• Tidak ada hasil yang ditemukan

BATAKO - Spada UNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BATAKO - Spada UNS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 7

BATAKO

A. PENGERTIAN

Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari pasir, semen portland dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir. Batako digunakan sebagai material dinding bangunan non struktural.

Berdasarkan SNI 03-0349-1989, Conblock (concrete block) atau batu cetak beton adalah komponen bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive), dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding.

Supribadi (1986: 5) menyatakan bahwa batako adalah semacam batu cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan campuran semen, kapur, pasir dan ditambah air yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi balok-balok dengan ukuran tertentu.

Batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan bahan tambah lainnya (additive), kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding.

Batako terdiri dari dua jenis, yaitu batako yang berlubang (hollow block) dan batako yang tidak berlubang (solid block) serta mempunyai ukuran yang bervariasi.

(2)

Bentuk pertama adalah batu cetak yang berlubang (hollow block), Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari batako padat dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 1/3 dari batu bata dengan jumlah yang sama dan dapat disusun empat kali lebih cepat dan lebih kuat untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping itu keunggulan lain batako berlubang adalah kedap panas dan suara. Bentuk yang kedua adalah batu cetak yang tidak berlubang (solid block)

Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton (batako), persyaratan nilai penyerapan air maksimum adalah 25%.

Macam-macam Batako Berdasarkan Bahan Bakunya serta klasifikasinya 1. Berdasarkan bahan bakunya batako dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Batako tras/putih, Batako putih terbuat dari campuran trass, batu kapur, dan air, sehingga sering juga disebut batu cetak kapur trass.

Trass merupakan jenis tanah yang berasal dari lapukan batu-batu yang berasal dari gunung berapi, warnanya ada yang putih dan ada juga yang putih kecokelatan. Ukuran batako trass yang biasa beredar di pasaran memiliki panjang 20 cm–30 cm, tebal 8 cm–10 cm, dan tinggi 14 cm–18 cm.

b. Batako semen, dibuat dari campuran semen dan pasir. Ukuran dan model lebih beragam dibandingkan dengan batako putih. Batako ini biasanya menggunakan dua lubang atau tiga lubang disisinya untuk diisi oleh adukan pengikat. Nama lain dari batako semen adalah batako pres, yang dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pres mesin dan pres tangan. Secara kasat mata, perbedaan pres mesin dan tangan dapat dilihat pada kepadatan permukaan batakonya. Di pasaran ukuran batako semen yang biasa ditemui memiliki panjang 36 cm–40 cm, tinggi 18 cm–20 cm dan tebal 8 cm–10 cm.

c. Bata ringan dibuat dari bahan batu pasir kuarsa, kapur, semen dan bahan lain yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton

3

(3)

atas dari beton ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang- kadang melebihi. Dimensinya yang lebih besar dari bata konvensional yaitu 60 cm x 20cm dengan ketebalan 7 hingga 10 cm menjadikan pekerjaan dinding lebih cepat selesai dibandingkan bata konvensional.

2. Berdasarkan PUBI 1982, sesuai dengan pemakaiannya batako diklasifikasikan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

a. Batako dengan mutu A1, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang tidak memikul beban, dinding penyekat serta konstruksi lainnya yang selalu terlindungi dari cuaca luar.

b. Batako dengan mutu A2, adalah batako yang hanya digunakan untuk hal-hal seperti dalam jenis A1, tetapi hanya permukaan konstruksi dari batako tersebut boleh tidak diplester.

c. Batako dengan mutu B1, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang memikul beban, tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang terlindungi dari cuaca luar ( untuk konsruksi di bawah atap).

d. Batako dengan mutu B2, adalah batako untuk konstruksi yang memikul beban dan dapat digunakan untuk konstruksi yang tidak terlindungi.

B. BAHAN-BAHAN PENYUSUN BATAKO

Dalam pembuatan batako pada umumnya bahan yang digunakan adalah pasir, semen dan air atau tanpa bahan tambahan. Berikut ini akan dijelaskan sekilas mengenai bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan batako.

1. Portland Cement (PC) 2. Agregat Halus (Pasir)

Agregat halus (pasir) terdiri dari butiran sebesar 0,14-5 mm, didapat dari hasil disintegrasi batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya (artifical sand), tergantung dari kondisi pembentukan tempat

(4)

yang terjadinya. Pasir alam dapat dibedakan atas : pasir galian, pasir sungai, pasir laut, pasir done yaitu bukit-bukit pasir yang dibawa ketepi pantai.

Pasir merupakan bahan pengisi yang digunakan dengan semen untuk membuat adukan. Selain itu juga pasir berpengaruh terhadap sifat tahan susut, keretakan dan kekerasan pada batako atau produk bahan bangunan campuran semen lainnya.

Pasir yang digunakan untuk pembuatan batako harus bermutu baik yaitu pasir yang bebas dari lumpur, tanah liat, zat organik, garam florida dan garam sulfat. Selain itu juga pasir harus bersifat keras, kekal dan mempunyai susunan butir (gradasi) yang baik. Menurut Persyaratan Bangunan Indonesia (1982: 23) agregat halus sebagai campuran untuk pembuatan beton bertulang harus memenuhi syarat–syarat sebagai berikut:

a. Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam dan keras.

b. Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama

c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, apabila lebih dari 5 % maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan. Adapun yang dimaksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan 0,063 mm.

d. Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak

e. Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca f. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton 3. Air

C. CARA PEMBUATAN BATAKO

Dalam pembuatan batako dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni manual dan dengan mesin. Sebelum membuat batako, terlebih dulu persiapkan hal-hal berikut,

Bahan–bahan yang diperlukan untuk membuat batako adalah : a. Semen

b. Pasir

(5)

c. Air

Bahan baku yang terdiri dari pasir, semen dan air harus memiliki perbandingan 75 : 20 : 5. Perbandingan komposisi bahan baku ini adalah sesuai dengan Pedoman Teknis yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 1986.

Peralatan yang diperlukan : a. Cetakan batako

b. Ayakan pasir c. Kotak adukan d. Sendok semen e. Sekop

f. Cangkul

g. Ember dan ember penyiram

Persiapan :

Siapkan perkakas,peralatan dan bahan. Ayak pasir pertama dengan ayakan pasir 1 cm2ntuk memisahkan batu-batu yang besar. Lalu ayak lagi dengan ayakan yang lebih kecil untuk mendapatkan pasir halus. Pasir harus bersih dari kotoran, sampah dan lumpur.

Langkah berikutnya adalah:

1. Pasir diayak untuk mendapatkan pasir yang halus dengan menggunakan mesin

2. Pasir tanpa diayak dan semen diaduk sampai rata dengan menggunakan mesin pengaduk dan setelah rata ditambahkan air.

3. Adonan pasir, semen dan air tersebut diaduk kembali sehingga didapat adukan yang rata dan siap dipakai.

4. Adukan yang siap dipakai ditempatkan di mesin pencetak batako dengan menggunakan sekop dan di atasnya boleh ditambahkan pasir halus hasil ayakan (bergantung pada jenis produk batako yang akan dibuat).

5. Dengan menggunakan lempengan besi khusus tersebut dipres/ditekan sampai padat dan rata mekanisme tekan pada mesin cetak.

(6)

6. Batako mentah.yang sudah jadi tersebut kemudian dikeluarkan dari cetakan dengan cara menempatkan potongan papan di atas seluruh permukaan alat cetak.

7. Berikutnya alat cetak dibalik dengan hati-hati Skala produksi dan keunggulan produk akhir sehingga batako tersebut keluar dari alat cetaknya.

Proses berikutnya adalah mengeringkan batako dengan cara diangin- anginkan atau di jemur di bawah terik matahari sehingga didapat batako yang sudah jadi.

D. PENGUJIAN BATAKO

Hasil produksi batako sebelum dipasarkan harus menjalani pengujian mutu yang meliputi :

a. pengujian ukuran dan tampak luar;

b. pengujian daya serap, dan c. pengujian kuat tekan

Adapun cara untuk menguji kualitas dari batako, a. Pengujian Ukuran dan Tampak Luar

Pemeriksaan terhadap tampak luar dan ukuran dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali terhadap panjang, lebar, tebal, dinyatakan dalam mm. Pemeriksaan tampak luar dilakukan terhadap : bentuk (terdiri dari : bidang datar, kesikuan rusuk-rusuknya, kekuatan rusuk-rusuknya, dan keretakan), berat tiap-tiap batako.

b. Kuat Tekan Batako

Pengertian kuat tekan batako dianalogikan dengan kuat tekan beton.

Mengacu pada pada SK SNI M–14–1989–F tentang pengujian kuat tekan beton.

Yang dimaksud kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu dihasilkan oleh mesin tekan. (Dinas Pekerjaan Umum, 1989: 4)

Menurut Tjokrodimulyo (1996: 60) mengatakan bahwa : ”Kuat tekan beton bertambah sesuai dngan bertambahnya umur beton itu”. Begitu juga untuk batako

(7)

bertambahnya kuat tekan seiring dengan umur tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor air semen dan cara perawatannya.Untuk memperoleh kuat tekan yang tinggi maka diperlukan agregat yang sudah diuji melalui uji agregat sehingga kuat tekannya tidak lebih rendah daripada pastanya.

Kuat tekan batako adalah kekuatan yang dihasilkan dari pengujian tekan oleh mesin uji tekan yang merupakan beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji pecah dibagi dengan ukuran luas nominal batako atau besarnya beban persatuan luas.

Adapun bahan dan alat yang digunakan sebagai berikut 1. Universal Testing material (UPM)

2. Mistar 3. Timbangan 4. Meteran

5. Plat besi 2 buah 6. Batako 3 buah Cara Kerja :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakandan tinggi menggunakan mistar.

2. Mengukur masing-masing batako tersebut dengan ukuran panjang, lebar, 3. Menimbang masing-masing batako

4. Menguji masing-masing batako satu persatu dengan menempatkan batako antara kedua buah plat besi tersebut.

5. Mencatat hasil percobaan

c. Daya Serap Air (absorbsi)

Untuk pengujian penyerapan air, dipakai 3 (tiga) buah benda uji setiap variasi percobaan dalam keadaan utuh dengan peralatan sebagai berikut (SNI 03- 2113-200):

a. Timbangan dengan ketelitian sampai 0,5% dari berat contoh uji.

b. Dapur pengering yang dapat mencapai suhu 105 ± 5 oC.

(8)

Benda uji seutuhnya direndam dalam air bersih yang bersuhu ruangan selama 24 jam. Kemudian benda uji diangkat dari rendaman, dan air sisanya dibiarkan meniris kurang lebih 1 menit, lalu permukaan benda uji diseka dengan kain lembab, agar air yang berlebihan yang masih melekat dibidang permukaan benda uji terserap kain lembab itu. Benda uji kemudian ditimbang (A). Setelah itu benda uji dikeringkan di dalam dapur pengering suhu pada 105 ± 5 °C sampai beratnya pada 2 kali penimbangan tidak berbeda lebih dari 0,2% dari penimbangan yang terdahulu (B). Selisih penimbangan dalam keadaan basah (A) dan dalam keadaan kering (B) adalah jumlah penyerapan air, dan harus dihitung berdasarkan prosen benda uji kering.

E. STANDAR MUTU BATAKO 1. Persyaratan dan Mutu Batako

Berdasarkan PUBI 1982, disebutkan tentang syarat dan mutu batako serta klasifikasinya sebagai bahan bangunan. Dalam penggunaan batako harus memenuhi syarat fisik maupun syarat ukuran standard dan toleransi sebagai berikut.

a. Syarat fisik

Secara fisik batako harus memenuhi syarat sebagaimana dijelaskan dalam Tabel 7.1.

Tabel 7.1. Persyaratan Fisik Batako

Batako Mutu

Kekuatan Tekan Bruto Minimum*)

(Kgf/cm²) Penyerapan

Maksimum (%

Berat) Rata-rata dari

benda uji

Masing-masing benda uji

A1 20 17 -

A2 35 30 -

B1 50 45 35

B2 70 65 25

Sumber: PUBI 1982: 27.

(9)

*) Kuat tekan brutto adalah baban keseluruhan pada waktu benda uji pecah dibagi dengan luas ukuran nominal batako, termasuk luas lubang serta cekung tepi.

b. Syarat ukuran standar dan toleransi

Ukuran batako sebagaimana yang disyarakatkan dalam Standar Industri Indonesia yaitu sebagai berikut (lihat seperti tabel 7.2.

Tabel 7.2. Ukuran Standard dan Toleransi

Jenis

Ukuran Nominal *) ( mm )

Tebal Kelopak (Dinding Rongga)

Minimum (mm)

Panjang Lebar Tebal Luar Dalam

Tipis 400 ± 3 200 ± 3 100 ± 2 20 15

Sedang 400 ± 3 200 ± 3 150 ± 2 20 15

Tebal 400 ± 3 200 ± 3 200 ± 2 25 20

Sumber: PUBI, 1982: 28.

*) Ukuran nominal sama dengan ukuran batako sesungguhnya ditambah 10 mm, tebal adukan.

c. Syarat untuk pandangan luar dan kesikuan rusuk, meliputi:

1) bidang permukaannya harus tidak cacat,

2) bentuk permukaan lain yang didesain diperbolehkan, 3) rusuk-rusuknya siku satu sama lain, dan

4) sudut rusuknya tidak mudah dirapikan dengan kekuatan jari tangan.

F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BATAKO Kelebihan Batako

a. Dinding batako merupakan material yang kedap air, sehingga kemungkinan terjadi rembesan air pada dinding relatif kecil

(10)

b. Pemasangan dinding batako dapat dilakukan dengan cepat c. Rangka beton yang digunakan lebih luas, antara 9-12 cm2

Kekurangan Batako a. Mudah terjadi retak

b. Dinding batako terdapat lubang di dalamnya, sehinngga dinding tersebut akan mudah dilubangi.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh penambahan Styrofoam pada batako pasir putih terhadap kuat tekan Dari hasil pembuatan sampel batako dengan campuran 1 Pc : 4 Pasir, dengan kadar air 1200 ml menunjukkan bahwa

In the current study, the most encouraging results, but also the most surprising, was the high percentage of pharmacists who perceived that having a written policy on feeding infants