. Apa saja yang akan dikerjakan di kapal termasuk pemotongan plat baja pada lambung kapal
c. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan tersebut d. Safety management yang harus disiapkan oleh pihak kapal
maupun pihak docking pada saat proses pengerjaan.
Di kapal MT. Bull Sulawesi sendiri telah melaksanakan hal tersebut, namun dikarenakan kondisi tangki yang ternyata masih terdapat sisa- sisa Crude Oil yang terdapat di dinding tangki menjadi penyebab utama kebakaran tersebut terjadi. Penulis menganalisa beberapa faktor yang menyebabkan kejadian kurang bersihnya tangki yang menyebabkan kebakaran diatas kapal yang terjadi pada saat docking.
Adapun faktor yang penulis temukan:
a. Kondisi Tangki Pada Saat Selesai Tank Cleaning
Sesuai dengan prinsip segitiga api, bahwa tercipta nya api berasal dari oksigen, materi, dan panas. Dalam hal ini tentu panas sudah tercipta dari pemotongan plat tersebut namun didukung oleh adanya materi yaitu sisa crude oil yang masih menempel di tangki. Sisa Crude Oil yang menempel mungkin bersifat membandel sehingga susah dibersihkan oleh pihak pembersih pada saat itu.
b. Kurangnya Pengawasan Crew Pada Saat Proses Pembersihan Tangki
Pada saat tank cleaning dilaksanakan dan tugas sudah diberikan dari pihak kapal kepada pihak tank cleaning, Mualim-1 bertanggung jawab penuh atas kondisi tangki yang pada saat itu dilaksanakan tank cleaning, namun karena terlalu banyak nya orang yang melakukan kegiatan tank cleaning tersebut pihak kapal pun menjadi kesulitan dalam
melakukan pengawasan tentang apa saja yang telah mereka lakukan. Termasuk pengawasan tentang bagian mana saja yang seharusnya ekstra dalam pembersihannya. Contohnya seperti dinding– dinding yang terdapat sisa Crude oil nya.
c. Kurangnya Kedisiplinan Para Pembersih Tanki Saat Itu.
Pemicu adanya sisa Crude Oil di dinding tangki juga bisa dikarenakan para pembersih pada waktu itu. Dimana Kelalaian dan kemalasan timbul karena kurang disiplinnya dalam melaksanakan pekerjaan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kelalaian kerja. Disiplin dalam pengertian bahwa para pembersih harus mentaati segala aturan dan rencana yang telah ditetapkan dan memiliki tanggung jawab terhadap apa yang ia kerjakan terutama dalam kebersihan tangki baik dinding maupun lantai.
d. Kurangnya Efisiensi Waktu Yang Diberikan
Pihak kapal bekerja sama dengan pihak Agency untuk melaksanakan pembersihan tangki, dimana pihak Agency memberikan sekitar 100 orang untuk melaksanakan pembersihan tangki tersebut. Pembersihan tangki ini dilaksanakan oleh orang – orang dibawah agency dimana mereka hanya diberikan waktu sekitar 2 minggu untuk menyelesaikan pembersihan 18 tangki sekaligus. Namun karena kurangnya waktu yang diberikan sehingga terjadi lah overtime work yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja para pekerja yang membuat kurang optimalnya kegiatan pembersihan tangki tersebut.
e. Pengecekan Yang Dilakukan Oleh Docking Master Kurang Menyeluruh
Pada saat pihak pembersih tangki sudah melaksanakan kegiatan pembersihan tangki. Tanggung jawab kondisi tangki
di kembalikan kepada Mualim 1 sebagai penanggung jawab muatan diatas kapal. Dikarenakan kapal langsung diminta untuk proses docking, pengecekan tangki pun dilaksanakan dengan singkat dan tidak secara menyeluruh. Hal ini juga merupakan tindakan yang dapat mempengaruhi mengapa masih terdapat sisa Crude Oil di dinding tangki.
C. Pembahasan
Dari analisa data tersebut, maka penulis perlu membahas lebih lanjut mengenai hal hal yang seharusnya dilakukan pada saat tank cleaning.
Kurang optimalnya penyiapan ruangan muatan dan pencucian tangki dapat dihindari dengan adanya management yang baik. Agar pekerjaan pembersihan ruang muatan dapat berjalan seperti yang diinginkan, maka perlu diadakan pertemuan-pertemuan rutin (safety meeting) sebelum melaksanakan pembersihan ruang muatan tersebut yang dipimpin oleh Chief Officer. Dalam setiap pertemuan rutin di atas kapal akan dipaparkan dan di bahaslah tahapan-tahapan dan prosedur kerja sesuai dengan istilah POAC (planning, organizing, actuating, controling) dan paparan tersebut dijelaskan kepada semua peserta dengan demikian pekerjaan yang akan dihadapi dapat terukur, serta dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
Dengan demikian dapat diuraikan tugas masing-masing kelompok serta dapat dipersiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan tersebut, juga untuk dapat dicapai sebuah team work yang padu untuk mencapai hasil yang maksimal.
Hal-hal lain yang perlu kita ketahui dalam pembersihan ruang muat yaitu pembersihan ruangan muat untuk mengangkut muatan yang sifatnya berbeda dengan muatan yang sebelumnya sangat berbeda dengan pembersihan ruang muatan guna untuk docking. Pembersihan ruang muat untuk mengangkut jenis muatan yang berbeda tidak terlalu banyak mengalami kesulitan, setelah ruang muat yang kering dibuat bebas gas (gas free) maka ruang muatannya disemprot dengan mengunakan selang dek memakai air laut, setelah itu air laut dipompa keluar atau disimpan di slop tank. Setelah itu sludge atau karatnya dikeluarkan dari tangki.
Setelah itu tangkinya diisikan dengan dengan air laut, kemudian dibuang lagi airnya sampai kering. Setelah itu semua pipa-pipa muat dan pipa-pipa lainnya dibuka dan diperiksa. Saringannya dibersihkan dan dikeringkan begitu juga dengan kran harus dicoba dan diperiksa. Adapun pembersihan untuk proses docking tentu nya harus benar – benar bersih dari minyak dan sudah dinyatakan gas free . Proses yang dilakukan tetap sama seperti dengan yang di atas hanya harus dilakukan dengan lebih bersih dan berulang ulang. Jika perlu dilakukan penyemprotan dengan menggunakan air hangat dan tekanan yang tinggi agar sisa sisa muatan baik di dinding maupun di atas dasar tangki dapat terurai. Setelah itu baru kemudian dilakukan pengeringan tangki dan tangki harus terus diberikan peranginan, dan kemudian dilanjutkan dengan pengelapan di dalam tangki hingga tangki betul-betul kering dan bersih.
Secara teknik managerial pembersihan ruang muat harus sesuai dengan prosedur yaitu perencanaan (plan) dan pelaksanaan (organize).
Apabila masih terdapat kotoran atau belum bersih maka dapat dilaksanakan pembersihan ulang selama dalam pelayaran hingga dipastikan tangki benar- benar bersih dan kapal siap untuk proses docking. Seperti halnya pekerjaan lainnya di atas kapal tanker maka pencucian tangki harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan dilaksanakan dengan hati-hati. Selain pelaksanaan dan pembersihan ruang muatan dengan cara manual di atas juga perlu di perhatikan peralatan safety apa saja yang perlu disiapkan guna menghindari keadan darurat.
Terdapat beberapa hal yang seharusnya dilakukan guna mengoptimalkan kondisi tangki.
Hal hal yang seharusnya dilakukan meliputi:
1. Memastikan Semua Kondisi Tangki Saat Sebelum Tank Cleaning Setiap diadakannya aktivitas terhadap pembersihan tangki Mualim 1 seharusnya memastikan bagaimana keadaan di dalam tangki tersebut. Mualim 1 juga wajib memberikan pengarahan kepada para pembersih tangki daerah mana saja yang mengharuskan kerja ekstra untuk dibersihkan dan apabila
menemukan kejanggalan atau kesulitan dalam membersihkan tangki wajib melapor kepada Mualim 1 guna menghindari pembiaran dari kurang bersihnya kondisi tangki tersebut.
2. Meningkatkan Pengawasan Pada Saat Proses Tank Cleaning . Padasaat proses tank cleaning berlangsung Mualim 1 wajib mengkoordinir untuk para crew deck agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap para pekerja baik memperhatikan dari sisi keselamatan juga memperhatikan dari sisi pekerjaan mereka. Hal ini seharusnya terus dilakukan saat proses tank cleaning berlangsung agar orang kapal mengetahui bagaimana kinerja dari para pembersih tangki tersebut. Dan apabila melihat dan menemukan pekerjaan yang kurang maksimal dapat langsung melaporkan kepada Mualim 1.
3. Memberikan Briefing Kepada Para Pembersih Tangki
Proses pembersihan tangki diatas kapal harus dilaksanakan seefisien mungkin agar tidak mengalami pengulangan dalam pembersihan tangki. Untuk itu Mualim 1 wajib memberikan pengarahan bukan hanya kepada crew deck saja namun juga kepada pada pembersih tangki yang jumlah nya hampir 100 orang diatas kapal. Kegiatan ini bertujuan agar para pekerja lebih mengerti apa saja yang wajib mereka bersihkan dan apa saja yang harus mereka perhatikan agar tangki benar – benar bersih.
4. Memberikan Waktu Cukup Untuk Menyelesaikan Pembersihan.
Kegiatan tank cleaning diatas kapal semua sudah diatur oleh pihak perusahaan dan mewajibkan agar selesai tepat waktu. Hal ini lah yang sering mengakibatkan kegiatan jadi tergesa – gesa karena pihak perusahaan tidak tahu menahu tentang lamanya proses waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proses pembersihan tangki tersebut.
5. Mengadakan Pengecekan Yang Menyeluruh Terhadap Kondisi Tangki.
Dalam kegiatan pembersihan tangki seharusnya Mualim 1 selalu melakukan pengawasan secara menyeluruh agar dapat mengetahui progress apa saja yang telah tercapai. Hal ini lah yang sangat penting untuk bisa dilaksanakan evaluasi terhadap pekerjaan mereka. Saat mereka sudah selesai dengan pekerjaan mereka, dilakukan inspeksi terhadap tangki oleh Dock Master dan dilakukan secara meyeluruh dan benar adanya. Agar mereka bisa memperbaiki apa yang kurang dari kebersihan tangki tersebut dan dapat menjadikan pembersihan tangki menjadi lebih optimal.
A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP
Berdasarkan rumusan masalah, hasil analisa data dan pembahasan di atas, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan Prosedur Pembersihan Tangki
Penerapan prosedur pencucian tangki diatas kapal MT. Bull Sulawesi pada dasarnya sudah dilaksanakan. Hanya saja karena beberapa faktor yang mengakibatkan kurang optimalnya pelaksanaan dari standard prosedur yang telah ditetapkan.
2. Penyebab kurang optimalnya pembersihan tangki
Banyak faktor yang menyebabkan kurang bersihnya tangki beberapa diantaranya adalah:
a. Tidak memastikan kondisi tangki sebelum tankcleaning b. Kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan tank cleaning c. Kurangnya pengetahuan dan rasa tanggung jawab terhadap
pekerjaan
d. Kurangnya waktu yang diberikan oleh pihak perusahaan e. Pengecekan yang dilakukan tidak maksimal dan
tidak menyeluruh terhadap tangki muatan B. Saran
Dalam hal ini Penulis akan memberikan saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat dan sebagai masukan guna memperbaiki kekurangan yang berlangsung diatas kapal. Adapun saran-saran yang akan Penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Crew dan pekerja diatas kapal:
a. Seluruh para pembersih tangki di atas kapal diharapkan mengerti dengan sejelas-jelasnya terkait prosedur tentang tank cleaning tersebut, dan wajib memiliki kesadaran dan rasa tanggung jawab yang lebih untuk dapat meningkatkan kebersihan tangki diatas kapal.
b. Seluruh crew deck yang bertanggung jawab terhadap pengawasan penuh di lapangan wajib mengerti apa yang mereka awasi dan wajib melaporkan apabila terdapat kejanggalan atau apapun yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
c. Nakhoda dan Chief Officer yang bertanggungjawab akan hal ini, hendaknya melakukan pengecekan secara menyeluruh dan pengecekan yang dilakukan dilakukan secara maksimal terhadap tangki muatan.
d. Nahkoda dan Chief Officer seharusnya lebih sering mengadakan safety meeting guna membicarakan tentang keselamatan kerja, rencana kerja, dan juga pengetahuan tentang prosedur yang benar tentang pembersihan tangki sehingga kebersihan tangki dapat tercapai secara optimal.
2. Bagi Perusahaan Pelayaran
Hendaknya perusahaan pelayaranharus sering berhubungandenganpihak kapal terkait apa yang akan dikerjakan dan seharusnya memutuskan pemberian waktu kerja sesuai dengan pertimbangan dari seorang Nahkoda guna menghindari keadaan yang dapat merugikan baik pihak perusahaan maupun pihak kapal. Hal itu juga berimbas baik kepada seluruh pekerja baik pekerja dari luar maupun dari pihak kapal sendiri. . Perusahaan pelayaran hendaknya menindaklanjuti tentang peforma dari Agency yang memberikan bantuan para pembersih tangki yang ternyata para pekerja kurang profesional dalam melakukan pekerjaan tersebut dengan cara memberikan teguran dan ancaman agar dapat introspeksi dan evaluasi tentang kinerja di atas kapal, karena masalah kebersihan tangki merupakan masalah yang sangat serius apabila tidak ditangani dengan baik dan benar.