• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan standar dan target untuk mendukung pelaksanaan kerjasama di Kecamatan Teppo. Mengenai perbedaan kesepakatan awal dalam menentukan biaya para pihak yang berkontrak lainnya, seperti yang diungkapkan salah satu pemilik lahan, H. Mangsa selaku pemilik lahan juga melakukan kesepakatan awal sebelum menyerahkan lahan tersebut kepada petani. , bedanya dengan Pak Anto dan Hj.

Padahal, adanya hubungan antar organisasi dalam pengelolaan perkebunan jagung mendukung sistem pelaksanaan mukhabarah di Kecamatan Teppo. Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa diperlukan adanya hubungan antar organisasi untuk mendukung pelaksanaan kerjasama bagi hasil di Kecamatan Teppo, dalam hal ini kelompok tani sebagai organisasi yang menjadi sumber pendukung dalam pelaksanaan kerjasama. kesepakatan antar pemilik tanah. dan petani. Hasil wawancara dengan ketua kelompok tani menunjukkan bahwa dengan adanya hubungan antar organisasi kelompok tani dapat memudahkan mereka yang membuat perjanjian kerjasama dalam pengelolaan perkebunan jagung di kecamatan Teppo.

Hasil wawancara di atas juga menunjukkan bahwa kelompok tani di Desa Teppo sangat memberikan kemudahan bagi petani jagung dalam melaksanakan kesepakatan antara pengelola dan pemilik lahan. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya sangat mempengaruhi pelaksanaan kerjasama bagi hasil di kecamatan Teppo.

Karakteristik Agen Pelaksana

Azlan, jangan buat kesepakatan baru, ternyata keadaan bumi tidak memungkinkan untuk dikendalikan. Takutnya kita hanya bekerja tapi hasil yang dihasilkan tidak banyak, padahal kalau mau tanam jagung harus kondisi tanahnya bagus, bisa atau tidak bisa tanam jagung. Saya baru saja melihat betapa cerewetnya Pak Azlan dalam menilai ciri-ciri pengelolaan lahan yaitu amanah dalam mengelola lahan dan silaturahmi dalam berdiskusi, sedangkan hasil wawancara dengan Pak Siara menunjukkan bahwa dalam perjanjian kerjasama harus ada penilaian. karakteristik sebelum kolaborasi dapat diimplementasikan. dengan pemilik tanah.

Penilaiannya akan mengacu pada kesepakatan yang akan dijalin kedepannya, karena dalam penerapan ini asasnya hanya berdasarkan kesepakatan lisan yang didasari hanya rasa saling percaya antar pemilik tanah, sebagaimana dikemukakan. Saya seorang anak kecil, saya tidak melihat apa itu keluarga dan apa yang bukan keluarga, tapi yang saya lihat adalah bagaimana orangnya, apakah dia terbiasa bekerja di kebun atau tidak, karena kalau ada yang tidak terbiasa bekerja di kebun, lalu ketika mereka mendapatkan taman, mereka pasti tidak begitu paham cara mengelolanya. . Saya masih harus mengecek siapa pemilik tanah itu, berapa luas lahan yang bisa saya garap atau tidak.

Puan Suriana mencatat, perjanjian kerja sama memerlukan penilaian properti sebelum pelaksanaan kerja sama dengan pengelola lahan. Penilaian akan mengacu pada kesepakatan yang akan dibuat di kemudian hari, karena dalam aplikasi ini hanya kesepakatan lisan yang didasari rasa saling percaya antar pengelola lahan. Juga, Tuan. Gusra mengatakan, harus ada unsur rasa saling percaya dalam menilai karakteristik pemilik tanah sebelum membuat perjanjian.

Hal ini dibuktikan dengan cara pemilik tanah dan penggarap bertransaksi dan saling percaya dalam membuat kontrak. Oleh karena itu, penilaian terhadap karakteristik pelaksanaan kerjasama produksi bagi hasil di Teppo Village dilakukan karena terdapat kesamaan dalam pelaksanaannya. Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria pengelola perkebunan jagung dalam menentukan apakah akan mengelola lahan pemilik lahan tidak hanya sekedar kebutuhan hidup sehari-hari atau kebutuhan mendesak saja, namun harus ada pertimbangan yang lebih matang. . sebelum mengelola kebun pemilik tanah, seperti faktor alam atau faktor kepercayaan.

Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri konsep Mukhabarah sudah diterapkan di Kecamatan Teppo, namun masyarakat masih belum mengetahui konsep Mukhabarah.

Kondisi Sosial

Dalam pemberian tanah kepada pengelola perlu pertimbangan yang matang, karena tidak boleh ada kecurangan. Sebagai penggarap lahan jagung, saya tidak serta merta harus menerima lahan yang ingin saya garap atau ditawari lahan jagung untuk digarap. Kalau biasanya kita setuju, kita akan bilang dari awal apa tanggung jawab saya sebagai pengelola lahan, begitu juga dengan pemilik tanah yang mengatakan apa tanggung jawabnya terhadap pengelola, agar prosesnya jelas dan baik, saya yang mengelola tanahnya, Bu. .Hj.

Hasil wawancara dengan pengelola lahan, Bpk. Hengki dan Bpk. Salama, menunjukkan bahwa dalam bercocok tanam perlu dilakukan penilaian terhadap kondisi sosial pemilik lahan sebelum memulai perjanjian kerjasama, karena hal ini akan berdampak besar pada pelaksanaan kerjasama di masa depan.

Komunikasi Antar Pengelola

Perlunya komunikasi antar pengelola akan mendukung penerapan konsep Mukhabarah di Kecamatan Teppo, seperti yang diungkapkan salah satu pemilik lahan yaitu Pak Anto. Saya tidak bertanggung jawab semuanya, mulai dari bibit, pupuk, racun atau apapun itu, saya mendapat pemahaman yang jelas agar tidak salah paham nantinya. Namun di desa biasanya saya pengelola lahan yang bertanggung jawab atas segala kebutuhan budidaya lahan jagung, namun perlu dibicarakan secara musyawarah agar lebih meyakinkan. Biasanya juga ditentukan bahwa pembagiannya akan dibagi di awal. Kalau saya dan Pak Abdullah sepakat bahwa hasil panen akan dibagi dua dan tidak ada kertas yang mengikat karena saya yakin Pak Abdullah akan mengelola tanah saya, begitu.” 33. Hasil wawancara dengan Pak Anto menunjukkan bahwa sebelum melakukan kerjasama dengan pengelola lahan, komunikasi atau konsultasi harus dilakukan di awal perjanjian. Adanya kesepakatan sebelum melaksanakan kerjasama akan memberikan kejelasan dalam pelaksanaan kerjasama kedepannya.

Hasil wawancara dengan Bpk. Bagi Abdullah, hal di atas menunjukkan adanya komunikasi pada awal sebelum pelaksanaan perjanjian, dimana pemilik tanah menjelaskan secara detail pembagian pelaksanaan perjanjian kerjasama. Dalam diskusi tersebut Pak. Tanggung jawab Abdullah semata-mata untuk menjaganya, sedangkan pemilik tanah menanggung semua beban dalam hal penyediaan pupuk untuk benih dan racun. Dalam perjanjian awal, keuntungan dibagi, yang akan dibagi menjadi dua hasil, yang diperoleh setelah dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan pada awal perjanjian.

Dalam hal kerjasama atau perjanjian pada awalnya belum ada kontrak tertulis antara pemilik dan pengelola. Artinya, kita sebagai pemilik lahan harus menegaskan bahwa diskusi pertama dengan petani tidak akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Sesuai kesepakatan saya dengan Pak Salama, beliau bertanggung jawab atas biaya awal bibit pupuk, racun dan pendistribusiannya, kemudian hasilnya dibagi dua. soal kesepakatan, ngomong langsung saja ke Pak Salama, tidak ada apa-apa. “Ji mengatakan, adanya perjanjian tertulis itu karena saya yakin Pak Salama sudah lama ada, apalagi dia sudah lama menggarap tanah saya” 35.

Perlu diketahui bahwa dalam pengaturannya tidak ada kesepakatan tertulis, yang ada hanya rasa saling percaya, karena saya sudah lama bekerja di kebun. Untuk benih, racun, dan pupuk, setiap pemilik lahan bertanggung jawab kepada saya sejak awal. Sadaria dan Tn. Sepanjang ada kesepakatan diantara mereka pada awalnya, dimana pada awal kesepakatan semua biaya ditanggung oleh Ny. Salama, di akhir masa panen baru, hasilnya akan dibagi dua. Hasil wawancara dengan pemilik lahan dan pengelola lahan menunjukkan bahwa perlu adanya kesepakatan terlebih dahulu antara pemilik lahan dengan pemilik lahan lainnya, yang menjelaskan bahwa pemahaman mereka terhadap sistem koperasi yang berlaku di kecamatan Teppo pada umumnya didasarkan pada adat istiadat setempat atau prakarsa. dari masyarakat itu sendiri, artinya tidak sepenuhnya mengacu pada konsep Islam.

Dapat kita simpulkan bahwa seorang pekerja atau pengelola lahan di Teppo sudah menerapkan Mukhabarah, namun masyarakat Teppo belum memahami seperti apa Mukhabarah itu.

Sistem Bagi Hasil Pada Pengelolaan Kebun Jagung Di Kelurahan Teppo

Setelah kedua belah pihak bertemu, baik atas prakarsa pemilik tanah maupun atas permintaan pemilik tanah, untuk mengadakan suatu kontrak atau perjanjian, baik tertulis maupun lisan, dan kemudian masing-masing mendapat bagian dari hasil tanah itu, maka Hal ini sangat penting karena terdapat manfaat yang besar bagi pemilik dan pemberi tanah, yaitu adanya pertukaran manfaat antara keduanya, sehingga dapat lahir persahabatan dan rasa gotong royong. Karena kesepakatan di awal bahwa saya akan membayar semua biaya, maka setelah membayar semua biaya, hasilnya kami bagi dua.”37. Saya tahu tidak ada masalah membagi hasilnya karena semua orang tahu dari perjanjian awal Pak Hengki.

Sebagaimana dijelaskan oleh pemilik lahan, pembagian keuntungan yang dilakukan mereka terbagi menjadi dua kali panen, yaitu 50% kepada pemilik dan 50% kepada pengelola, namun dalam pembagian keuntungan dilakukan oleh Hj. Hal di atas sesuai dengan mekanisme bagi hasil Mukhabarah sebagaimana dijelaskan pada Bab II, dalam Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bahwa masyarakat Arab selalu menggarap tanahnya secara amukabarah dengan menggunakan metode bagi hasil. Apabila timbul permasalahan dalam budidaya atau terjadi kerusakan hasil (gagal panen), maka pembagian hasil dapat diubah berdasarkan kesepakatan bersama.

Sebagai pemilik tanah, biasanya jika pendapatan sedikit atau terjadi gagal panen, saya mendistribusikan kembali hasilnya sesuai kesepakatan bersama dengan yang mengelola lahan saya, agar sama-sama merasa adil dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Apabila hasil panen yang diperoleh sedikit atau terjadi gagal panen, maka pembagian hasilnya tetap seperti perjanjian semula, yaitu dibagi sepertiga, 1/3 untuk pemilik tanah dan 2/3 untuk penggarap”.43. Azlan, selaku pemilik tanah, menjelaskan, jika hasil yang diperoleh kecil tetap dibagi tiga, yaitu.

Hal ini menjelaskan bahwa pada awalnya telah terjadi kesepakatan antara Pak Anto dengan pemilik tanah yang tidak dapat diubah oleh Pak Anto, sehingga pembagian keuntungan tetap sesuai dengan perjanjian awal dengan pemilik tanah. “Soal adil atau tidaknya pembagian hasil itu tergantung kehendak Tuhan, karena mau apa kalau hasil panennya sedikit, dan juga perjanjiannya seperti itu di awal.” 44. Berbeda dengan Pak Anto, sebagai pemilik tanah, tidak ada seorang pun yang berkeberatan jika perjanjian diubah jika terjadi gagal panen, karena mereka sepakat sesuai keinginan, tidak saling membebani, dan tidak ada seorang pun. merasa tidak adil karena pembagiannya ditentukan sesuai kesepakatan bersama.

Hal ini sesuai dengan mekanisme pembagian Mukhabarah yang dijelaskan pada Bab II poin 3. Pembagian hasil panen harus ditentukan tingkatannya, yaitu bisa setengah, sepertiga, seperempat. atau jumlah lain sesuai dengan kesepakatan.

Referensi

Dokumen terkait