Menjadi pemimpin sekolah merupakan amanah untuk melaksanakan tiga tujuan tertinggi pengembangan sekolah (ultimate Concern). Bagaimana pemimpin sekolah belajar dari best practice pengembangan sekolah yang telah diterapkan selama ini.
Pengorganisasian pelaksanaan program inovatif berbasis peningkatan kualitas pembelajaran
Belajar berbasis pengalaman (Experiential Learning)
Sebuah hasil penelitian secara kuat menunjukkan bahwa keterampilan kewirausahaan akan dipelajari melalui proses di mana siswa terlibat secara aktif dalam lingkungan pengalaman belajar yang menantang (Pittaway & Cope; Hannon; Heinonen & Poikkijoki, dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Kegiatan yang menantang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami kegagalan, belajar darinya dan mengembangkan keterampilan mereka untuk mengatasi tantangan yang lebih serius (Fayolle & Gailly, dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009).
Belajar melalui interaksi sosial (Social Interaction Learning)
Intinya, interaksi sosial dapat membentuk dan mengembangkan persepsi, sikap dan kemampuan wirausaha (Rae & Carswell, 2000), khususnya di bidang kepemimpinan wirausaha (Holt, Rutherford & Clohessy, 2007; Dess, et al., dalam Bagheri , A. & Pihie, ZAL, 2009). Program pendidikan kewirausahaan memberikan berbagai peluang interaksi sosial siswa, yang dapat mengembangkan kepemimpinan kewirausahaannya (Vecchio, 2003).
Pengenalan peluang (opportunity recognition)
Oleh karena itu, Collins dan Robertson (2003) meyakini bahwa pembelajaran kewirausahaan dapat diimplementasikan melalui interaksi sosial. Menurut saya yang pertama dan terpenting adalah siswa harus mempunyai kesempatan untuk memilih apa yang ingin mereka lakukan dan melakukan sesuatu yang mereka minati serta memberikan hadiah kepada siswa yang menghasilkan ide-ide yang benar-benar brilian. Makna yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bahwa dalam proses pembelajaran kepemimpinan kewirausahaan, yang bertujuan untuk mengembangkan karakteristik kepemimpinan kewirausahaan (inovatif, proaktif, berani mengambil risiko, manajemen waktu dan diri, menghadapi tantangan dan sejenisnya) pada siswa, hal ini dapat berhasil jika dilakukan dengan pembelajaran berbasis proyek, pengalaman praktis dan/atau simulasi bisnis.
Berdasarkan uraian di atas, kami berharap Anda mendapatkan wawasan tentang perbedaan pandangan tentang konsep kepemimpinan kewirausahaan dan metode pembelajaran kewirausahaan yang efektif untuk mengembangkan kepemimpinan kewirausahaan siswa. Sebagai calon kepala sekolah, Anda akan ditantang untuk bersikap proaktif, inovatif dan berani mengambil risiko dalam merancang program kewirausahaan yang mampu membentuk kompetensi siswa yang berkarakter pemimpin wirausaha.
Pengelolaan Kewirausahan Sekolah
Perencanaan Program Kewirausahaan Sekolah
Terkait dengan langkah perencanaan tersebut, kepala sekolah secara umum diharapkan mampu menganalisis kondisi sekolah dalam rangka pelaksanaan program sesuai delapan SNP dari berbagai sudut pandang, termasuk kegiatan wirausaha yang telah dilaksanakan. Analisis kondisi sekolah juga memberikan informasi mengenai kekuatan dan kelemahan setiap kegiatan yang memerlukan tindak lanjut. Dari kegiatan yang telah dilaksanakan, dipilih kegiatan mana yang sudah dilaksanakan secara efektif dan efisien, dan kegiatan mana yang belum dilaksanakan secara maksimal.
Program-program yang masih lemah implementasinya diprioritaskan untuk dikembangkan melalui perbaikan program dalam bentuk perencanaan. Kemudian direktur menetapkan tujuan yang ingin dicapai, menetapkan tujuan, menentukan waktu dan tempat pelaksanaan, penanggung jawab dan pelaksana kegiatan, jumlah dana yang diperlukan, sumber dana dan menetapkan langkah-langkah pelaksanaan. aktivitas secara rinci.
Pelaksanaan Program Kewirausahaan Sekolah
Pengertian Wirausaha dan Kewirausahaan
Selain itu, kewirausahaan merupakan suatu keterampilan kreatif dan inovatif yang dijadikan landasan, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Hakikat kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada dasarnya kewirausahaan adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang mempunyai kemauan kreatif untuk mewujudkan ide-ide inovatif dalam dunia nyata.
Zimmerer (2000) dalam Takdir D, dkk (2015) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah tindakan manusiawi, kreatif yang membangun sesuatu yang bernilai, mengejar peluang tanpa memandang kelebihan atau kekurangan sumber daya. Kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus mampu memunculkan ide-ide baru untuk menumbuhkan kreativitas di sekolahnya.
Karakteristik Pemimpin Kewirausahaan
Oleh karena itu, kepala sekolah akan mampu mewujudkan visi tersebut apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) proaktif; (2) kebaruan; Cara berpikir dan bertindak inovatif kepala sekolah antara lain: (1) keberanian keluar dari zona nyaman; (2) tidak berpikir konvensional; (3) bertindak lebih cepat dibandingkan orang lain; (4) mendengarkan gagasan pemangku kepentingan sekolah; (5) menanyakan kepada komunitas sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan apa saja yang perlu diubah di sekolah ini secara berkala; (6) memotivasi diri sendiri dan orang lain untuk bergerak cepat dan aman; (7) berharap memperoleh dan memperoleh kesehatan dan kekuatan; dan (8) “rekreasi” yang cukup untuk mendapatkan ide-ide baru (Anonim 3, 2005). b) Bekerja keras dan pantang menyerah. Misalnya seorang kepala sekolah yang membutuhkan prestasi, maka ia didorong untuk menetapkan tujuan yang tinggi dan menantang, ia dengan keahlian yang dimilikinya akan bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut.
Seorang kepala sekolah yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap warga sekolah lainnya yang termotivasi untuk melakukan hal serupa. Pemimpin yang proaktif, termasuk kepala sekolah, akan (1) mampu dan aktif mempengaruhi dan mengarahkan sumber daya manusianya menuju masa depan; (2) mampu memanfaatkan setiap peluang; (3) dapat menerima tanggung jawab atas kegagalan; dan (4) mampu mengantisipasi permasalahan yang mungkin terjadi di masa depan dan merasa terdorong untuk melakukan perubahan dan perbaikan (Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009).
Cara-Cara Mengembangkan Kewirausahaan
Kepala sekolah yang mewujudkan sifat kepribadian proaktif akan mampu dan dengan mudah mempengaruhi guru dan staf, siswa dan orang tua, serta pemangku kepentingan. Penciptaan fisik adalah proses kerja untuk mewujudkan rencana, rancangan, dan pemikiran di dunia nyata. Cara paling efektif untuk mengembangkan kewirausahaan di sekolah adalah dengan memecahkan masalah secara bersama-sama.
Pertemuan ini berisi kegiatan mengumpulkan ide-ide baru dari permasalahan yang ada di sekolah untuk diatasi. Tekniknya bisa berbeda-beda, misalnya presentasi gagasan satu kelompok dan tanggapan kelompok lain; mintalah masing-masing kelompok menuliskan gagasannya dan kemudian kelompok lain menilai kelompoknya masing-masing; atau suatu kelompok menyajikan ide baru, kemudian kelompok lain merespons dan menciptakan ide baru yang lebih baik.
Strategi Pengembangan Karakter Kewirausahaan di Sekolah
Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah yang didalamnya terjadi interaksi antar sesama siswa, antara guru, guru dengan siswa, guru dengan staf, staf dengan siswa, warga sekolah dan kelompok masyarakat. Dengan kata lain, penanaman karakter kewirausahaan dalam budaya sekolah melibatkan kegiatan yang dilakukan ketika warga sekolah berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Terwujudnya sifat-sifat kewirausahaan verbal dan perilaku, seperti kejujuran, kerja keras, motivasi berprestasi tinggi, tanggung jawab, disiplin dan dedikasi, dapat dipersonalisasikan bagi seluruh warga sekolah.
Akulturasi ini dapat dilakukan oleh sekolah dan juga oleh guru kelas atau guru mata pelajaran perorangan. Apabila hal ini dilakukan oleh kepala sekolah secara terus menerus, maka motivasi berprestasi tinggi lambat laun menjadi sikap dan kebiasaan setiap warga sekolah, lambat laun menjadi ciri khasnya, yang pada titik tertentu menginternalisasikannya, akhirnya motivasi berprestasi tinggi tersebut menjadi kepribadian setiap warga sekolah.
Pembelajaran Kewirausahaan di Sekolah
Selain itu, pembelajaran berdasarkan pengalaman dapat mengembangkan efikasi diri, keyakinan yang kuat, dan keinginan untuk berhasil dalam menjalankan peran dan tugas wirausaha (Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Kegiatan yang menantang memungkinkan siswa mengalami kegagalan, belajar darinya, dan mengembangkan kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan yang lebih serius (Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Pada hakikatnya interaksi sosial dapat membentuk dan mengembangkan persepsi, sikap dan kemampuan kewirausahaan khususnya dalam manajemen kewirausahaan (Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009).
Program pendidikan kewirausahaan memberikan berbagai peluang interaksi sosial siswa, yang dapat mengembangkan kepemimpinan kewirausahaannya (Vecchio, 2003). Berbagai hasil penelitian menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merasakan seluruh komponen kepemimpinan kewirausahaan secara seimbang (Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009).
Pengembangan Kewirausahaan melalui Potensi Sekolah
Siswa merupakan salah satu unsur potensi sekolah yang harus dikelola dengan baik dan benar.Kepala sekolah berkewajiban mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kreativitas, guna memantapkan kepribadian siswa dalam terwujudnya pendidikan. ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan agar terhindar dari upaya dan pengaruh negatif serta bertentangan dengan tujuan pendidikan, hanya saja potensi yang dimiliki peserta didik hendaknya diberikan wadah agar potensi yang dimiliki peserta didik dapat mencapai prestasi unggul sesuai dengan bakat dan bakatnya. minat. Siswa dapat mengembangkan jiwa kewirausahaannya melalui pembinaan dan pembiasaan pada kegiatan kurikuler, kokurikuler, intrakurikuler, dan ekstra kurikuler. Selain itu, siswa pada semua jenjang pendidikan juga dapat diberikan tugas praktik kewirausahaan sebagai salah satu cara untuk mengimplementasikan jiwa kewirausahaan.
Berkaitan dengan evaluasi program pengembangan kewirausahaan di sekolah, seorang pemimpin sekolah harus mampu memastikan bahwa kegiatan pengembangan kewirausahaan yang dilaksanakan di sekolah benar-benar tepat dan dapat meningkatkan jiwa kewirausahaan seluruh warga sekolah. Tahapan evaluasi program di atas dapat menjadi acuan untuk mengukur hasil program pengembangan kewirausahaan di sekolah D.
Konsep Kemitraan Sekolah
Misalnya, kemitraan antara sekolah menengah pertama dan sekolah dasar bertujuan agar lulusannya dapat memilih sekolah menengah pertama sebagai pilihan pendidikan lanjutannya, sedangkan kemitraan yang terjalin dengan sekolah menengah/sekolah kejuruan bertujuan agar lulusannya dapat melanjutkan ke sekolah menengah. pendidikan di SMA/SMK pilihannya. Kemitraan yang dibangun SMK juga harus dilakukan dengan dunia usaha/industri untuk kepentingan penempatan kerja industri, pengajar berkunjung, validasi kurikulum dan pemasaran lulusan. Kemitraan informal adalah kemitraan yang didasarkan pada perjanjian-perjanjian yang tidak mengikat dan tidak dituangkan dalam dokumen kerjasama, namun merupakan suatu bentuk kerja sama, kesatuan dan saling menghormati serta menghormati keberadaan lembaga masing-masing.
Sesuai dengan persyaratan otonomi daerah, kemitraan formal bilateral atau multilateral dalam hal bantuan keuangan (bantuan yang akan dikembalikan), harus mempertimbangkan aspek kewenangan pusat dan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Melaksanakan kemitraan antar lembaga, baik dalam maupun luar negeri, memerlukan program yang dirancang untuk mencapai kemitraan yang efektif dan berkelanjutan.
Implementasi Kemitraan Sekolah
Dalam membuat rencana kemitraan, kecermatan strategis sangat diperlukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kemitraan yang akan dilaksanakan sesuai dengan perkembangan dan teknologi saat ini. Setelah rencana kemitraan dibuat, dilakukan presentasi kepada manajemen dan pihak-pihak terkait dengan program kemitraan yang direncanakan. Presentasi harus dipersiapkan dengan matang baik dari segi materi, alat pendukung, waktu dan cara penyampaiannya sehingga departemen terkait dan pengambil keputusan dapat memahami tujuan dan manfaat dari program kemitraan yang ditawarkan.
Persetujuan atasan dan pihak-pihak yang terkait dengan kemitraan yang akan dilakukan sangat penting karena mendukung keberlangsungan dan kelancaran pelaksanaan rencana kemitraan yang telah dibuat. Kegiatan tim monitoring dan evaluasi adalah: a) mengumpulkan data dan informasi mengenai kemitraan yang dilaksanakan, dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh tim; b) menganalisis dan mengelompokkan data sesuai jenis kemitraan sekaligus membuat database berupa perangkat lunak dan perangkat keras;