• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5.1 Pengumpulan Bahan

Pada penelitian ini telah dibuat sediaan mikroemulsi dengan bahan aktif minyak kemiri (Aleurites moluccana L.), VCO (Virgin Coconut Oil) serta kombinasi keduanya diketahui memiliki aktivitas sebagai penumbuh rambut.

Secara tradisional minyak ini sudah biasa digunakan sebagai minyak penyubur rambut oleh masyarakat Indonesia.

Bahan baku minyak kemiri yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Pasir Awi, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Sedangkan untuk bahan baku VCO diperoleh di sekolah ilmu dan teknologi hayati (SITH) ITB.

5.2 Pemeriksaan Parameter Fisik dan Kimia Minyak

Sifat fisik minyak merupakan suatu tetapan yang konstan pada kondisi yang tetap dan sifat fisik ini berguna untuk mengetahui kemurnian minyak.

Analisis sifat kimia bertujuan untuk menentukan mutu dan persentase jumlah senyawa yang terdapat dalam minyak. Secara langsung mutu minyak sangat ditentukan oleh sifat fisika dan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Sifat fisik dan kimia dapat dijadikan kriteria untuk menentukan kemurnian minyak (Ketaren, 1996).

(2)

Minyak kemiri (Aleurites moluccana L.) dan VCO (Virgin Coconut Oil) yang digunakan dalam penelitian ini kemudian di karakterisasi di laboratorium jasa uji FTIP (Fakultas Teknologi Industri Pertanian) jurusan TIP (Teknologi Industri Pangan) UNPAD-Bandung. Pada pemeriksaan minyak kemiri dilakukan pemeriksaan sifat fisikokimia yang meliputi pengujian warna, bobot jenis, bilangan penyabunan, bilangan asam, bilangan iod, indeks bias 250C, bilangan asam lemak bebas, kadar air. Hasil analisis parameter minyak dapat dilihat pada Tabel V.1 dan V.2

Tabel V.1Hasil Uji Parameter Minyak Kemiri

Tabel V.2Hasil Uji Parameter VCO

Bobot jenis adalah perbandingan berat dari suatu volume contoh dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Alat yang digunakan untuk

Parameter Fisikokimia Satuan Hasil Analisis SNI

Warna Jernih Jernih

Bobot jenis gr/cm3 0,920 0,915-0,920

Asam lemak bebas % 0,09 Maks 0,2

Bilangan Penyabunan mg KOH/gram 348,79 250-260

Bilangan asam mg KOH/gram 0,92 Maks 0,5

Bilangan iod mg iod/gram 1,24 4,1-11,0

Indeks bias 25⁰C 1,465 1,448-1,472

Kadar air % 0,09 0,08-0,5

Parameter Fisikokimia Satuan Hasil Analisis Literatur

Warna Hitam Hitam

Bobot jenis gr/cm3 0,935 0,924-0,940

Bilangan Penyabunan mg KOH/gram 91,49 90-202

Bilangan asam mg KOH/gram 1,20 4,3-8

Bilangan iod mg iod/gram 8,59 7,3-16

Indeks bias 25⁰C 1,478 1,473-1,479

(3)

menentukan bobot jenis adalah piknometer. Bobot jenis minyak kemiri dan VCO yang diperoleh sesuai dengan literatur.

Bilangan penyabunan ialah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkam sejumlah minyak. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul. Minyak yang mempunyai berat molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang lebih tinggi. Metode yang digunakan pada pemerikasaan bilangan penyabunan dengan metode titrimetri. Bilangan penyabunan minyak kemiri yang diperoleh sesuai dengan literatur, sedangkan VCO tidak sesuai dengan standar mutu (Ketaren, 2012).

Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak.

Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1gram minyak.

Penentuan pemeriksaan bilangan asam dengan menggunakan metode titrimetric Bilangan asam minyak kemiri dan VCO yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur dikarenakan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat tumbuh, peralatan yang digunakan dan cara pengolahanya (Ketaren, 2012).

Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod diserap oleh 100 gram minyak. Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak mampu menyerap sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya iod yang diserap menunjukan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh. Penentuan bilangan iod dengan menggunakan cara Wijs. Cara ini berdasarkan atas prinsip titrasi, dimana pereaksi halogen berlebih ditambahkan pada minyak. Bilangan iod minyak kemiri yang

(4)

diperoleh sesuai dengan literatur dan VCO tidak sesuai dengan standar mutu.

(Ketaren, 2012).

Indeks bias adalah perbandingan dari sinus sudut sinar jatuh dan sinus sudut sinar pantul dari cahaya yang melalui suatu zat. Pengujian nilai indeks bias dengan menggunakan refraktometer ABBE. Nilai indeks bias suatu jenis minyak dipengaruhi oleh suhu, suhu yang lebih tinggi indeks bias semakin kecil. Indeks bias minyak kemiri dan VCO yang diperoleh sesuai dengan literatur (Ketaren, 2012).

Asam lemak bebas diperoleh dari proses hidrolisa, yaitu penguraian lemak atau trigliserida oleh molekul air yang mengahsilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Asam lemak bebas yang diperoleh sesuai dengan standar mutu (Ketaren, 2012).

Di Indonesia belum dilakukan penelitian standardisasi minyak kemiri, karena kemiri jarang diolah menjadi minyak, sehingga sampai saat ini belum ada standar mutu bagi minyak kemiri Indonesia (Ketaren, 2012). Hasil analisis parameter fisikokimia minyak kemiri dapat dilihat padaLampiran 1.

Adapun faktor yang mempengaruhi mutu minyak antara lain perbedaan sumber tanaman, jenis tanaman dan umur panen, iklim, jenis peralatan dan kondisi proses ekstraksi minyak, perlakuan terhadap minyak setelah ekstraksi, pengemasan dan penyimpanan. Selain itu kerusakan komponen kimia dalam minyak juga dapat mempengaruhi mutu tanaman. Kerusakan komponen kimia

(5)

terjadi karena reaksi hidrolisis dan oksidasi (Ketaren, 1996). Hasil analisis parameter fisikokimia VCO dapat dilihat padaLampiran 2.

5.3 Formulasi Sediaan

Pada penelitian ini, sediaan yang dibuat adalah sediaan mikroemulsi.

Mikroemulsi dipilih berdasarkan dari beberapa kelebihan yang dimilikinya, yaitu mikroemulsi stabil secara termodinamika, transparan atau translucent dan mempunyai ukuran globul sangat kecil sehingga mudah diserap oleh lapisan kulit manusia termasuk kulit kepala.

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan sediaan mikroemulsi tipe minyak dalam air (M/A) dengan menggunakan minyak kemiri, minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) serta kombiasi keduanya. Surfaktan (tween 80) digunakan untuk menurunkan tegangan antarmuka kedua fase sampai nilai yang sangat rendah mendekati nol atau mungkin negatif. Penambahan kosurfaktan (gliserin) pada formulasi sediaan mikroemulsi untuk menjamin fleksibilitas lapisan film antar permukaan air dan minyak. Penggunaan tween 80 sebagai surfaktan dapat mengurangi masalah iritasi pada kulit karena tween 80 memiliki toksisitas rendah dan merupakan golongan surfaktan non-ionik yang memiliki daya iritasi yang rendah sehingga baik untuk penggunaan oral dan topikal.

5.3.1 Optimasi formula

Optimasi formula dilakukan untuk menentukan perbandingan antara surfaktan, kosurfaktan dan bahan aktif (minyak kemiri, VCO serta kombinasi keduanya) sehingga menghasilkan sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil.

(6)

Tahap optimasi dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi bahan aktif (minyak kemiri, VCO serta kombinansi keduanya), tween 80 sebagai surfaktan dan gliserin sebagai kosurfaktan sehingga menghasilkan mikroemulsi minyak kemiri dan VCO yang jernih dan stabil. Hasol optimasi basis dapat dilihat padaTabel V.3

Tabel V.3Hasil optimasi mikroemulsi minyak kemiri

Tabel V.4Hasil optimasi mikroemulsi VCO

Tabel V.5Hasil optimasi mikroemulsi minyak kemiri + VCO

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa untuk menghasilkan sediaan mikroemulsi minyak kemiri yang jernih terdapat pada F3 dengan konsentrasi 6%

F10 F11 F12 F13

Minyak kemiri 5 4 3 3

VCO 5 4 4 4

Tween 80 35 35 35 30

Gliserin 30 30 30 30

Aquadest ad 100 ad 100 ad 100 ad 100

Hasil Keruh Keruh Jernih Keruh

Formula % Nama Bahan

F1 F2 F3 F4

Minyak kemiri 10 8 6 6

Tween 80 35 35 35 30

Gliserin 30 30 30 30

Aquadest ad 100 ad 100 ad 100 ad 100

Hasil Keruh Keruh Jernih Keruh

Nama Bahan Formula %

F5 F6 F7 F8 F9

VCO 10 8 8 6 6

Tween 80 35 35 30 35 30

Gliserin 30 30 30 30 30

Aquadest ad 100 ad 100 ad 100 ad 100 ad 100

Hasil Keruh Jernih Keruh Jernih Jernih

Formula % Nama Bahan

(7)

minyak kemiri 35% Tween 80 dan gliserin 30%. Sedangkan untuk mikroemulsi VCO pada F2 dibutuhkan konsentrasi VCO 8%, tween 80 35% dan gliserin 30%.

F2 dipilih karena konsentrasi bahan aktif yang besar. Untuk mikroemulsi kombinasi terdapat pada F3 dibutuhkan konsentrasi minyak kemiri 3%, VCO 4%, tween 80 35% dan gliserin 30%. Hasil optimasi dapat dilihat padaLampiran 3.

Tujuan dilakukan uji sentrifugasi adalah untuk mengetahui pecah tidaknya suatu mikroemulsi oleh gaya gravitasi. Uji sentrifuga dilakukan selama 5 jam dengan kecepatan 2000 rpm. Hasil uji sentrifugasi dapat dilihat padaTabel V.6

Tabel V.6 Hasil evaluasi sentrifugasi

Berdasarkan hasil uji sentrifugasi ketiga formula dapat dibuktikan bahwa sediaan stabil terhadap pengaruh gravitasi karena tidak menunjukan adanya pemisahan fase selama fase uji.

Uji freeze-thaw dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan terhadap pengaruh perubahan suhu ekstrim selama penyimpanan. Uji freeze-thaw dilakukan dengan cara menyimpan ketiga formula mikroemulsi pada suhu 40C selama 48 jam dan kemudian memindahkan pada suhu 400C selama 48 jam. Uji freeze-thaw ini dilakukan sebanyak lima siklus dan satu siklus terdiri dari penyimpanan pada suhu 40C selama 48 jam dan suhu 400C selama 48 jam.

1 2 3 4 5

F3 Stabil Stabil Stabil Stabil Stabil

F6 Stabil Stabil Stabil Stabil Stabil

F12 Stabil Stabil Stabil Stabil Stabil

Formula Jam ke-

(8)

Pengamatan dilakukan setiap siklusnya maka dilakukan pengamatan organoleptis.

Hasil pengamatan dapat dilihat padaTabel V.7

Tabel V.7 Hasil pengamatan ujifreeze-thaw

Berdasarkan hasil uji freeze-thaw, dibuktikan bahwa ketiga sediaan stabil dalam penyimpanan dengan perubahan suhu yang ekstrim.

5.3.2 Formulasi sediaan mikroemulsi

Pada pembuatan sediaan mikroemulsi ini, fase minyak, surfaktan dan kosurfaktan disatukan dan dipanaskan sedangkan untuk fase air di panaskan dalam wadah terpiasah dan campurkan kedua komponen tersebut kemudian diaduk sampai terbentuk sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil. Hasil formulasi dapat dilihat padaTabel V.8

Tabel V.8Hasil formulasi sediaan mikroemulsi

Pembentukan partikel mikroemulsi yang spontan disebabkan oleh pembentukan kompleks lapisan pada permukaan globul minyak dalam air karena adanya surfaktan dan kosurfaktan. Hal ini menyebabkan penurunan tegagan

1 2 3 4 5

F3 Stabil Stabil Stabil Stabil Stabil

F6 Stabil Stabil Stabil Stabil Stabil

F12 Stabil Stabil Stabil Stabil Stabil

Formula Siklus ke-

Fungsi FA FB FC

Minyak kemiri Fase minyak 6 3

VCO Fase minyak 8 4

Tween 80 Surfaktan 35 35 30

Gliserin Kosurfaktan 30 30 30

Hasil Jernih Jernih Jernih

Nama Bahan

Formula %

(9)

permukaan minyak dan air pada nilai yang sangat rendah. Surfaktan kecenderungan untuk berkelompok yang disebut misel, misel memiliki kemampuan untuk meningkatkan kelarutan sehingga zat terlarut berasosiasi dengan misel dan surfaktan yang akan membentuk larutan yang jernih. Peran kosurfaktan dalam pembentukan mikroemulsi bahwa tegangan antarmuka dapat berkurang karena difusi kosurfaktan (Bakan, 1995).

5.4 Evaluasi Sediaan

Uji stabilitas dipercepat dilakukan pada evaluasi sediaan mikroemulsi ini.

Uji stabilitas dipercepat bertujuan untuk menentukan stabilitas sediaan selama penyimpanan. Pada uji ini sediaan disimpan pada 40oC selama 28 hari pengamatan terhadap sediaan mikroemulsi dilakukan untuk menentukan stabilitas fifik sediaan selama penyimpanan. Evaluasi sediaan meliputi uji organoleptis (warna, bau, kejernihan), uji pH dan uji viskositas.

5.4.1 Organoleptes

Pada sediaan mikroemulsi dilakukan pengujian organoleptis meliputi warna, bau dan kejernihan pengamatan tersebut dilakukan pada hari ke 0, 1, 7, 14, 21 dan 28 selama penyimpanan. Hasil pengamatan dapat dilihat padaTabel V.9

(10)

Tabel V.9Hasil Uji Organoleptis

Tabel V.9. Hasil Uji Organoleptis

Keterangan : J = Jernih

Khas = Bau khas minyak kemiri/VCO

Hasil evaluasi organoleptis selama 28 hari pada suhu 400C menunjukan ketiga formula sediaan mikroemulsi stabil. Tampilan fisik, warna, bau dan kejernihan pada tiap sediaan cenderung tidak mengalami perubahan menunjukan stabilitas sediaan. Hasil pengamatan organoleptis dapat dilihat padaLampiran 4.

5.4.2 Viskositas

Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengethui besarnya suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi nilai viskositas maka makin besar tahanannya. Pengukuran viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan sediaan selama penyimpanan (Martin dkk, 1993). Hasil dapat dilihat pada Gambar V.1danTabel V.10

0 7 14 21 28

Warna Kekuningan Kekuningan Kekuningan Kekuningan Kekuningan

Bau Khas Khas Khas Khas Khas

Kejernihan J J J J J

Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning

Bau Khas Khas Khas Khas Khas

Kejernihan J J J J J

Warna Kekuningan Kekuningan Kekuningan Kekuningan Kekuningan

Bau Khas Khas Khas Khas Khas

Kejernihan J J J J J

Pengamatan hari ke-

FA

FB

FC

Formula Pengamatan

(11)

Gambar V.1. Grafik Viskositas Sediaan mikroemulsi

Tabel V.10Viskositas sediaan mikroemulsi

Untuk mengetahui adanya pengaruh lama penyimpanan terhadap perubahan viskositas sediaan, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji t-student. Dari hasil uji statistik pada formula B didapat nilai sig.(2-tailed) lebih besar dari pada nilai kritik (0,312 > 0,05) berarti Ho dapat diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan secara bermakna terhadap lamanya penyimpanan sediaan. Sedangkan untuk nilai sig formula A dan formula C didapat nilai sig.(2- tailed) lebih kecil daripada nilai kritik (0,00 < 0,05) dan (0,026 < 0,05) berarti Ho dapat ditolak. Artinya terdapat perubahan secara signifikan terhadap lamanya penyimpanan sediaan terhadap kenaikan nilai viskositas dikarenakan tiap formula

0 1000 2000 3000 4000

0 5 10 15 20 25 30

Waktu Penyimpanan (Hari)

FA FB FC

0 7 14 21 28

Formula A 1156,67±192,96 1310 ± 182,48 1446,67 ± 109,69 1596,67 ± 110,60 1751,67 ± 103,96 Formula B 1510 ± 192,87 1646,67 ± 135,77 1650 ± 43,59 1600 ± 55,68 1748,33 ± 52,20 Formula C 880 ± 70,00 983,33± 85,05 1026,67 ± 142,24 1153,33 ± 151,77 1328,33 ± 94,38

Rata-rata Viskositas ± SD (hari ke-) Formula

(12)

memiliki nilai viskositas yang berbeda dan karakteristik dari bahan aktif yang digunakan. Tetapi sediaan tetap stabil dan tidak terjadi pemisahan fase. Hasil Peerhitungan statistik viskositas dapat dilihat padaLampiran 5.

5.4.3 pH

Pengamatan pH dilakukan untuk mengetahui pH sediaan selama penyimpanan. Pengamatan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter (Mettler Toledo). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sediaan selama 28 hari. pH sediaan. Hasil dapat dilihat padaGambar V.2danTabel V.11

Tabel V.11pH sediaan mikroemulsi

Gambar V.2. Grafik pH Sediaan mikroemulsi 0

5 10

0 5 10 15 20 25 30

Waktu Penyimpanan (Hari)

FA FB FC

0 7 14 21 28

Formula A 6,53 ± 0,032 6,45 ± 0,053 6,30 ± 0,121 6,11 ± 0,051 5,61 ± 0,141 Formula B 7,64 ± 0,117 7,48 ± 0,098 7,42 ± 0,035 7,12 ± 0,065 6,74 ± 0,067 Formula C 6,50 ±0,290 6,37 ± 0,015 6,23 ± 0,076 6,04 ± 0,021 5,57 ± 0,155

Rata-rata Ph ± SD (hari ke-) Formula

(13)

Berdasarkan hasil evaluasi pengukuran pH sediaan mikroemulsi selama 28 hari ketiga formula sediaan (formula A, formula B dan formula C) tidak mengalami perubahan secara signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan stabil secara termodinamika dan tidak adanya reaksi kimia baik yang ditimbulkan oleh wadah penyimpanan ataupun bahan-bahan yang terkandung dalam sediaan.

Untuk mengetahui adanya pengaruh lama penyimpanan terhadap pH, maka dilakukan perhitungan statiktik dengan menggunakan uji t-student. Dari hasil uji statistik pada formula A, formula B dan C didapat nilai sig.(2-tailed) lebih besar daripada nilai kritik 0,05 (0,089 > 0,05), (0,063 > 0,05) dan (0,053 >

0,05) berarti Ho dapat diterima. Artinya tidak terdapat perubahan secara signifikan penurunan nilai pH terhadap lamanya penyimpanan sediaan. Hasil Peerhitungan statistik pH dapat dilihat padaLampiran 6.

Rentang pH ketiga formula tersebut sesuai dengan syarat pH untuk sediaan topikal pada umumnya yaitu 5,5-10. pH sediaan topikal tidak boleh terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

5.5 Uji Aktivitas Sediaan Terhadap Pertumbuhan Rambut

Uji pertumbuhan rambut dari ketiga formula dilakukan pada tikus putih jantan galur wistar. Pemilihan tikus jantan dikarenakan tikus jantan lebih stabil dibandingkan dengan tikus betina yang memiliki hormon estrogen yang dapat menghambat pertumbuhan rambut sehinggan dapat menghambat proses penelitian. Pada penelitian ini rambut tikus dicukur, ini agar akar rambut pada

(14)

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

H V.3

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan bermakna antar kelompok

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

Hasil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada V.3

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan bermakna antar kelompok

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan bermakna antar kelompok

Minyak kemiri dan VCO

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan bermakna antar kelompok

Minyak kemiri Minyak kemiri dan VCO

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan bermakna antar kelompok

Formula A Formula B Formula C Minyak kemiri Minyak kemiri dan VCO

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan bermakna antar kelompok

Kontrol Formula A Formula B Formula C Minyak kemiri

VCO

Minyak kemiri dan VCO Formula

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan bermakna antar kelompok

Kontrol Formula A Formula B Formula C Minyak kemiri

VCO

Minyak kemiri dan VCO Formula

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan bermakna antar kelompok

Kontrol Formula A Formula B Formula C Minyak kemiri

VCO

Minyak kemiri dan VCO Formula

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

Tabel

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan bermakna antar kelompok

Formula A Formula B Formula C Minyak kemiri Minyak kemiri dan VCO

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

Tabel

Gambar

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan bermakna antar kelompok

Minyak kemiri dan VCO

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

Tabel V

Gambar

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan dengan

Minyak kemiri dan VCO

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

V.12. Hasil

Gambar

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan dengan

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

. Hasil

Gambar V.

Untuk membandingkan perbedaan dilakukan uji statistik ANOVA one

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan dengan

Hari ke-7 3,3 ± 0,002 6,81 ± 0,02 5,5 ± 0,01 6,3 ± 0,008 5,32 ± 0,006

3,7 ± 0,01 4,72 ± 0,03

tikus tetap dapat tumbuh secara normal.

yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

. Hasil

V.3Grafik

Untuk membandingkan perbedaan pertumbuhan rambut dari setiap kelompok one-way

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan nilai sig (α < 0,05)

Hari ke-7 3,3 ± 0,002 6,81 ± 0,02 5,5 ± 0,01 6,3 ± 0,008 5,32 ± 0,006

3,7 ± 0,01 4,72 ± 0,03

tikus tetap dapat tumbuh secara normal. Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

. Hasil pengamatan panjang rambut

Grafik

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok way

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan nilai sig (α < 0,05)

Hari ke-7 3,3 ± 0,002 6,81 ± 0,02 5,5 ± 0,01 6,3 ± 0,008 5,32 ± 0,006

3,7 ± 0,01 4,72 ± 0,03

Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

pengamatan panjang rambut

Grafik pertumbuhan rambut tikus

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok way. Berdasarkan perhitungan

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan nilai sig (α < 0,05)

Hari ke-7 3,3 ± 0,002 6,81 ± 0,02 5,5 ± 0,01 6,3 ± 0,008 5,32 ± 0,006

3,7 ± 0,01 4,72 ± 0,03

Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

pengamatan panjang rambut

pertumbuhan rambut tikus

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok Berdasarkan perhitungan

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan nilai sig (α < 0,05)

3,3 ± 0,002 6,81 ± 0,02 5,5 ± 0,01 6,3 ± 0,008 5,32 ± 0,006

3,7 ± 0,01 4,72 ± 0,03

Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

pengamatan panjang rambut

pertumbuhan rambut tikus

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok Berdasarkan perhitungan

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan nilai sig (α < 0,05)

Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

pengamatan panjang rambut

pertumbuhan rambut tikus

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok Berdasarkan perhitungan

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan nilai sig (α < 0,05)

Hari ke-14 12,89 ± 0,01 18,01 ± 0,02 16,23 ± 0,02 17,16 ± 0,02 16,08 ± 0,01 14,93 ± 0,02 15,62 ± 0,02

Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada

pengamatan panjang rambut

pertumbuhan rambut tikus

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok Berdasarkan perhitungan

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan nilai sig (α < 0,05)

Hari ke-14 12,89 ± 0,01 18,01 ± 0,02 16,23 ± 0,02 17,16 ± 0,02 16,08 ± 0,01 14,93 ± 0,02 15,62 ± 0,02

Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

asil pengamatan panjang rambut dapat dilihat pada Tabel

pengamatan panjang rambut

pertumbuhan rambut tikus

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok Berdasarkan perhitungan

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan

nilai sig (α < 0,05) artinya formula A, B, C,

Hari ke-14 12,89 ± 0,01 18,01 ± 0,02 16,23 ± 0,02 17,16 ± 0,02 16,08 ± 0,01 14,93 ± 0,02 15,62 ± 0,02

Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

Tabel

pengamatan panjang rambut

pertumbuhan rambut tikus

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok Berdasarkan perhitungan

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan

artinya formula A, B, C,

Hari ke-14 12,89 ± 0,01 18,01 ± 0,02 16,23 ± 0,02 17,16 ± 0,02 16,08 ± 0,01 14,93 ± 0,02 15,62 ± 0,02

Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

Tabel V.

pengamatan panjang rambut

pertumbuhan rambut tikus

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok Berdasarkan perhitungan

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan

artinya formula A, B, C,

Hari ke-14 12,89 ± 0,01 18,01 ± 0,02 16,23 ± 0,02 17,16 ± 0,02 16,08 ± 0,01 14,93 ± 0,02 15,62 ± 0,02

Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

V.1

pertumbuhan rambut tikus

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok Berdasarkan perhitungan

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan

artinya formula A, B, C,

Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

12

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok Berdasarkan perhitungan

minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan

artinya formula A, B, C,

Hari ke-21 14,59 ± 0,01 19,41 ± 0,03 17,92 ± 0,03 18,64 ± 0,01 18,05 ± 0,03 15,84 ± 0,01 17,14 ± 0,02 Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

dan

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok Berdasarkan perhitungan statistik minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan

artinya formula A, B, C,

Hari ke-21 14,59 ± 0,01 19,41 ± 0,03 17,92 ± 0,03 18,64 ± 0,01 18,05 ± 0,03 15,84 ± 0,01 17,14 ± 0,02 Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

dan Gambar

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok statistik minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan

artinya formula A, B, C,

Hari ke-21 14,59 ± 0,01 19,41 ± 0,03 17,92 ± 0,03 18,64 ± 0,01 18,05 ± 0,03 15,84 ± 0,01 17,14 ± 0,02 Rata-rata panjang rambut (mm) ± SD

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

Gambar

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok statistik minggu pertama hingga minggu ketiga menunjukan adanya perbedaan secara

artinya formula A, B, C,

Hari ke-21 14,59 ± 0,01 19,41 ± 0,03 17,92 ± 0,03 18,64 ± 0,01 18,05 ± 0,03 15,84 ± 0,01 17,14 ± 0,02

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

Gambar

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok pada secara artinya formula A, B, C,

Hari ke-21 14,59 ± 0,01 19,41 ± 0,03 17,92 ± 0,03 18,64 ± 0,01 18,05 ± 0,03 15,84 ± 0,01 17,14 ± 0,02

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

Gambar

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok pada secara artinya formula A, B, C, Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok minyak, formula A, formula B dan formula C.

Gambar

pertumbuhan rambut dari setiap kelompok pada secara artinya formula A, B, C,

(15)

minyak kemiri, VCO serta kombinasi keduanya memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut karena berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol.

Hasil statistik antara formula A dengan minyak kemiri terdapat perbedaan secara bermakna dengan nilai sig. (α < 0,05) berarti Ho ditolak. Artinya formula

A memiliki aktivitas pertumbuhan rambut yang baik jika dibandingkan dengan minyak kemiri yang tanpa di formulasi. Hal ini menunjukan bahwa bentuk sediaan formula mikroemulsi mempengaruhi terhadap aktivitas pertumbuhan rambut.

Pada minggu ketiga menunjukan formula B dengan minyak kemiri tidak terdapat perbedaan secara bermakna, dengan nilai sig. (α > 0,05) artinya memiliki

aktivitas pertumbuhan rambut yang relatif sama. Hasil perhitungan statistik panjang rambut dapat dilihat padaLampiran 7.

Pengamatan juga dilakukan terhadap bobot rambut tikus pada minggu ketiga. Rambut pada setiap daerah uji dari masing-masing perlakuan dicukur kemudian ditimbang bobotnya. Parameter bobot rambut ini digunakan untuk melihat pengaruh sediaan mikroemulsi terhadap kelebatan rambut tikus putih jantan. Hasil pengukuran bobot rambut dapat dilihat padaTabel V.13

(16)

Tabel IV.13. Hasil pengamatan bobot rambut

Untuk melihat adanya perbedaan bobot rambut dilakuan perhitungan secara statistik dengan mengunakan metode ANOVA one-way dan dilanjutkan dengan multiple comparisons.Hasil uji ANOVA menunjukan terdapat perbedaan secara bermakna antar kelompok, dengan nilai sig (α < 0,05) artinya sediaan

mikroemulsi memiliki aktivitas terhadap kelebatan rambut. Hasil perhitungan statistik bobot rambut berdasarkan hasil uji multiple comparisons formula A, formula B dan formula C terdapat perbedaan secara bermakna dengan kontrol dan minyak yang tanpa diformulasi dengan nilai sig.( α < 0,05) Ho ditolak, artinya

sediaan mikroemulsi memiliki aktivitas terhadap kelebatan rambut dibandingkan dengan minyak yang tanpa di formulasi. Hasil dapat dilihat padaLampiran 8.

Kelompok Uji Rata-rata Bobot Rambut (mg)±SD

Kontrol 42,5 ± 0,017

Formula A 127,5 ± 0,039

Formula B 102,5 ± 0,022

Formula C 115 ± 0,031

Minyak kemiri 77,5 ± 0,025

VCO 50 ± 0,022

Minyak kemiri dan VCO 72,5 ± 0,022

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian yang lain, algoritma MFCC dikombinasikan dengan algoritma Convolutional Neural Network CNN, akurasinya bisa mencapai 86.4 persen Suartika, 2016 Berdasarkan dari studi

Flowchart Sistem Pemantauan Debit Irigasi Tetes .... Bagian Program IC