• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAYU S P PENGETAHUAN SEBAGAI HASIL NALURI RASA INGIN TAHU

N/A
N/A
BAYU SATRIO PURNOMO

Academic year: 2023

Membagikan "BAYU S P PENGETAHUAN SEBAGAI HASIL NALURI RASA INGIN TAHU"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAYU S P

PENGETAHUAN SEBAGAI HASIL NALURI RASA INGIN TAHU

Ilmu pengetahuan pada dasarnya lahir dan berkembang akibat dari usaha-usaha manusia baik untuk memahami realitas kehidupan dan alam semesta maupun untuk menyelesaikan permasalahan hidup yang dihadapinya, serta mengembangkan dan melestarikan hasil yang sudah di capai oleh manusia sebelumnya.

Ilmu pengetahuan beriringan dengan naluri manusia yang senantiasa ingin tahu akan sesuatu yang baru, menarik, menantang dan mengagumkan membuat manusia selalu bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Ciri itu selalu tampak pada pola kehidupan manusia baik sebagai bangsa primitif maupun modern. Pada hakikatnya moralitas manusia merupakan salah satu sifat utama kehidupan manusia itu sendiri yang tidak bisa puas dan terpaku pada suatu tempat untuk memenuhi kelangsungan hidupnya.

Manusia merupakan salah satu makhluk yang dapat menerima pembelajaran dan dapat menguasai ilmu dan materi yang diajarkan kepadanya, bahkan manusia dapat berperan sebagai penggagas pendidikan dan pembelajaran karena ia memiliki potensi. Pada hakikatnya sebelum dihadirkan di dunia manusia sudah dibekali potensi seperti pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai bekal untuk dikembangkan di kemudian hari agar dapat memperoleh pengetahuan.

Naluri manusia bersandingan dengan akal yang telah diberikan oleh Allah SWT.

dengan akal, membuat manusia selalu ingin tahu tentang segala sesuatu. Untuk memenuhi rasa ingin tahu itu manusia menggunakan jalur pendidikan. Melalui pendidikan manusia memperoleh berbagai ilmu baru dan dapat mengembangkan ilmu tersebut.

Pendidikan menjadi suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mendapatkan ilmu serta dapat mengubah tingkah laku manusia secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Secara kodrati manusia memiliki hasrat untuk mengetahui. Ada yang hasratnya besar sehingga upaya pencarian pengetahuan sangat tinggi dan tidak kenal menyerah. Akan tetapi, ada pula yang hasratnya rendah atau biasa-biasa saja sehingga tidak bermotivasi mencari pengetahuan. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa semua manusia punya keinginan untuk tahu.

Pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia dan bukan sepenuhnya representasi suatu fenomena atau benda, Pengetahuan merupakan hasil konstruksi sosial, dan pengetahuan bersifat tentatif.

(2)

BAYU S P

Pengetahuan dapat berupa pengetahuan empiris dan rasional. Pengetahuan empiris menekankan pada pengalaman indrawi dan pengamatan atas segala fakta tertentu.

Pengetahuan ini disebut juga pengetahuan yang bersifat apesteriori. Adapun pengetahuan rasional, adalah pengetahuan yang didasarkan pada budi pekerti, pengetahuan ini bersifat apiriori yang tidak menekankan pada pengalaman melainkan hanya rasio semata.

Ada beberapa jenis pengetahuan seperti :

1. Pengetahuan biasa disebut sebagai common sense,yaitu pengetahuan atas dasar aktivitas kesadaran (akal sehat) baik dalam menyerap dan memahami suatu objek, serta menyimpulkan atau memutuskan secara langsung atau suatu objek yang diketahui. Common sense merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa harus memerlukan pemikiran yang mendalam sebab dapat diterima keberadaan dan kebenarannya hanya menggunakan akal sehat secara langsung, dan sekaligus dapat diterima semua orang

2. Pengetahuan agama merupakan pengetahuan yang bermuatan dengan hal-hal keyakinan, kepercayaan yang diperoleh melalui wahyu Tuhan. Pengetahuan agama adalah bersifat mutlak dan wajib diikuti oleh para pengikutnya. Sebagian besar nilai kandungan di dalam pengetahuan agama adalah bersifat mistis atau ghaib yang tidak dapat dinalar sederhana melalui akal dan indrawi.

3. Pengetahuan filsafat, merupakan pengetahuan yang bersifat spekulati, diperoleh melalui hasil perenungan yang mendalam. Pengetahuan filsafat menekankan ke universalitasan dan kedalaman kajian atas sesuatu yang menjadi objek kajiannya.

Pengetahuan filsafat dapat ditandai dengan unsur rasionalistis, kritis dan radikal atas refleksi maupun perenungan mendasar segala kenyataan dalam dunia ini. Pengetahuan filsafat merupakan landasan pengetahuan ilmiah, yang menjadi tumpuan dasar untuk berbagai persoalan yang tidak bisa dijawab oleh disiplin ilmu. Filsafat menjadi penjelas yang bersifat substansial dan serta radikal atas berbagai masalah yang dihadapi.

4. Pengetahuan ilmiah, merupakan pengetahuan yang menekankan evidensi, disusun dan secara sistematis, mempunyai metode dan memiliki prosedur. Pengetahuan ilmiah diperoleh dari serngkaian observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Pengetahuan ilmiah disebut juga ilmu atau ilmu pengetahuan (science). Disebut ilmu pengetahuan karena ia memiliki metode. Pengetahuan ilmiah didasarkan pada prinsip empiris dalam arti menekankan pada fakta atau kenyataan yang dapat diverifikasi melalui indrawi.

(3)

BAYU S P

Sumber ilmu pengetahuan merupakan alat atau sesuatu darimana individu memperoleh informasi tentang suatu objek. Karena manusia mendapatkan informasi dari indera dan akal, maka dua alat itulah yang dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, sumber ilmu pengetahuan adalah empirisme (indera) dan rasionalisme (akal).

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yg diketahui manusia. Suatu hal yang menjadi pengetahuan selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui. Dasar-dasar pengetahuan yang dimiliki manusia itu meliputi:

1. Penalaran

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu mengembangkan pengetahuan karena memiliki kemampuan menalar. Manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang indah dan mana yang jelek melalui proses penalaran yang dilakukan. Penalaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan yang merupakan kegiatan berpikir mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang berkaitan dengan berfikir bukan perasaan.

Penalaran sebagai salah satu kegiatan berfikir memiliki ciriciri tertentu yaitu, adanya suatu pola fikir yang bersifat luas dan logis, bersikap analitik dari proses berfikirnya.

2. Logika

Logika didefinisikan sebagai suatu pengkajian untuk berpikir secara benar. Untuk menarik suatu kesimpulan sebenarnya terdapat bermacam-macam cara, namun untuk membuat kesimpulan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang memusatkan diri pada penalaran ilmiah. Cara penarikan kesimpulan itu ada dua cara yaitu:

a) Logika Induktif, yakni merupakan cara berfikir dimana di tarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari suatu kasus yang bersifat individual

b) Logika Dedukti, yakni kegiatan berfikir yang sebaliknya dari logika induktif.

Deduktif adalah cara berfikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

Dalam arti sempit pengetahuan hanya dimiliki makhluk yang bernama manusia.

Memang ada yang berpendapat berdasarkan instingnya, binatang memiliki ‘pengetahuan’.

Misalnya, setiap binatang tahu akan ada bahaya yang mengancam dirinya atau ada makanan yang bisa disantap. Seekor harimau tahu persis apa ada binatang di sekitarnya yang dapat

(4)

BAYU S P

dimangsa. Seekor tikus juga tahu bahwa di sekitarnya ada kucing yang siap menerkam dirinya sehingga berdasarkan instingnya dia segera mencari tempat yang aman. Manusia tidak dapat hidup berdasarkan instingnya saja, walau terkadang ada manusia yang memiliki insting yang kuat. Manusia memiliki pengetahuan yang didasarkan atas insting sangat terbatas. maka ia dapat memperoleh pengetahuan tentang segala hal. Hebatnya lagi, manusia tidak saja mampu memperoleh pengetahuan yang diperlukan dalam hidupnya, tetapi juga mengembangkannya menjadi beraneka ragam pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Aryati, A. (2018). MEMAHAMI MANUSIA MELALUI DIMENSI FILSAFAT (Upaya Memahami Eksistensi Manusia). EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Tafsir Hadis, 7(2), 79. https://doi.org/10.29300/jpkth.v7i2.1602

Hakim, L., & Marzuki, I. (2019). Pendidikan Karakter Rasa Ingin Tahu Melalui Pembelajaran Konstruktif Dalam Kisah Musa Dan Khidir. Jurnal Kajian Islam Dan Pendidikan Tadarus Tarbawy, 1(2), 138–151. https://doi.org/10.31000/jkip.v1i2.2046 Tang, A. (2022). HAKIKAT MANUSIA DAN POTENSI PEDAGOGIK (Tafsir QS. Al-

Nahl: 78). PAIDA: Jurnal Pendidikan Agama Islam UNIMUDA, 1(2), 119–129.

https://unimuda.e-journal.id/paida/article/view/2859

Referensi

Dokumen terkait