• Tidak ada hasil yang ditemukan

Baiq Elbadriati, M.E.I Nurul Susianti, M.E Editor : Dr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Baiq Elbadriati, M.E.I Nurul Susianti, M.E Editor : Dr"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

SEJARAH GERAKAN PEREMPUAN DI BERBAGAI

Sejarah Gerakan Perempuan Di Indonesia

Teks ini menjelaskan tentang keberadaan dan peranan perempuan dalam menjalani kehidupannya agar kedudukan perempuan menjadi lebih baik dan sempurna. 8.I Wayan Wirata, Perempuan dalam “Naskah Narasi (Suku Sasak) di Lombok (Pendekatan Sosiologis),” Jurnal Mudra, Volume 31.

Sejarah Gerakan Perempuan Di Berbagai Negara11

Upaya mendorong kemitraan setara antara laki-laki dan perempuan merupakan bentuk protes terhadap pelaksanaan pembangunan yang bias gender. Diantaranya adalah Konvensi tentang Remunerasi yang Sama bagi Perempuan dan Laki-laki untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya (1951), Konvensi tentang Hak-Hak Politik Perempuan (1953), Konvensi tentang Kewarganegaraan Perempuan Menikah (1957), Konvensi Menentang Diskriminasi dalam pendidikan. (1960), Konvensi Persetujuan Pernikahan, Usia Minimum untuk Menikah dan Pencatatan Pernikahan (1962), dan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (1979).

Pengertian Dan Konsep Umum Gender

Perempuan kelas bawah diharapkan bekerja sebagai pembantu bagi perempuan yang tidak dilahirkan untuk bekerja sendiri. Lain halnya dengan profesi kuli bangunan, dalam budaya Indonesia mayoritas hanya dimainkan oleh laki-laki, namun tidak berlaku bagi perempuan di Bali yang umumnya profesi kuli bangunan dilakukan oleh perempuan.34.

Ketidakadilan Gender

Peran yang kedua, yaitu peran produktif, adalah segala bentuk pekerjaan atau tugas yang dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan yang mempunyai nilai tukar atau nilai guna. Beban ganda terjadi akibat dikotomi peran publik dan peran domestik antara laki-laki dan perempuan yang membuat perempuan mau atau tidak mau.

Kesetaraan gender

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa usia penenun songket di desa Sukarara merupakan usia produktif. Pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa perempuan Sasak khususnya penenun songket di Desa Sukarara mempunyai etos kerja yang sangat tinggi.

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Pengertian Pemberdayaan

Jadi diartikan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses perolehan kekuasaan, kekuatan atau kemampuan dari pihak-pihak yang mempunyai kekuasaan kepada pihak-pihak yang kurang atau belum berdaya.

Pemberdayaan Perempuan

Kelompok ini terdiri dari kelompok interdisipliner dan beranggotakan akademisi, pengacara, peneliti, aktivis dan aktivis perempuan. Dalam upaya pemberdayaan perempuan, kelompok kerja ini telah melakukan sosialisasi dengan memilih beberapa kelompok strategis.

Bentuk-Bentuk Perberdayaan Perempuan

Keberadaan perempuan penenun songket di Desa Sukarara dapat menunjang kehidupannya melalui usaha tradisional tenun songket. Keterampilan ibu-ibu Desa Sukarara dalam membuat kain songket tradisional setidaknya dapat membantu mereka dalam perekonomian.

PEREMPUAN DAN KEMANDIRIAN EKONOMI

Pengertian Kemandirian

Konsep umum kemerdekaan dimaknai dalam beberapa konsep, salah satunya adalah asal kata kemerdekaan yaitu diri sendiri dengan awalan “ke” dan akhiran “an” yang kemudian menjadi satu kata atau keadaan.

Pandangan Islam tentang Kemandirian

Selain akidah yang perlu ditanamkan, maka ibadah itu perlu, kerana ibadah bukan sahaja tentang solat, puasa dan sebagainya, tetapi skop ibadah itu lebih luas mengikut maknanya. Selain ibadah, bekal ilmu agama yang mesti diterapkan untuk mewujudkan sifat berdikari dalam perspektif Islam ialah akhlak. Seperti menghormati orang yang lebih tua dengan kata-kata yang sopan, menyayangi yang lebih muda dan juga mempunyai orientasi yang baik hati terhadap semua ciptaan Tuhan.

Bekalan ilmu dalam mewujudkan keyakinan diri terhadap Islam telah pun diklasifikasikan dalam perenggan sebelum ini, maka perlu diukur keyakinan diri terhadap Islam. Kerana seperti yang kita tahu, Islam datang untuk menjadikan setiap orang berjaya dan kuat dalam kehidupan dunia ini, maka segala faktor yang menyebabkan seseorang itu tidak berdaya, berjuanglah dengan segala penyelesaian yang menarik dalam ekonomi Islam, sehinggalah kemandirian dalam konsep ekonomi tercapai. .

Produktivitas Mendorong Kemandirian

59 Thohir Luth, Antara Perut dan Etos Kerja dalam Perspektif Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hal. Pembahasan mengenai etos kerja tidak lepas dari independensi dan penting untuk diketahui kata “ethos”. Di sisi lain, hubungan etika kerja dalam Islam menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara etika kerja Islam terhadap perempuan selama perempuan mampu melakukan pekerjaannya dengan penuh kualitas etika.

Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, Cet-ke II (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), hal. Dalam perspektif Islam, etos kerja merupakan salah satu bentuk produktivitas berkualitas tinggi yang dapat mempengaruhi nilai kinerja diri sendiri. .

Perempuan dan Aktivitas Ekonominya

Dalam Oxford English Minidictionary, kata memberdayakan diganti dengan ungkapan “memberi kekuatan dan keyakinan”. Kata ini mengandung dua arti, yaitu kata pertama memberikan kekuasaan kepada pihak lain, sedangkan kata kedua mengedepankan rasa percaya diri dari kemandirian. dalam dunia usaha.71 Oleh karena itu peran perempuan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat, karena kepentingannya dapat disamakan dengan perolehan hak perempuan untuk mengakses sumber penghidupan yang ada.72 Tidak dapat dipungkiri bahwa peran perempuan dalam dunia kerja dan kewirausahaan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap lingkungan masyarakat. Perundang-undangan dan adat istiadat sosial seringkali menghalangi perempuan untuk memiliki properti atau menandatangani kontrak keuangan tanpa tanda tangan suaminya. Dengan sedikit pengecualian, partisipasi dalam program penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan umumnya diperuntukkan bagi laki-laki, sehingga menyebabkan kesenjangan pendapatan gender yang semakin besar.74.

Kebijakan pembangunan yang memperlebar kesenjangan produktivitas antara laki-laki dan perempuan cenderung memperburuk dan semakin mengikis kesenjangan pendapatan. Karena program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan seringkali lebih spesifik untuk laki-laki, sedangkan program perluasan pertanian memprioritaskan produksi tanaman yang didominasi laki-laki, dan sering kali mengorbankan lahan bagi perempuan untuk menanam sayuran.

Profesi: menjadi konsep diri

Penulis mendefinisikan gambaran diri perempuan marjinal sebagai perempuan yang pergerakannya sangat terbatas, baik sebatas melakukan kegiatan ekonomi maupun kegiatan lainnya. Beberapa informan yang menjadi sampel menyatakan bahwa standar citra diri di Instagram adalah sempurna, berpenampilan menarik, dan mengikuti tren positif.84. Dari beberapa gambaran diri perempuan ideal, muncul beberapa tipologi perempuan dalam Al-Qur'an.

Perempuan bekerja adalah perempuan yang bekerja di luar rumah dan menerima uang atau penghasilan dari pekerjaannya. Seorang wanita yang berstatus seorang ibu tidak hanya membutuhkan peran sebagai seorang suami, namun juga memiliki kodrat untuk mengasuh anak-anaknya.

Kemandirian Ekonomi Perempuan

Dalam posisi inilah Max Weber menolak keras pandangan Karl Marx, melalui karya monumentalnya yaitu; “Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme” Max. Selain konsep-konsep di atas, Weber juga menekankan dalam karyanya 'The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism' bahwa Max Weber pada dasarnya selalu membahas tentang etika keyakinan agama dan semangat sistem perekonomian serta pembentukan jiwa yang seimbang. keseimbangan. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa tesis Max Weber mampu menunjukkan hubungan antara agama dan perilaku ekonomi.

Namun tesis Max Weber menyatakan bahwa hanya Protestan Calvinis yang dapat mendorong pengikutnya untuk mengembangkan perekonomian dengan baik karena memiliki etos kerja dan daya saing yang tinggi. Penjelasan di atas merupakan antitesis dari apa yang dituduhkan Max Weber bahwa Islam tidak menganjurkan umatnya untuk memiliki etos kerja dan etika yang baik.

Ekonomi Menurut Pandangan Islam

Oleh karena itu, para perempuan (istri dan ibu rumah tangga) yang bekerja sebagai penenun sangket di Desa Sukarara dapat berkontribusi dalam berbagai kebutuhan perekonomian rumah tangganya melalui kerajinan tenun sangket yang mereka lakukan untuk membantu perekonomian keluarga. Para penenun di Desa Sukarara selain sebagai istri dan ibu rumah tangga juga berprofesi sebagai penenun sangket. Di Desa Sukarara, perempuan berprofesi sebagai penenun kain tenun sangket karena tradisi atau budaya yang diwariskan nenek moyang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, jenis dan corak (ragian) kain tenun songket yang dihasilkan oleh penenun di Desa Sukarara sangat beragam. Para ibu-ibu yang berprofesi sebagai penenun rantai lagu di Desa Sukarara ini sangat semangat dan gigih dalam bekerja sehingga selalu mendapatkan hasil kerja yang sangat berkualitas.

CONTOH KASUS: KEMANDIRIAN EKONOMI

Kemandirian Ekonomi melalui Penenun Sogket

Pada akhir tahun 2010, Kabupaten Lombok Tengah juga mengalami perluasan wilayah desa sebanyak 15 desa, sehingga jumlah desa di Lombok Tengah menjadi 139 desa. Salah satu dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Tengah adalah Kecamatan Jonggat, Desa Sukerara, tempat peneliti melakukan penelitian ini. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor pendukung pertumbuhan dan perkembangan perekonomian masyarakat Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.

Faktanya, Sukarara menunjukkan cukup banyak peran perempuan sebagai penenun lagu untuk membantu perekonomian keluarga dalam rumah tangganya. Agung Oka Mahagangga, “Peran Perempuan Dalam Kelompok Tenun Sasak Sentosa di Desa Wisata Pringgasela Kabupaten Lombok Timur.”

Etika Kerja Perempuan Penenun Songket

Berdasarkan kenyataan di atas, dapat dikatakan bahwa penyanyi wanita sangat disiplin dalam menjalankan aktivitas rutinnya. Kemudian, benang-benang yang sudah tersusun rapi itu dimasukkan kembali secara memanjang ke dalam alat yang disebut gedogan. Karena kegiatan menenun lagu tradisional cukup rumit, maka kesabaran, ketekunan dan ketelitian menjadi salah satu faktor utama dalam menyelesaikan karyanya.

Dengan kesabaran, ketekunan dan ketelitian maka perempuan penenun layak dilekatkan dengan istilah “wonder women”187 (perempuan hebat). Hal ini mencerminkan bahwa perempuan penenun songket harus bertanggung jawab dan berdedikasi terhadap profesi yang digelutinya, agar pekerjaan tersebut benar-benar dilaksanakan hingga tuntas dan menghasilkan barang berupa kain songket.

Motivasi Penenun Songket

Berdasarkan sejarah lisan202, konon tenun songket pertama kali dimulai di desa Sukarara oleh seorang raja bernama Panji Sukarara dan permaisurinya bernama Dinde Terong Kuning. Menenun merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perempuan di Desa Sukarara secara turun temurun sejak zaman dahulu sebagai warisan nenek moyang. Pada saat itu, jika perempuan di Sukarara menikah namun tidak tahu cara menenun songket, maka hal tersebut merupakan fitnah atau aib bagi mereka dan keluarga dan biasanya mereka akan dikucilkan dari masyarakat.208 Oleh karena itu, budaya menenun songket seolah-olah tidak ada gunanya. sebuah obligasi. bagi perempuan di desa Sukarara.

Selain itu, setiap kain tenun lagu-lagu tersebut mengandung nilai, makna dan simbol filosofis khususnya bagi para wanita desa Sukarara. Selain motif keagamaan, budaya, dan ekonomi, perempuan penenun lagu juga perlu mendapat pengakuan dari masyarakat lokalnya di Desa Sukarara, Lombok Tengah.

Produktivitas Perempuan Penenun Songket

214 Efendi, Sudarmawan dan sopir, menenun kain Songket di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, NTB. Jika hasil produktivitas dihitung berdasarkan jumlah penenun songket di Sukarara yaitu sebanyak 1.791 orang, maka omzet yang dihasilkan kain songket bisa mencapai Rp hingga Rp per bulan bagi yang menggunakan motif. Benang pakan merupakan benang yang cenderung membentuk garis vertikal atau akan selalu mengikuti panjang kain tenun songket.

Menurut salah satu responden, motif subhanal adalah corak atau motif kain tenun subhanal songket seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Faktor lingkungan juga sangat dominan dalam mengembangkan kemampuan perempuan Sasak di desa Sukarara dalam mengembangkan keterampilan menenun.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka diketahui bahwa ciri- ciri individu yang memiliki konsep diri positif yaitu yakin akan kemampuan dalam menyelesaikan