• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Tahun dibukanya kembali bursa efek di Indonesia, bersamaan dengan bursa efek di semarang dan surabaya. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh suatu perseroan terbatas swasta yaitu PT Bursa Efek Indonesia. 2007: Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pada tanggal 14 Mei 1997, perseroan mendapat pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dalam suratnya No. Pada tanggal 10 Juni 1996, Perusahaan menerima surat persetujuan dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), sekarang Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Nomor S-942/PM/1996, Pernyataan Pendaftaran Perseroan berlaku efektif sehubungan dengan dilakukannya penawaran umum perdana saham Perseroan dengan nilai nominal Rp500 per saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia.

Pada tanggal 27 Februari 1984, sebanyak 347.400 saham Perseroan dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya). Pada tanggal 7 Oktober 2010, Perusahaan mencatatkan seluruh saham yang dikeluarkan Perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 15 Desember, modal dasar yang dikeluarkan Perseroan dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

Pada tanggal 25 November 1996, Unit ini menerima pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) melalui suratnya no.

Data dan Diskripsi Hasil Penelitian

Struktur Aset

Struktur aset merupakan perbandingan antara aset tetap dengan total aset yang dapat menentukan besarnya alokasi aset untuk setiap komponen aset. Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa perusahaan yang memiliki rata-rata struktur aset terendah selama periode penelitian adalah PT Delta Jakarta Tbk (DLTA) sebesar 0,13333. Sedangkan yang memiliki struktur aset tertinggi adalah PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI) sebesar 0,74446.

Struktur Aset Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 mengalami peningkatan, sehingga dapat disimpulkan bahwa Struktur Aset Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah aset tetap yang lebih banyak dapat menerima dana lebih besar dibandingkan pinjaman utang.

Pertumbuhan Penjualan

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO) memiliki rata-rata pertumbuhan penjualan terendah selama periode penelitian yaitu -0,1123, dan PT Wilmar memiliki rata-rata pertumbuhan penjualan terendah. Cahaya Indonesia Tbk (CEKA) sebesar 0,45948. Pertumbuhan penjualan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2013-2015, namun mengalami peningkatan dari tahun 2015 ke tahun 2016.

Kebijakan Hutang

Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa perusahaan yang memiliki rata-rata rasio utang terhadap ekuitas terendah selama periode survei adalah PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) sebesar 0,25338, sedangkan perusahaan yang memiliki rasio utang terhadap ekuitas tertinggi adalah PT Multi Bintang Indonesia. Tbk (MLBI) 1,83662. Rasio utang terhadap ekuitas pada perusahaan Food and Beverage mengalami peningkatan pada periode 2013-2014, namun mengalami penurunan pada periode 2015-2016.

Analisa Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis .1 Analisa Hasil Penelitian

Analisis Deskriptif

Berdasarkan tabel yang diolah, jumlah data yang dijadikan sampel adalah 48 data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia yaitu data keuangan perusahaan Food and Beverage berupa laporan keuangan tahunan periode 2013-2016 . Tabel 4.4 menunjukkan bahwa variabel Struktur Aset (X1) pada penelitian ini mempunyai nilai terendah (minimum) 0,12, nilai tertinggi (maksimum) 0,8039 dan nilai tengah (rata-rata) 0,4731. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa variabel Pertumbuhan Penjualan (X2) pada penelitian ini mempunyai nilai terendah (minimum) sebesar -0,32, nilai tertinggi (maksimum) sebesar 1,27 dan nilai tengah (mean) sebesar 0,1735.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa variabel Kebijakan Hutang (Y) pada penelitian ini mempunyai nilai terendah (minimum) sebesar 0,18, nilai tertinggi (maksimum) sebesar 3,03 dan nilai tengah (mean) sebesar 1,0614.

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada Tabel 4.5 diperoleh nilai Asymp.Sig (dua sisi) sebesar 0,200 lebih besar dari 0,05.

Uji Multikolinieritas

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas, nilai VIF kedua variabel independen yaitu struktur aset (X1) dan pertumbuhan penjualan (X2) menunjukkan nilai toleransi > 0,10 dan nilai VIF < 10.

Uji Autokorelasi

Uji Heteroskedastisitas

  • Analisis Koefisien Korelasi
  • Analisis Koefisien Determinasi
  • Analisis Regresi Linear Berganda
  • Pengujian Hipotesis
    • Hasil Uji Simultan (Uji f)
    • Hasil Uji Parsial (Uji t)
  • Pembahasan

Nilai tersebut menunjukkan bahwa struktur modal (X1) dan pertumbuhan penjualan (X2) mempunyai hubungan yang cukup terhadap kebijakan hutang (DER)(Y). Struktur modal (X1) dan pertumbuhan penjualan (X2) mempunyai hubungan sebesar -0,036 dengan sig (0,806) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur modal (X1) dan pertumbuhan penjualan (X2) tidak mempunyai hubungan negatif yang signifikan. Struktur modal (X1) dan kebijakan hutang (DER)(Y) mempunyai hubungan sebesar 0,412 dengan sig (0,004) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur modal (X1) dan kebijakan hutang (DER)(Y) berpengaruh positif. hubungan yang cukup signifikan.

Nilai tersebut menunjukkan bahwa sebesar 17,2% kebijakan utang (DER)(Y) dipengaruhi oleh Struktur Aset (X1) dan Pertumbuhan Penjualan (X2) dan sisanya sebesar 82,8% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen Struktur Aset (X1), Pertumbuhan Penjualan (X2) terhadap kebijakan utang (DER) (Y). Pengaruh variabel independen Struktur Aset (X1) terhadap Kebijakan Hutang (DER)(Y) jika dilihat dari koefisien regresi sebesar 1,203 maka dapat diartikan bahwa setiap perubahan Struktur Aset (X1) sebesar satu satuan maka Kebijakan Variabel Hutang (DER)(Y) akan meningkat hingga mencapai 1203 dengan ketentuan variabel independen lainnya tetap.

H0: Struktur aset (X1) dan pertumbuhan penjualan (X2) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen kebijakan utang (DER)(Y). H1 : Struktur aktiva (X1) dan pertumbuhan penjualan (X2) secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat kebijakan hutang (DER)(Y) 2. Artinya sekaligus variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

0,05, maka H1 diterima sehingga Struktur Aset (X1), Pertumbuhan Penjualan (X2), secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang (DER)(Y). Artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini menunjukkan signifikansinya jauh dibawah 0,05 dan dibuktikan dengan thitung sebesar 3,027 > ttabel 1,67943 sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur aset secara parsial berpengaruh positif terhadap kebijakan utang.

Pengujian pertama dilakukan berdasarkan hipotesis bahwa variabel yang terdiri dari struktur aset dan pertumbuhan penjualan secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.67943 maka dapat disimpulkan bahwa variabel struktur aset berpengaruh positif secara parsial terhadap kebijakan hutang pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Trisnawati (2016) yang mengatakan bahwa struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

Berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) bahwa untuk variabel pertumbuhan penjualan (X2) diketahui tingkat signifikan 0,745 > 0,05 dan didukung dengan hasil hitung t -0,327 < t tabel 1,67943 maka dapat disimpulkan bahwa variabel Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Trisnawati (2016) yang menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.

Tabel 4.12   Hasil Uji f
Tabel 4.12 Hasil Uji f

Gambar

Tabel 4.4   Hasil Uji Deskirptif  Descriptive Statistics
Tabel 4.5   Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.7   Hasil Uji Autokorelasi  Model Summary b
Tabel 4.12   Hasil Uji f
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dasar pengambilan keputusan Uji T:  Jika Nilai sig < 0, 05 atau T hitung > T tabel maka terdapat pengaruh  Jika nilai Sig > 0, 05 atau T hitung < T tabel maka tidak terdapat