BAHAYA KAPAL MASUK SALURAN NAVIGASI WAJIB TANPA MENGGUNAKAN JASA PANDUAN PADA KAPAL MV. BAHAYA YANG DISEBABKAN OLEH KAPAL MASUK KE SALURAN KAPAL WAJIB TANPA PENGELOLAAN DI ATAS KM. M ARNANDA SETYA PURWANTO, Bahaya kapal yang memasuki alur pelayaran wajib tanpa pemandu di atas kapal MV.
Bimbingan di atas kapal merupakan salah satu bentuk pelayanan yang memiliki peran sangat penting bagi keselamatan pelayaran di terusan, khususnya di Terusan Kapal Surabaya Barat, karena terusan merupakan perairan yang dalam, luas, dan bebas dari pelayaran lainnya. rintangan dianggap aman dan terjamin untuk navigasi kapal laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya pemanduan bagi keselamatan kapal khususnya di alur dan segala resiko yang timbul akibat tidak adanya pelayanan pemanduan dalam pelayaran wajib sesuai dengan kegiatan pelayanan pemanduan dan keterlambatan kapal di Indonesia. diselenggarakan oleh Kantor Otoritas Pelabuhan (OP), Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), atau Kantor Unit Penyelenggaraan Pelabuhan (UPP). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu pengamatan di darat pada saat kapal memasuki alur pelayaran dan menggunakan jasa pemanduan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat resiko jika kapal memasuki alur wajib pandu khususnya kapal KM. Umbul Mas masuk ke alur pantoloan tanpa menggunakan jasa pemandu, yang mengakibatkan bertambahnya waktu manuver dan kesalahan posisi berlabuh/tidak pada posisi yang menduduki sebagian panjang dermaga. M ARNANDA SETYA PURWANTO, Bahaya akibat masuknya kapal dengan pengiriman wajib pandu tanpa dinas pandu di atas kapal MV. Umbul Mas dipimpin oleh Sutoyo dan Dwi Yanti Margosetiyowati.
PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
Alur pelayaran merupakan salah satu sarana utama untuk pengalokasian wilayah perairan suatu pelabuhan dan berperan penting dalam akses dari dan ke pintu masuk ke atau dari pelabuhan tersebut. Alur pelayaran merupakan fasilitas penting pelabuhan yang pembangunan dan pengelolaannya harus dilakukan dengan memperhatikan aspek pelayaran, terutama dalam menjamin keselamatan dan keamanan lalu lintas pelayaran. Pada peristiwa 28 Juni 2015 terjadi tabrakan antara Navigator Aries dengan KM Leo Perdana yang disebabkan oleh KM Leo Perdana yang merasa menabrak sesuatu di bawah air kemudian menjadi tidak terkendali.
Beberapa saat setelah tabrakan, Navigator Aries terbakar karena lambungnya robek akibat tabrakan dengan Leo Perdana. Kejadian dalam perjalanan 47/20 tanggal 29 Juli 2020 pukul Pukul 23.00 WITA, KM Umbul Mas menyelesaikan proses sandar di pelabuhan Pantoloan tanpa menggunakan jasa pemanduan yang mengakibatkan proses sandar lama karena komunikasi yang kurang baik antara nahkoda dengan harbour tug dan kapal nyaris menabrak container crane. Hal ini terjadi karena saat kapal menelpon pihak pramuka tidak ada respon dari pihak pramuka dan juragan menghubungi agen setempat untuk menanyakan proses docking pada malam hari, beberapa saat kemudian agen menghubungi nahkoda dan memberikan informasi bahwa pilot sedang dalam perjalanan. tidak hadir dan melepas tawaran kepada juragan untuk menyelesaikan proses pemanggilan tanpa pandu dan hanya mendapat bantuan dari 1 kapal tunda pelabuhan, setelah itu nahkoda setuju untuk masuk ke jalur pelayaran pantoloan dan melakukan proses pemanggilan.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba menuangkan permasalahan tersebut ke dalam sebuah karya ilmiah berupa tesis yang berjudul: BAHAYA KAPAL MASUK ARUS PASOKAN WAJIB TANPA PIPA LAYANAN PADA KAPAL KM.
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Landasan teori 1. Kapal
- Pemanduan
- Pandu
- Kapal Tidak Wajib Pandu
- Keselamatan Pelayaran
- Alur Pelayaran
Dan di perairan yang ditetapkan sebagai perairan pandu luar biasa, pelayanan pandu dilakukan atas permintaan nakhoda, apabila nakhoda dianggap mampu untuk mengemudikan kapalnya di alur tanpa menggunakan jasa pandu, maka kapal dapat memasuki alur pandu luar biasa tanpa dinas pandu . Sumber Daya Manusia mengetahui karakteristik alur pelayaran, dibuktikan dengan seringnya awak kapal memasuki alur pelayaran. Saat memasuki selat atau alur pelayaran dari laut lepas, pelampung berwarna merah berada di sisi kiri kapal (port side) dan bagian berwarna hijau berada di sisi starboard (sisi kanan kapal) jika kapal berada di wilayah A . .
Pada saat kapal memasuki alur pelayaran, resiko potensi kecelakaan yang akan dialami kapal meningkat, hal ini disebabkan meningkatnya kepadatan lalu lintas kapal di alur pelayaran, meningkatkan resiko kecelakaan kapal saat masuk atau keluar dari jalur angkut. Pentingnya pengaturan alur pelayaran dalam menunjang pelayaran kapal guna mengurangi bahaya. a) Risiko Kandasnya Kapal. Pada saat kapal hendak memasuki alur, awak kapal harus mengetahui informasi terkini mengenai kedalaman perairan di alur pelayaran.
Meski teknologi navigasi yang terdapat di kapal sudah canggih, namun tidak mengurangi kemungkinan terjadinya tabrakan kapal di jalur pelayaran. Ketrampilan ABK dalam mengolah pergerakan kapal saat melewati alur juga sangat diperlukan karena setiap ABK harus dibekali keterampilan yang dibuktikan dengan ijazah dan sertifikat yang dimilikinya, komunikasi antara anjungan dan ruang mesin sangat diperlukan. juga sangat penting karena pada saat kapal melewati alur pelayaran membutuhkan banyak pekerjaan mesin. Namun ada beberapa hal lain yang menyebabkan terjadinya tabrakan kapal pada saat kapal memasuki alur pelayaran yang padat, hal ini disebabkan oleh beberapa hal.
Ketika sebuah kapal memasuki alur pelayaran harus mengikuti aturan-aturan yang ada pada alur pelayaran tersebut, semua informasi tentang alur pelayaran yang akan dilaluinya akan diperoleh dengan berkomunikasi dengan VTS. Faktor cuaca buruk merupakan masalah yang sering dianggap sebagai penyebab utama terjadinya kecelakaan di jalur pelayaran. Alur pelayaran adalah perairan yang karena kedalaman, lebarnya dan tanpa hambatan pelayaran lainnya, dianggap aman dan selamat untuk navigasi kapal di laut, sungai atau danau.
Rute pelayaran dicantumkan pada peta laut dan manual navigasi dan diumumkan oleh otoritas yang berwenang. Sebuah kapal yang sedang berlayar di suatu fairway sempit harus bergerak sedekat mungkin ke batas luar fairway atau fairways di sisi kanan bila aman dan praktis untuk melakukannya. Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal layar tidak boleh merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman pada fairway atau fairway yang sempit.
Setiap kapal harus, jika keadaan mengizinkan, menghindari berlabuh di zona navigasi yang sempit.
Kerangka penelitian
Jenis Penelitian
Lokasi Penelitian
Jenis dan Sumber Data
- Jenis Data 1) Data primer
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
Menurut Umar, data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti sebagai objek penulisan. Diambil saat taruna bertugas jaga di anjungan terutama saat kapal masuk alur pelayaran Surabaya Barat, dan anak buah kapal serta pengintai saat kapal masuk jalur pelayaran Surabaya Barat sebagai source. Menurut Sugiyono, data sekunder adalah data yang tidak diberikan langsung kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau penelusuran dokumen.
Data ini diperoleh dengan menggunakan literature review yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh dari catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu peneliti menggunakan data yang diperoleh dari internet dan juga dokumen pendukung. Data yang dikumpulkan akan berasal dari wawancara dengan berbagai informan, serta dari pengamatan dan pencatatan informasi yang diperoleh tentang objek penyelidikan, serta dari buku, manual on-board, dan Internet. Agar tulisan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan, maka harus dilengkapi dengan lebih dari satu metode pengumpulan data.
Metode wawancara ini sangat efektif untuk mendapatkan penjelasan lebih detail mengenai pertanyaan atau hal-hal yang kurang dipahami dalam hal hal-hal yang berkaitan dengan topik yang sedang dibahas, termasuk pentingnya kepramukaan dan isu-isu.Wawancara ini dilakukan oleh penulis selama jam kerja atau selama Dengan metode ini, data yang diperoleh lebih praktis dan objektif, karena tidak semua permasalahan di atas kapal dapat dijelaskan secara detail di manual atau buku lainnya, tetapi juga berdasarkan pengalaman seluruh ABK khususnya di anjungan. Dalam hal ini penulis melakukan observasi langsung di atas kapal saat melakukan prala, mengenai pentingnya penerbangan saat kapal memasuki fairway Surabaya Barat, bahaya yang ada di fairway Surabaya Barat sehingga wajib menggunakan pemandu, serta Resiko yang timbul jika kapal memasuki fairway Surabaya Barat tanpa menggunakan jasa pengintaian. Merupakan cara penelitian untuk mengumpulkan data dengan . penggunaan karya referensi dan literatur yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. d) Metode dokumentasi.
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dengan membaca arsip-arsip yang ada di paviliun. Dan semua permasalahan yang penulis alami sehubungan dengan proses kerja pramuka keselamatan kapal di alur pelayaran Surabaya Barat yang kemudian dapat penulis analisis dan kaitkan dengan peran pramuka di atas kapal untuk keselamatan kapal di terusan tersebut.
Pemilihan Informan
Teknik Analisa Data
Menurut Miles dan Huberman, proses analisis data deskriptif melalui 3 aliran kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: (1) reduksi data atau penyederhanaan data (2) penyajian atau penyajian data (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu melihat keteraturan , pola, penjelasan, opsi konfigurasi, aliran kausal dan proporsi. Reduksi data merupakan pilihan untuk menitikberatkan pada penyederhanaan, validasi dan transformasi raw data atau data mentah yang dihasilkan dari catatan tertulis di lapangan.Pada penelitian kualitatif, reduksi data terjadi terus menerus selama pengumpulan data berlangsung. Penyajian data dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk menyederhanakan informasi yang kompleks menjadi informasi yang sederhana.
Miles dan Huberman, menjelaskan bahwa penyajian data merupakan cara yang lebih baik dan paling penting untuk analisis kualitatif yang valid. Menyajikan data memungkinkan seorang penganalisis untuk melihat sesuatu yang terjadi, menarik kesimpulan, dan mengambil tindakan lebih lanjut. Miles dan Huberman, menjelaskan bahwa sejak awal pengumpulan data, penganalisis sudah mulai menemukan makna dari sesuatu, mencatat keteraturan, pola dan bentuk penjelas yang dapat terjadi, alur sebab akibat dan proposisi rencana.
Setelah reduksi data dan penyajian data selesai, pengkodean pola dilanjutkan. Sedangkan analisis data dilakukan secara bertahap yaitu data yang diperoleh secara periodik dianalisis terlebih dahulu kemudian disusun dengan pengumpulan data berikutnya dan dianalisis kembali, demikian seterusnya sampai pengumpulan data mencukupi, metode ini sesuai dengan tiga tahap kehadiran peneliti. , dan metode ini lebih mudah dilakukan bagi peneliti pemula.
DAFTAR PUSTAKA