Published on: 11 May 2022
Table of Contents
Executive Summary
Intisari & Tactical Asset Allocation Topic of the Month
TheSuperpower’ Monetary Policy Divergence
Global Economic Outlook Indonesia Economic Outlook Currency Outlook
Commodity Snapshot
On Asset Class: Money Market On Asset Class: Fixed Income (USD) On Asset Class: Fixed Income (IDR) On Asset Class: Equity (USD) On Asset Class: Equity (IDR) Economic Calendar
Glossary
3
4
5 7 9 11 12 13 14 16 17 19 20
2
Tactical Asset Allocation
Yield obligasi pemerintah Tiongkok lebih rendah dibandingkan yield US Treasury pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir disebabkan oleh adanya kebijakan moneter The Fed dan PBoC (People’s Bank of China) yang bertolak belakang. Hal ini berdampak pada pelemahan mata uang CNY terhadap USD sehingga secara tidak langsung berpotensi membuat pelemahan mata uang Asia dan negara berkembang lainnya walaupun akan cenderung terbatas.
Kasus COVID-19 secara global terus menunjukkan penurunan. Namun di Tiongkok, kasus COVID-19 masih tetap tinggi walaupun lockdown ketat telah diberlakukan di sejumlah wilayah. Hal ini berpotensi membuat inflasi semakin tinggi secara global dan mendorong negara-negara yang masih menahan suku bunganya untuk menaikkan suku bunga, terkecuali di Tiongkok mengingat pertumbuhan ekonominya diperkirakan melambat akibat lockdown yang ketat. IMF merevisi turun pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2022 dan 2023 akibat perang Rusia-Ukraina, kenaikan inflasi global, pengetatan kebijakan moneter bank sentral global, danlockdowndi Tiongkok.
Di Indonesia, inflasi diperkirakan naik akibat kenaikan harga Pertamax dan Dex, kenaikan PPN ke 11%, dan ekspektasi pemulihan ekonomi yang berlanjut. Neraca dagang terus mencatatkan surplus dalam 23 bulan terturut-turut sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina. Pertumbuhan kredit naik hampir mencapai level pre-pandemi dengan pertumbuhan kredit UMKM naik jauh lebih tinggi dibandingkan level pre-pandemi. Big Data BCA dan Google Mobility Index menunjukkan mobilitas masyarakat terus menguat.
3 Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga acuan di level 3,50%. Likuiditas yang masih sangat berlimpah dan belum tersalurkan secara maksimal, pergerakan IDR yang stabil, inflasi yang terkendali, dan konflik Rusia-Ukraina membuat BI cenderung berhati-hati dalam menaikkan suku bunga.
Pergerakan yield FR 10 tahun cenderung stabil di tengah kenaikan yield obligasi secara global disebabkan oleh skema burden sharing dan dukungan investor domestik yang kuat di SBN. Hal ini membuat yield FR kurang atraktif di mata investor asing.
Money Market – SLIGHTLY UNDERWEIGHT
Fixed Income USD – UNDERWEIGHT
⚫ View bulan sebelumnya Underweight Slightly
Underweight
Slightly
Overweight Overweight Neutral
Executive Summary
Intisari & Tactical Asset Allocation
Equity USD – SLIGHTLY OVERWEIGHT
Rencana pengetatan kebijakan moneter The Fed yang agresif membuat valuasi saham-saham teknologi di negara-negara maju kembali ke angka sebelum pandemi. Sementara valuasi saham-saham teknologi Tiongkok dan Asia Pasifik lebih murah dibandingkan AS.
Fixed Income IDR – UNDERWEIGHT
Yield US Treasury bergerak naik sepanjang April 2022 disebabkan oleh ekspektasi pengetatan kebijakan moneter The Fed yang agresif. Hal ini membuat yield INDON naik mengikuti pergerakan yield US Treasury.
Secara fundamental, IHSG cukup kuat dengan earnings per share pada tahun 2021 sudah lebih tinggi dari level pre-pandemi. Investor asing masih terus membukukan net buy dan lebih tertuju ke saham big cap. Hal ini membuat valuasi saham big capnaik lebih tinggi dari IHSG.
Equity IDR – SLIGHTLY OVERWEIGHT
2.96
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
USGG10YR Index GCNY10YR Index
Topic of the Month
The Superpower’ Monetary Policy Divergence
Untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhiryieldobligasi pemerintah Tiongkok lebih rendah dibandingkanyield US Treasury (Exhibit 1).Hal ini disebabkan oleh kebijakan moneter yang bertolak belakang antara kedua bank sentral yaitu The Fed yang melakukantighteningkarena ekonomi AS sudah sangat kuat dan PBOC yang melakukaneasingkarena ekonomi Tiongkok kembali melambat akibat darizero-COVID policydan prosesdeleveraging. The Fed menyatakan akan mempercepat proses pengetatan moneter dengan membuka kemungkinan untuk menaikkan suku bunga lebih dari 0,25%
per satu pertemuan. Di sisi lain, PBOC malah sudah menurunkan suku bunga acuan untuk pinjaman dan juga giro wajib minimum. Selain itu, perbedaan inflasi yang cukup jauh juga menjadi penyebabnya. Inflasi AS di bulan Maret 2022 melonjak ke angka 8,50% YoY, sedangkan inflasi Tiongkok hanya di kisaran 1,50% YoY.
Hal ini berdampak pada pelemahan mata uang CNY terhadap USD(Exhibit 2).Dalam 10 tahun terakhir pelemahan CNY yang signifikan berakibat pada pelemahan mata uang Asia dan negara berkembang lainnya termasuk Indonesia. Di pertengahan tahun 2015 Tiongkok melakukan devaluasi terhadap mata uangnya yang mengikuti pergerakan mata uang USD yang pada saat itu menguat signifikan karena The Fed akan segera menaikkan suku bunga setelah hampir 8 tahun menjaga suku bunga di 0,25%. Devaluasi dilakukan agar ekspor barang-barang Tiongkok tetap kompetitif di pasar global.
Dari awal tahun sampai bulan September 2015 mata uang CNY melemah sekitar 4,00% terhadap USD, sedangkan mata uang IDR sempat melemah 16,50% dari 12.500 ke 14.500. Di tahun 2018, di mana Donald Trump memulai perang dagang dengan Tiongkok mata uang CNY melemah sebesar 8,50% terhadap USD, sedangkan IDR melemah 14,00% dari awal tahun sampai bulan November 2018.
Kondisi fundamental ekonomi Indonesia sudah jauh lebih kuat dan stabil dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah dan Bank Indonesia sangat berhasil dalam menjaga stabilitas harga dan juga nilai tukar mata uang. Namun, perbedaan arah kebijakan moneter antara AS dan Tiongkok berpotensi membuat mata uang CNY dan negara berkembang lainnya untuk melemah secara terbatas.
4 Sumber: Bloomberg (25 April 2022)
Exhibit 1: US Treasury 10 YR Yield vs China Govt. Bond 10 YR Yield (%)
Exhibit 2: USD/CNY
Sumber: Bloomberg (25 April 2022)
6.56
6.00 6.25 6.50 6.75 7.00 7.25
CNY devaluation
Trade War
7.8% 7.3%
4.0% 7.0% 8.5%
2.6% 1.5%
31.4% 30.7%
14.6%
11.9% 11.2%
8.8% 8.3%
EU Germany India UK US Indonesia China
CPI PPI
Global Economic Outlook
Dampak dari perang Rusia-Ukraina sudah mulai terefleksikan pada kenaikan inflasi dari sisi produsen (PPI) dan bahkan konsumen (CPI) di banyak negara.
Kasus COVID-19 secara rata-rata 7 harian secara global sudah menunjukkan penurunan. Namun, kasus COVID-19 di Tiongkok masih tetap tinggi walaupun pemerintah sudah memberlakukan lockdown di sejumlah daerah sejak Maret 2022.
Data dariOur World in Datamenunjukkan kasus COVID-19 secara global sudah menunjukkan penurunan (Exhibit 3). Banyak negara Eropa sudah mencabut restriksi COVID-19. Negara Inggris dan Belanda bahkan bisa dikatakan sudah kembali ke era pre-pandemi, di mana seluruh aturan restriksi COVID-19 sudah dicabut. Di sisi lain, kasus COVID-19 di Tiongkok masih tetap tinggi walaupun pemerintah Tiongkok sudah memberlakukanlockdowndi sejumlah wilayah sejak Maret 2022. Di Shanghai, pemerintah Tiongkok masih terus memberlakukan lockdown yang ketat (zero-COVID policy) melihat kasus COVID-19 di wilayah tersebut tidak kunjung mereda. Adanyalockdown menyebabkan kemacetan di pelabuhan Shanghai yang cukup parah. Pengiriman barang dari Tiongkok ke AS memakan waktu rata-rata hingga 111 hari dan ke Eropa rata-rata sebesar 118 hari, naik hampir dua kali lipat dibandingkan level pre-pandemi. Mengingat Tiongkok memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap total perdagangan global yaitu sekitar 12,00%, adanya lockdown yang berkepanjangan dapat membuat gangguan supply chain semakin parah dan berimplikasi pada kenaikan inflasi yang semakin tinggi. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga berpotensi tertekan sehingga akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
Dampak perang Rusia-Ukraina sudah mulai terefleksikan pada kenaikan inflasi dari sisi produsen (PPI) di sejumlah negara pada Maret 2022 (Exhibit 4).
Kenaikan PPI di sejumlah negara ini disebabkan oleh kenaikan harga energi yang naik signifikan sejak perang Rusia-Ukraina berlangsung dengan minyak WTI naik +31,01% dan gas alam naik +78,82% secara YTD per 25 April 2022.
PPI di negara Eropa dan Jerman bahkan naik signifikan lebih dari 30,00% YoY pada Maret 2022, keduanya mencetak rekor tertinggi sejak data tercatat. Negara Eropa merupakan net importir gas alam dan sangat bergantung pada impor gas alam dari Rusia. Dengan asumsi perang Rusia-Ukraina masih akan terus berlanjut ke depan, harga energi diperkirakan masih akan tetap tinggi sehingga inflasi dari sisi produsen (PPI) berpotensi masih akan terus melanjutkan kenaikan. Seiring dengan kenaikan PPI, ada potensi kenaikan PPI akan diteruskan ke konsumen sehingga inflasi dari sisi konsumen (CPI) berpotensi naik. Alhasil, inflasi secara global dapat semakin tinggi ke depannya.
Perkembangan Kasus COVID-19 dan Kondisi Ekonomi Global
5 Exhibit 3: 7-Day Average New COVID-19 Cases per Continent
Sumber: Bloomberg (April 2022)
Exhibit 4: Inflation Across Countries (YoY)
Sumber: Our World in Data (25 April 2022) 0
400,000 800,000 1,200,000 1,600,000
Asia North America Europe Africa South America
Mayoritas bank sentral dari negara- negara maju sudah mulai
menaikkan suku bunga, berbanding terbalik dengan Tiongkok di mana bank sentralnya menurunkan suku bunga untuk mendorong perekonomiannya.
Sebagai dampak dari kenaikan inflasi, banyak bank sentral dari berbagai negara maju sudah mulai menaikkan suku bunga seperti AS, Inggris, Kanada, dan Korea Selatan(Exhibit 5).Sementara negara-negara Asia Pasifik banyak yang masih menahan suku bunganya mengingat kenaikan inflasi di negara Asia Pasifik masih cenderung rendah sebesar +2,13% YoY pada Kuartal-I 2022. Walaupun demikian, bank sentral Tiongkok yaitu PBoC (People’s Bank of China) menurunkan suku bunganya (loan prime rate 1 tahun) untuk mendorong pertumbuhan ekonominya sehingga kebijakan moneternya cenderung longgar, bertolak belakang dengan kebanyakan negara yang sudah mulai menaikkan suku bunga. Akan tetapi, seiring dengan ekspektasi inflasi masih akan naik ke depannya, negara-negara yang masih menahan suku bunga kemungkinan besar akan mulai menaikkan suku bunga untuk menekan laju inflasi sehingga diperkirakan kebijakan yang diambil oleh bank sentral secara global akan lebih selaras, terkecuali Tiongkok mengingat pertumbuhan ekonominya diperkirakan melambat akibatlockdownketat yang berkepanjangan.
Perkembangan Kondisi Ekonomi Global
IMF merevisi turun pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2022 dan 2023. Pemulihan ekonomi global diperkirakan terus berlanjut walaupun lebih rendah
dibandingkan proyeksi
sebelumnya akibat perang Rusia- Ukraina, kenaikan inflasi global, pengetatan kebijakan moneter bank sentral global, dan lockdown di Tiongkok.
Perang Rusia-Ukraina yang terus berlanjut, kenaikan harga komoditas yang berujung pada kenaikan inflasi yang semakin tinggi, pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral secara global, serta adanyalockdown di Tiongkok yang berkepanjangan berpotensi berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi volume perdagangan dunia sehingga berimplikasi pada penurunan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi secara global. Hal ini membuat IMF merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2022 menjadi 3,60% YoY dari yang sebelumnya sebesar 4,40% YoY(Exhibit 6).
Selain itu, IMF juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara berkembang turun dari 4,80% ke 3,80% secara YoY, sementara pertumbuhan ekonomi negara maju juga diproyeksikan turun dari 3,90% ke 3,30% secara YoY pada tahun 2022. Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi terlihat lebih signifikan di negara berkembang dibandingkan negara maju mengingat banyak negara berkembang yang ekonominya belum sepenuhnya pulih akibat COVID-19 dibandingkan negara maju. Kenaikan harga pangan yang cukup signifikan akibat adanya perang Rusia-Ukraina juga berpotensi menekan konsumsi negara berkembang mengingat kontribusi makanan terhadap CPI di negara berkembang berada di kisaran 15-40%. Di tengah ketidakpastian pasar keuangan global akibat ekspektasi pengetatan kebijakan moneter The Fed yang agresif, perang Rusia-Ukraina, serta ekspektasi pemulihan ekonomi yang berlanjut walaupun cenderung tertahan, hal ini dapat membuat terbatasnya prospek aliran modal asing ke negara berkembang.
Exhibit 5: Interest Rate Across Countries (%)
Sumber: Bloomberg (April 2022)
6 Exhibit 6: IMF Global Real GDP Forecast (%)
Sumber: IMF (April 2022) 0.5 0.8 1.0 1.5
0.1 -0.1
3.5 4.0 4.0 3.7
Dec-21 Apr-22
3.4 3.2 3.8 3.6 2.9
-3.0 6.1
3.6 3.6 4,4 3,8
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 F 2023 F Annual GDP YoY April 2022 Estimate
44.36
30.85
-60.00 -40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00
-2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00
Jan-20 Mar-20 May-20 Jul-20 Sep-20 Nov-20 Jan-21 Mar-21 May-21 Jul-21 Sep-21 Nov-21 Jan-22 Mar-22
Trade Balance (L) Export (R) Import (R) Inflasi di Indonesia tercatat naik
pada Maret 2022, hampir menyentuh rata-rata 5 tahun terakhir.
Pada Maret 2022, inflasi di Indonesia tercatat naik +2,64% YoY dan hampir menyentuh rata-rata 5 tahun terakhir sebesar +2,71% YoY (Exhibit 7).
Sepanjang 5 tahun terakhir, inflasi Indonesia memang cenderung rendah disebabkan oleh usaha pemerintah untuk menekan harga energi dengan memberikan subsidi energi. Akan tetapi, seiring dengan pemulihan ekonomi Indonesia yang diekspektasi terus menguat ke depan, kenaikan PPN ke 11,00%, dan kenaikan harga Pertamax dan Dex sebagai dampak kenaikan harga minyak global, inflasi berpotensi akan semakin tinggi ke depan.
Pada tahun 2022, defisit fiskal masih diperbolehkan di atas 3,00% terhadap PDB sehingga ruang pemerintah untuk memberikan bantuan sosial dan subsidi energi masih cukup lebar. Inflasi pun juga bisa dikatakan cenderung terjaga karena pemberian subsidi energi seperti BBM, minyak goreng, dan tarif dasar listrik.
Akan tetapi, pemerintah memiliki aturan untuk menjaga defisit fiskal di bawah 3,00% terhadap PDB pada tahun 2023. Untuk mengurangi defisit fiskal dan beban APBN, pemberian subsidi berpotensi akan dikurangi secara gradual oleh pemerintah sehingga ke depan ada potensi inflasi juga secara gradual akan terus meningkat, apalagi jika tarif dasar listrik, Elpigi 3 KG, dan Pertalite naik. Tim Ekonom BCA memperkirakan kenaikan harga tarif dasar listrik, Elpigi 3 KG, solar, dan Pertalite berpotensi membuat inflasi naik minimal ke angka 4,00%.
Pada Maret 2022, neraca dagang Indonesia terus mencatatkan surplus sebesar USD 4,53 Miliar yang merupakan surplus tertinggi sejak Oktober 2021(Exhibit 8). Tingginya surplus dibandingkan bulan sebelumnya didorong oleh kenaikan harga komoditas akibat perang Rusia-Ukraina. Adanya larangan ekspor batu bara di Uni Eropa terhadap Rusia secara tidak langsung menguntungkan Indonesia sebagai negara eksportir batu bara. Namun pemerintah memberlakukan larangan ekspor CPO dan produk olahan minyak sawit bernilai tinggi efektif dari 28 April 2022 hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Tujuannya agar dapat menjaga ketersediaan pasokan CPO di tengah kenaikan harga secara global. Batu bara dan CPO merupakan salah satu ekspor terbesar Indonesia dengan batu bara berkontribusi 13,60% dan CPO berkontribusi 12,30% terhadap total ekspor pada tahun 2021. Dengan adanya larangan ekspor diperkirakan surplus neraca dagang akan lebih rendah ke depannya. Apabila kebijakan ini terus berlanjut, IDR berpotensi melemah terhadap USD walaupun pelemahannya akan cenderung terbatas.
Indonesia Economic Outlook
Perkembangan Kondisi Ekonomi Indonesia
7 Neraca dagang Indonesia terus
mencatatkan surplus 23 bulan berturut-turut sebagai dampak dari kenaikan harga komoditas.
Exhibit 7: Inflasi Indonesia (YoY)
Sumber: Bloomberg (April 2022)
Exhibit 8: Neraca Perdagangan Indonesia
Sumber: Bloomberg (April 2022)
USD Bn %
2.64%
2.71%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
Jan-16 Jun-16 Nov-16 Apr-17 Sep-17 Feb-18 Jul-18 Dec-18 May-19 Oct-19 Mar-20 Aug-20 Jan-21 Jun-21 Nov-21
Inflation Average 5 YR
Big Data BCA menunjukkan bahwa transaksi bisnis (Intrabiz) dan transaksi belanja (Intrabel) terus menunjukkan penguatan(Exhibit 10). Penguatan dari sisi transaksi bisnis disebabkan oleh kenaikan harga komoditas yang turut mendorong penguatan aktivitas bisnis. Selain itu, penguatan dari sisi transaksi belanja disebabkan oleh menguatnya konsumsi masyarakat menjelang perayaan Idul Fitri. Sementara Google Mobility Index secara keseluruhan menunjukkan aktivitas ritel, perkantoran, dan transit yang terus membaik walaupun terdapat pelemahan yang terbatas di aktivitas ritel. Terlihat pola konsumsi dan belanja masyarakat memang sudah beralih dari belanja offline keonlinesejak adanya pandemi COVID-19.Per 22 April 2022, transaksionlinenaik +120,61% (kenaikan tertinggi sejak pandemi COVID-19) dan transaksi offline turun -2,04%
dibandingkan level pre-pandemi. Kasus COVID-19 yang sudah jauh mereda di Indonesia dan PPKM yang longgar membuat aktivitas masyarakat terus menguat dan menciptakanpent-up demand. Ditambah lagi dengan adanya Hari Raya Idul Fitri, konsumsi masyarakat berpotensi semakin menguat sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal-II 2022.
8 Pertumbuhan kredit naik hampir
mencapai level pre-pandemi sementara pertumbuhan kredit UMKM naik jauh lebih tinggi dibandingkan level pre-pandemi.
Pandemi COVID-19 yang mereda dan menguatnya pertumbuhan kredit berpotensi mendorong ekonomi Indonesia semakin kuat ke depan.
Pada Maret 2022, pertumbuhan kredit naik +14,98% YoY, lebih tinggi dari level pre-pandemi sementara pertumbuhan kredit naik +6,65% YoY (Exhibit 9).
Kenaikan pertumbuhan kredit UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang signifikan ini didorong oleh konsumsi masyarakat yang semakin menguat dan adanya kebijakan Bank Indonesia terutama kebijakan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM). RPIM merupakan rasio yang menggambarkan penyaluran pembiayaan atau penyediaan dana dari Bank Umum untuk UMKM.
Kebijakan ini mewajibkan pemenuhan RPIM dilakukan secara bertahap dari tahun 2022 hingga 2024. Alhasil, hal ini turut mendorong penyaluran kredit untuk UMKM. Selain itu, pertumbuhan kredit yang naik +6,65% YoY pada Maret 2022 sudah mencapai target kredit BI di rentang 6,00%-8,00%, menunjukkan kredit sudah mulai tersalurkan dengan baik. UMKM berkontribusi cukup signifikan terhadap PDB Indonesia yaitu sebesar 61,97% pada tahun 2021. Seiring dengan pandemi COVID-19 di Indonesia yang sudah jauh mereda, menguatnya pertumbuhan kredit secara keseluruhan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin kuat ke depannya.
Aktivitas Ekonomi Indonesia Terus Menguat
Big Data BCA menunjukkan transaksi bisnis (Intrabiz) dan transaksi belanja (Intrabel) terus menguat sementara Google Mobility Index menunjukkan aktivitas ritel, perkantoran, dan transit yang terus membaik.
Exhibit 9: Pertumbuhan Kredit dan Kredit UMKM (YoY)
Sumber: Bank Indonesia (April 2022)
Exhibit 10: BCA Big Data & Google Mobility Index (%)
Sumber: Google Mobility Index, Tim Ekonom BCA (22 April 2022)
14.98%
6.65%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
UMKM Loan Growth
31.55 44.82
4.27 -17.94 6.95
-80.00 -60.00 -40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00
Intrabiz Intrabel Retail Transit Workplaces
DXY diekspektasi bergerak pada rentang 98,30-104,80 hingga akhir Juli 2022.
Pergerakan DXY mendapatkan pengaruh dari: 1) Data ekonomi AS bulan Maret 2022 mendukung The Fed untuk lebih agresif dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter di mana tingkat pengangguran turun ke level 3,60% (vs.
3,80% Feb 2022), PMI Manufaktur bertahan di level 58,80 (vs. 58,50 Feb 2022), dan penjualan ritel naik ke 0,50% MoM (vs. 0,80% MoM Feb 2022); 2) Inflasi AS terus melonjak dan berada di level 8,50% YoY per Maret 2022. Namun, inflasi inti turun dan lebih rendah dibandingkan ekspektasi. Hal ini menimbulkan harapan bahwa inflasi hampir mencapai puncaknya sehingga pelaku pasar kembali menimbang keagresifan The Fed dalam menaikkan suku bunga; 3) USD masih ditopang oleh permintaan akansafe haven assetdi tengah konflik Rusia-Ukraina dan prospek pengetatan kebijakan moneter The Fed yang lebih agresif. Pasar memperhitungkan kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga 0,50% di FOMC Mei dan Juni 2022 namun masih memperhitungkan kemungkinan pengurangan aset (balance sheet).
Beberapa faktor yang mendorong pergerakan EUR/USD: 1) Data ekonomi Eropa di bulan Maret 2022 mengindikasikan perekonomian yang belum stabil di mana tingkat pengangguran bertahan di level 6,80% (vs. 6,90% Feb 2022), PMI Manufaktur turun ke 56,50 (vs. 57,00 Feb 2022), dan penjualan ritel stagnan di 0,30% MoM (vs. 0,20% MoM Feb 2022); 2) Inflasi di kawasan Eropa dan ketergantungansupply energi dari negara-negara Eropa ke Rusia diperkirakan akan membebani perekonomian Zona Eropa. European Union (EU) kemungkinan akan mengembargo impor minyak Rusia secara bertahap; 3) Dalam pertemuan terakhirnya di bulan April 2022, ECB mempertahankan suku bunga acuan di level 0,00% dan memberikan konfirmasi akan mengakhiri program stimulus pembelian obligasi di kuartal-III 2022. Lagarde menyatakan belum adatimelinepasti kapa ECB akan menaikkan suku bunga.
Katalis yang mempengaruhi pergerakan GBP/USD antara lain: 1) Data ekonomi Inggris bulan Maret 2022 mengindikasikan perekonomian yang stagnan di mana PMI Manufaktur bertahan di level 55,20 (vs. 55,50 Feb 2022) dan tingkat pengangguran 3 bulan bertahan di 3,80% (vs. 3,90% Feb 2022); 2) Lonjakan inflasi dan konflik Rusia-Ukraina yang terus berlanjut menahan pertumbuhan ekonomi Inggris; 3) Di pertemuan bulan Mei 2022, BoE diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps ke level 1,00%. Pasar melihat suku bunga dapat menyentuh level 2,00%-2,25% di akhir tahun 2022.
Pergerakan AUD/USD hingga akhir Juli 2022 dipengaruhi oleh: 1) Rilis data ekonomi Australia yang menunjukkan ekonomi relatif stagnan di mana penjualan ritel Februari 2022 ada di level 1,80% MoM (vs. 1,60% MoM Jan 2022), neraca perdagangan Februari 2022 turun ke AUD 7,48 miliar (vs. AUD 11,79 miliar Jan 2022), dan tingkat pengangguran Maret 2022 bertahan di level 4,00% (vs. 4,00%
Feb 2022); 2) Pergerakan AUD masih ditopang oleh harga komoditas yang tinggi.
Akan tetapi, kondisi ekonomi Tiongkok yang baru mulai keluar dari COVID-19 masih menekan perekonomian Australia; 3) Dalam pertemuan terakhirnya di bulan April 2022, RBA mempertahankan suku bunga di level 0,10%. Namun, ada indikasi RBA akan menaikkan suku bunga sehingga pelaku pasar memperhitungkan suku bunga naik di bulan Juni 2022.
Currency Outlook
EUR/USD diekspektasi bergerak pada rentang 1,0420-1,1100 hingga akhir Juli 2022.
GBP/USD diekspektasi bergerak pada rentang 1,2100-1,2700 hingga Juli 2022.
AUD/USD diekspektasi bergerak pada rentang 0,6950-0,7500 hingga Juli 2022.
9
JPY bergerak didorong oleh beberapa faktor di antaranya: 1) Data ekonomi Jepang menunjukkan kondisi yang lebih baik di mana tingkat pengangguran Februari 2022 ada di level 2,70% (vs. 2,80% Jan 2022), PMI Manufaktur Maret 2022 naik ke 54,10 (vs. 53,20 Feb 2022), danbalance of paymentFebruari 2022 ada di JPY 1,65 triliun (vs. JPY 1,20 triliun Jan 2022); 2) JPY tertekan seiring dengan lonjakan harga komoditas energi dan defisit neraca perdagangan bulan Maret 2022 sebesar JPY 412 miliar; 3) BoJ masih berpandangan bahwa pelemahan JPY bermanfaat bagi perekonomian Jepang dan mengindikasikan intervensi yang sangat terbatas. Pelaku pasar berfokus pada kesenjangan kebijakan antara BoJ dan The Fed di mana BoJ masih menerapkan kebijakan yang sangat longgar dengan menjagayield JGB 10 tahun di level maksimum 0,25%. BoJ membeli JGB dalam jumlah yang tidak terbatas denganfixed yield.
Beberapa faktor yang mendorong pergerakan CNH antara lain: 1) Data ekonomi Tiongkok bulan Maret 2022 menunjukkan kondisi yang belumsoliddi mana PMI Manufaktur turun ke 48,10 (vs. 50,40 Feb 2022), penjualan ritel turun ke -3,50%
YoY (vs. 1,70% YoY Feb 2022), dan neraca perdagangan naik ke USD 47,38 miliar (vs. USD 30,58 miliar Feb 2022); 2) Tiongkok tertekan dari COVID-19 dan tingginya harga-harga komoditas; 3) Pemerintah Tiongkok dan PBoC masih berkomitmen untuk menerapkan kebijakan longgar untuk mendukung pemulihan ekonomi Tiongkok. Namun, pelonggaran kebijakan PBoC akhir-akhir ini diragukan dapat mendorong pemulihan ekonomi Tiongkok.
Katalis yang menyebabkan pergerakan IDR terdiri dari: 1) Data ekonomi Indonesia bulan Maret 2022 menunjukkan ekonomi yang relatif baik di mana PMI Manufaktur ada di level 51,30 (vs. 51,20 Feb 2022), cadangan devisa ada di USD 139,10 miliar (vs. 141,10 miliar Feb 2022), dan surplus neraca dagang naik ke USD 4,50 miliar (vs. USD 3,82 miliar Feb 2022); 2) IDR masih ditopang oleh inflow ke IHSG dan harga komoditas yang tinggi. Namun, IDR tertekan oleh penguatan USD seiring dengan perkiraan pengetatan kebijakan moneter The Fed yang lebih agresif danrisk offakibat perang Rusia-Ukraina; 3) Inflasi Indonesia di bulan Maret 2022 naik dari 2,06% YoY ke 2,64% YoY. BI masih optimis inflasi dapat terjaga di rentang tersebut walaupun ada tekanan dari perayaan Idul Fitri dan wacana kenaikan harga-harga energi (BBM Pertalite, solar, listrik, dan Elpiji 3 KG). Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir, BI mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50% dan melihat bahwa balance of payment masih surplus di tahun 2022 sementara current account deficit menyempit karena kenaikan harga komoditas; 4) BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 4,75%-5,50% ke 4,50%-5,30%. BI masih akan terus mempertahankan suku bunga di level 3,50% hingga ada indikasi kenaikan inflasi yang lebih fundamental.
USD/CNH diekspektasi bergerak pada rentang 6,4500-6,8000 hingga Juli 2022
10 USD/IDR diekspektasi bergerak
pada rentang 14.280-14.620 hingga Juli 2022.
USD/JPY diekspektasi bergerak pada rentang 127,00-134,00 hingga Juli 2022.
Minyak WTI. Di perdagangan 25 April 2022, harga minyak ditutup pada level USD 98,54 per barel atau naik +31,01% secara YTD(Exhibit 11). Level tersebut tergolong tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun di USD 58,79 per barel. Harga minyak bertahan di level yang cukup tinggi namun tidak mengalami kenaikan lebih lanjut karena adanya potensi penurunan demand. Potensi penurunan tersebut datang dari IMF yang merevisi turun proyeksi ekonomi global dari 4,40% ke 3,60% untuk tahun 2022 serta Tiongkok yang masih kesulitan untuk mengatasi kenaikan kasus COVID-19 dalam negeri sehingga terus menerapkan lockdown di Shanghai, Wu Hu, Kunshan, dan Suzhou. Aktivitas ekonomi yang menurun membuat permintaan minyak sebagai bahan bakar dan bahan baku produksi menjadi lebih rendah.
Sementara dari sisi supply, produksi dan ketersediaan minyak masih cukup terbatas melihat OPEC dan OPEC+ hanya menambah produksi minyak dari 400.000 barel per hari menjadi 432.000 barel per hari di bulan Mei 2022, Amerika Serikat dan Uni Eropa masih menerapkan sanksi larangan impor (embargo) minyak kepada Rusia, dan ditutupnya salah satu tempat pengolahan minyak terbesar di Libya (Sharara) yang dapat memproduksi minyak sebesar 450.000 barel per hari.
Commodity Snapshot
Harga minyak WTI berada di level yang tinggi namun tidak
melanjutkan kenaikan karena adanya potensi penurunan demand di tengah supply yang tetap terbatas.
11 Sumber: Bloomberg (25 April 2022)
Exhibit 11: Pergerakan Harga Minyak WTI Exhibit 12: Pergerakan Harga Gas Alam
Gas Alam. Di perdagangan 25 April 2022, harga gas alam ditutup pada level USD 6,67 per mmbtu atau naik +78,82% secara YTD(Exhibit 12). Level tersebut mendekati level tertinggi dalam 13 tahun terakhir dan berada jauh di atas rata- rata 5 tahunnya pada level USD 3,01 per mmbtu. Kenaikan harga gas alam disebabkan oleh demand yang tinggi terutama dari negara-negara Eropa di tengah supply yang terbatas. Gas alam merupakan salah satu bahan bakar penghasil listrik. Permintaan untuk listrik dan pemanas meningkat di Eropa dan negara barat karena musim semi yang diproyeksi lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, di tengahdemandyang tinggi,supplysangat terbatas.
Karena penyerangan Rusia ke Ukraina, distribusi gas dari RusiaviaUkraina turun sangat jauh sementara distribusi gas dari RusiaviaNorwegia juga turun 10,00%
dibandingkan bulan Maret 2022 karena adanya maintenance.Di sisi lain, Rusia menahan distribusi gas dan mengharuskan seluruh negara membayar pembelian gas dalam Rubel. Hal tersebut masih menjadi perundingan karena dianggap melanggar sanksi yang diberikan ke Rusia.
Harga gas alam naik mendekati level tertinggi dalam 13 tahun terakhir karena permintaan semakin tinggi di tengah supply yang terbatas.
USD/barel USD/mmbtu
Sumber: Bloomberg (25 April 2022) 98.54
40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00
Jan-21 Feb-21 Mar-21 Apr-21 May-21 Jun-21 Jul-21 Aug-21 Sep-21 Oct-21 Nov-21 Dec-21 Jan-22 Feb-22 Mar-22 Apr-22
6.67
2.00 4.00 6.00 8.00 10.00
Jan-21 Feb-21 Mar-21 Apr-21 May-21 Jun-21 Jul-21 Aug-21 Sep-21 Oct-21 Nov-21 Dec-21 Jan-22 Feb-22 Mar-22 Apr-22
Hingga April 2022, BI mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50%.
Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI tanggal 19 April 2022, suku bunga acuan BI 7days reverse repo rate(BI7DRRR) di tahan pada level 3,50% untuk yang keempat belas kalinya. Walaupun suku bunga masih belum dinaikkan, BI sudah mulai melakukan normalisasi kebijakan moneter dengan meningkatkan ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) dari 3,50% ke 5,00% pada bulan Maret 2022. Kenaikan GWM menjadi langkah normalisasi yang dipilih oleh BI karena belum ada tekanan yang terlalu signifikan untuk menaikkan suku bunga.
Likuiditas masih sangat berlimpah dan belum tersalurkan dengan maksimal, pergerakan IDR stabil, inflasi terkendali, dan konflik Rusia-Ukraina dikhawatirkan memiliki dampak yang lebih panjang untuk pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia membuat BI lebih berhati-hati untuk menaikkan suku bunga. BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,75%-5,50% ke 4,50%-5,30%.
Walaupun saat ini tekanan untuk menaikkan suku bunga cenderung rendah, Tim Ekonom BCA melihat BI dapat menaikkan suku bunga setidaknya 2 kali di Semester-II 2022. Faktor yang dapat mendorong kenaikan tersebut adalah The Fed yang lebih agresif dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter dan ekspektasi inflasi Indonesia yang lebih tinggi. Hingga 25 April 2022, pasarpricing in10 kali kenaikan suku bunga The Fed ke 3,00% di akhir 2022. Jika BI tidak ikut menaikkan suku bunga, selisih antara suku bunga BI dan The Fed akan semakin menipis sehingga menurunkan stabilitas IDR. Oleh karena itu, BI harus ikut menaikkan suku bunga untuk menjaga selisih suku bunga tersebut(Exhibit 13).
Selain itu, inflasi Indonesia diperkirakan akan mulai naik seiring dengan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), BBM Pertamax dan Dex serta rencana pemerintah untuk menyesuaikan harga-harga energi yang terdiri dari BBM Pertalite, Solar, listrik, dan Elpiji 3 KG setelah hari raya Idul Fitri.
Dengan suku bunga yang terus dipertahankan rendah hingga April 2022, imbal hasil di pasar uang yang digambarkan oleh rata-rata bunga deposito IDR 12 bulan terus mengalami penurunan. Per 25 April 2022, bunga deposito ada di level 3,26%. Level tersebut merupakan level terendah sepanjang masa dan sangat jauh dari rata-rata 22 tahun di 7,47% (Exhibit 14). Berdasarkan data historis, ketika BI menaikkan suku bunga acuan BI7DRRR, butuh waktu yang lebih lama untuk bunga deposito naik. Implikasinya, imbal hasil di pasar uang masih akan tetap rendah dalam beberapa waktu ke depan karena melimpahnya likuiditas di sistem perbankan.
Faktor risiko:pelemahan ekonomi global dan Indonesia lebih hebat daripada ekspektasi sehingga suku bunga harus ditahan rendah dalam waktu yang lebih lama. Imbal hasil pasar uang akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk naik.
Money Market
SLIGHTLY UNDERWEIGHT (no change)
12 Exhibit 13: Fed Fund Rate vs BI 7DRR (%)
Sumber: Bank Indonesia (April 2022)
Exhibit 14: Rata-Rata Deposito 12 Bulan IDR (%)
Sumber: Bloomberg (April 2022)
Tekanan BI untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi ke depannya karena The Fed diestimasi lebih agresif dalam melakukan
pengetatan kebijakan moneter dan ekspektasi inflasi Indonesia yang lebih tinggi.
Imbal hasil di pasar uang yang digambarkan oleh rata-rata bunga deposito IDR 12 bulan menyentuh titik terendah sepanjang masa.
3.50
0.50
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
Apr-17 Aug-17 Dec-17 Apr-18 Aug-18 Dec-18 Apr-19 Aug-19 Dec-19 Apr-20 Aug-20 Dec-20 Apr-21 Aug-21 Dec-21
Spread BI rate Fed Fund Rate
3.26 7.47
2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00
2000 2001 2002 2004 2005 2007 2008 2009 2011 2012 2014 2015 2017 2018 2019 2021
Avg 12 Mo Deposit Rate Mean
Yield UST naik ke level 2,82% di perdagangan 25 April 2022. Inflasi yang tinggi membuat pelaku pasar berspekulasi The Fed dapat melakukan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif. Yield diperkirakan masih dapat naik ke depannya.
Di perdagangan 25 April 2022,yield US Treasury(UST) 10 tahun ditutup pada level 2,82% atau naik 131 bps secara YTD. YieldUST bergerak sangat volatil pada rentang 2,38%-2,94% selama April 2022. KenaikanyieldUST disebabkan oleh inflasi (CPI) AS yang terus naik dan menyentuh level tertinggi dalam 40 tahun terakhir di 8,50% YoY pada Maret 2022. Inflasi yang terus naik membuat pelaku pasar berspekulasi The Fed dapat lebih agresif dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter. Spekulasi tersebut diperkuat dengan pernyataan beberapa pejabat The Fed serta risalah rapat FOMC Maret 2022 yang mengindikasikan The Fed dapat menaikkan suku bunga lebih dari 25 bps di setiap pertemuan dan akan melakukan pengurangan aset (balance sheet) sebesar USD 95 miliar per bulan dimulai dari Mei 2022. Hingga 25 April 2022, pasar memperhitungkan 96% kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga ke 1,00% di bulan Mei 2022, 84% kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga ke 1,75% di Juni 2022, dan 82% kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga ke 2,25% di Juli 2022 (Exhibit 15). Melihat data historis paska Global Financial Crisis(GFC) 2008, ketika The Fed menaikkan suku bunga dari 0,25% ke 2,25%
dan melakukan pengurangan aset, yieldUST naik ke rentang 3,00%. Dengan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif dibandingkan GFC 2008,yield dapat bergerak naik lebih tinggi dari level tersebut. Tim Tresuri BCA mengestimasiyieldUST bergerak pada rentang 2,80%-3,40% hingga Juli 2022.
Di perdagangan 25 April 2022, yield INDON juga naik dan menyentuh level 3,90% atau naik 173 bps secara YTD. Selama bulan April 2022, yieldINDON bergerak dalam rentang 3,17%-3,90%. Kenaikanyielddisebabkan oleh kenaikan yield UST dan dinamika credit default swap (CDS) 5 tahun Indonesia yang menyentuh 99 bps. Selain itu, secara valuasi, yield spreadantara INDON dan UST berada di level 1,08%. Level tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata 5 tahun di level 1,28%(Exhibit 16).Dengan ekspektasiyield spreadyang kembali ke rata-rata 5 tahunnya serta kenaikan yield UST ke depannya, yield INDON masih dapat bergerak naik. Tim Tresuri BCA mengestimasiyieldINDON bergerak pada rentang 4,00%-4,60% hingga akhir Juli 2022.
Faktor risiko:inflasi terus naik dan memberikan tekanan pada The Fed untuk semakin agresif dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter.
Fixed Income (USD)
Foreign Currency (INDON) – UNDERWEIGHT (change from SLIGHTLY UNDERWEIGHT)
13 Yield INDON naik mengikuti
kenaikan yield UST dan dinamika CDS 5YR Indonesia. Dengan yield UST yang diprediksi masih dapat naik ke depannya, besar kemungkinan yield INDON ikut naik.
Exhibit 15: Ekspektasi Pasar Untuk Suku Bunga The Fed (Mei - Juli 2022)
Sumber: CME Group (25 April 2022)
Exhibit 16: Pergerakan dan Selisih Yield INDON 10YR dan UST 10YR
Sumber: Bloomberg (25 April 2022) 0.50%
1.00%
1.75%
2.25%
Apr-22 May-22 Jun-22 Jul-22
2x
5x
7x
2.82 3.90
0.00 2.00 4.00 6.00
Apr-17 Apr-18 Apr-19 Apr-20 Apr-21 Apr-22 Yield Spread UST 10YR Yield INDON 10YR Yield
1,08 Kenaikan dihitung dari April 2022
Di perdagangan 25 April 2022,yieldFR 10 tahun ditutup pada level 7,02% atau naik sebesar 66 bps secara YTD. Selama bulan April 2022,yieldFR bergerak di rentang 6,74%-7,04%. PergerakanyieldFR cenderung stabil jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya baik di developed market (DM) maupun di emerging market(EM)(Exhibit 17).Secara historis,yieldFR tidak pernah naik lebih sedikit dibandingkan yield UST dan INDON. Hal ini membuat yield FR menjadiovervalueddan kurang atraktif di mata investor asing.
Pergerakan yieldyang stabil disebabkan oleh kondisi makroekonomi Indonesia yang kuat sehingga membuat pergerakan IDR sangat stabil di rentang 14.253- 14.458 selama tahun 2022 serta dukungan dari investor domestik yang masih mendominasi. Likuiditas yang sangat berlimpah di bank umum memperbesar ruang untuk bank umum berinvestasi di SBN. Selain itu, BI juga masih berada dalam skemaburden sharingdengan kementerian keuangan hingga akhir tahun 2022 serta terus berperan sebagai standby buyer baik di lelang utama, lelang tambahan, dan private placement. Akan tetapi, volatilitas dan kenaikan yield dapat mulai lebih terlihat apabila likuiditas di sistem perbankan menurun seiring dengan kredit yang tersalurkan, BI berhentiburden sharingdengan Kementerian Keuangan, suku bunga acuan BI7DRRR naik, dan inflasi naik ke depannya. Tim Tresuri BCA mengestimasiyieldFR dapat bergerak pada rentang 7,00%-7,50%
hingga akhir Juli 2022.
Jika dilihat dari kurva imbal hasil per tanggal 25 April 2022 dibandingkan dengan 25 Maret 2022, kenaikanyieldterlihat di seluruh tenor. Akan tetapi,yielddi tenor- tenor pendek naik lebih tinggi dibandingkan dengan tenor-tenor panjang (bear flattening)(Exhibit 18).Hal ini disebabkan oleh ekspektasi kenaikan suku bunga sehingga membuatyieldtenor pendek bereaksi lebih dahulu dibandingkan tenor panjang. Selain itu, pergerakan yield di tenor panjang stabil karena ada permintaan dari investor dengan kebutuhan investasi jangka panjang seperti dana pensiun dan asuransi. Namun, yield di tenor panjang diperkirakan akan mengikuti kenaikan yield di tenor pendek seiring dengan investor yang memanfaatkan kesempatan di tengah kenaikanyieldtenor pendek (mekanisme demand-supply) serta ekspektasi kenaikan inflasi yang dapat berakibat pada penurunan harga yang lebih besar di tenor panjang.
Fixed Income (IDR)
Local Currency (FR/Indonesia Government IDR Bonds) – UNDERWEIGHT (change from SLIGHTLY UNDERWEIGHT)
14 Pergerakan yield FR 10 tahun
cenderung stabil jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan membuat yield FR kurang atraktif di mata investor asing.
Exhibit 17: DM & EM Bond Yield Movement (bps, YTD 20 Apr 2022)
Sumber: Bloomberg (25 April 2022)
Dari kurva imbal hasil, kenaikan yield secara konsisten terlihat di seluruh tenor. Yield tenor pendek naik lebih banyak dibandingkan yield tenor panjang. Namun ke depannya yield tenor panjang diperkirakan mulai akan ikut naik.
Exhibit 18: Pergerakan Kurva Imbal Hasil FR (bps, 25 Apr 2022 vs 25 Mar 2022)
Sumber: Bloomberg (25 April 2022)
57 66 84 86 102
131 131 149 150 172
India ID (FR)
Thailand Inggris Jerman Meksiko AS Brasil Australia ID (INDON)
61 54
73
35 38
13 7 6
1Y 3Y 5Y 10Y 15Y 20Y 25Y 30Y
15 masih cenderung rendah. Selain karena menunggu arahan lebih lanjut dari kebijakan moneter The Fed, investor asing melihat inflasi Indonesia belum terefleksikan sepenuhnya dalam yield serta valuasi yang kurang menarik.
Walaupun Indonesia memilikireal yieldyang sangat atraktif, ekspektasi kenaikan inflasi ke depannya dikhawatirkan dapat membawa volatilitas pada pergerakan yield.Selain itu, jika dilihat dari segi valuasi,yield spreadFR 10 tahun dan UST 10 tahun menyentuh level yang cukup rendah di 4,22%. Level tersebut cukup jauh berada di bawah rata-rata 5 tahun pada level 5,08% (Exhibit 19). Yield spreadyang rendah membuat FR semakin tidak menarik dimata investor global.
Hingga 25 April 2022, investor asingoutflowdi pasar obligasi Indonesia sebesar IDR 42,16 triliun YTD. Secara kumulatif dari Januari 2021 hingga 25 April 2022, jumlahoutflowtelah mencapai IDR 112,56 triliun(Exhibit 20). Outflowyang terus menerus terjadi membuat kepemilikan investor asing turun ke 17,00%.
Faktor risiko:1) Inflasi terus naik dan memberikan tekanan pada The Fed untuk semakin agresif dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter; 2) Kenaikan inflasi Indonesia; 3) Berkurangnya dukungan investor domestik di pasar obligasi Indonesia; 4) Investor asing menundainflowlebih lama.
ke pasar obligasi Indonesia.
Hingga 25 April 2022, tercatat outflow sebesar IDR 42,16 triliun YTD.
Exhibit 19: Yield Spread FR 10YR & UST 10YR (%)
Sumber: Bloomberg (25 April 2022)
Exhibit 20: Foreign Flow (IDR Tn)
Sumber: Bloomberg (25 April 2022)
4.22
3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00
Apr-17 Jul-17 Oct-17 Jan-18 Apr-18 Jul-18 Oct-18 Jan-19 Apr-19 Jul-19 Oct-19 Jan-20 Apr-20 Jul-20 Oct-20 Jan-21 Apr-21 Jul-21 Oct-21 Jan-22 Apr-22
Spread Mean +1 STD -1 STD
(3.75) (112.56)
-150.00 -100.00 -50.00 0.00 50.00
Monthly Flow Cummulative Flow
122 78 58 -10 -60 -100.00
-50.00 0.00 50.00 100.00 150.00
Apple Microsoft Amazon Tencent Alibaba
Ant Financial IPO cancelled
China tech’s regulatory crackdown Valuasi saham-saham teknologi di
negara-negara maju sudah kembali ke angka sebelum pandemi COVID- 19.
Setelah mengalami penurunan sekitar 20,00% di kuartal pertama di 2022, indeks MSCI World IT yang berisikan saham-saham teknologi di 23 negara maju sempat mengalami kenaikan sebesar 16,00% sebelum kembali turun di kisaran 13,00%
di sepanjang bulan April 2022 akibat dari rencana pengetatan moneter oleh The Fed yang lebih agresif. Secara valuasi dari segi P/E ratio (price to earnings) indeks ini sudah kembali ke angka sebelum pandemi (Exhibit 21). Padahal, mayoritas perusahaan teknologi sangat diuntungkan dengan kondisi masa pandemi yang terjadi di seluruh dunia. Nilai penjualan, laba bersih, danfree cash flow naik signifikan, sedangkan debt to equity ratio mengalami penurunan.
Kenaikan suku bunga yang berakibat pada valuasi yang lebih rendah pada growth stockstermasuk sektor teknologi sangat mempengaruhi pergerakan harga setidaknya untuk jangka pendek. Namun, posisi kas yang kuat, profitabilitas yang tinggi, dan rasio hutang yang rendah membuat sektor teknologi tetap menjadi pilihan utama untuk investasi di jangka menengah dan panjang.
Arah pergerakan saham-saham teknologi AS dan Asia bertolak belakang sejak akhir tahun 2021(Exhibit 22). Sentimen negatif mulai tercipta sejak pemerintah Tiongkok melarang IPO dari Ant Financial yang merupakan anak perusahaan dari Alibaba Group. Sentimen semakin negatif setelah pemerintah Tiongkok memperketat regulasi bagi perusahaan-perusahaan teknologi besar di Tiongkok guna melindungi rakyat. Hal ini bukan hanya berdampak negatif pada saham- saham di Tiongkok saja tetapi juga di Asia Pasifik. Di sisi lain, saham-saham teknologi di AS diuntungkan dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat dan juga kondisi likuiditas berlimpah akibatquantitative easingyang dilakukan oleh The Fed. Secara valuasi relatif, saham-saham teknologi Tiongkok dan Asia Pasifik masih sangat murah dibandingkan dengan AS. Meredanya sentimen negatif dari pengetatan regulasi di Tiongkok akan membuat pasar Asia kembali atraktif.
Faktor Risiko: 1) Risk off sentiment global semakin buruk sehingga pada akhirnya berdampak ke sektor teknologi; 2) Pengetatan moneter oleh The Fed yang jauh lebih agresif dari perkiraan pasar.
Equity (USD)
SLIGHTLY OVERWEIGHT (no change)
Exhibit 22: Mega Cap Tech Performance Since January 2020 (%) Saham-saham teknologi berstatus
mega-cap di seluruh dunia turun serempak. Namun, saham-saham teknologi di Asia berada dalam valuasi yang lebih murah dibandingkan dengan AS
Sumber: Bloomberg (25 April 2022)
Exhibit 21: MSCI World IT Trailing P/E Ratio (x)
Sumber: Bloomberg (25 April 2022) 16
28,74
10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Apr-12 Apr-13 Apr-14 Apr-15 Apr-16 Apr-17 Apr-18 Apr-19 Apr-20 Apr-21
Perusahaan-perusahaan di IHSG berada dalam kondisi prima dan jauh lebih siap dibandingkan periode-periode sebelumnya ketika menghadapi era kenaikan suku bunga.
Secara umum perusahaan-perusahaan di IHSG mempunyai posisi kas yang kuat terutama di dua tahun terakhir sejak pandemi. Tingkatdebt to equity ratiojuga hampir menyentuh level terendah di angka 57,00% yang dicapai pada tahun 2011. Naiknya posisi kas secara signifikan dan turunnya tingkat utang dalam dua tahun terakhir disebabkan oleh perlambatan ekonomi(Exhibit 23). Kondisi ini berbeda dengan siklus pengetatan moneter sebelumnya di tahun 2015 di mana The Fed menaikkan suku bunga dan BI harus mengikuti langkah The Fed. Pada masa itu posisi kas tidak setinggi sekarang dan tingkatdebt to equity ratiojuga lebih tinggi dari posisi sekarang. Pergerakan mata uang IDR juga jauh lebih stabil dari tahun 2015. Perusahaan-perusahaan di IHSG berada dalam kondisi keuangan yang jauh lebih baik dan siap untuk menghadapi kenaikan suku bunga baik oleh The Fed maupun Bank Indonesia.
Laba bersih per lembar sahamearnings per share IHSG di tahun 2021 sudah lebih tinggi dibanding masa sebelum pandemi (Exhibit 24). Angka ini bahkan merupakan yang tertinggi sepanjang masa, padahal serangan pandemi belum sepenuhnya berlalu dan aktivitas ekonomi belum pulih 100%. Data historis menunjukkanearnings per share IHSG mengalami tren kenaikan setelah krisis ekonomi seperti tahun 2009, 2015, dan 2020 berhasil dilalui. Hasil laporan keuangan untuk periode Q1 2022 menunjukkan hasil yang cukup memuaskan.
Sektor perbankan membukukan pertumbuhan laba yang baik dibanding tahun lalu karena pertumbuhan kredit yang mulai naik, pertumbuhan dana pihak ketiga yang stabil, dan pencadangan untuk kredit bermasalah yang turun. Kenaikan suku bunga yang akan dilakukan Bank Indonesia nantinya juga akan menjadi katalis positif bagi perbankan karena bunga deposito diperkirakan tidak akan langsung naik akibat dari likuiditas yang sangat melimpah di sistem perbankan.
Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit perbankan di angka 6,00%- 8,00% untuk tahun ini.
Sektor otomotif juga diuntungkan dari meningkatnya daya beli masyarakat akibat melonjaknya harga komoditas terutama batu bara dan minyak kelapa sawit.
Kebijakan pemerintah untuk memperpanjang diskon PPnBM untuk mobil di bawah 200 juta rupiah turut meningkatkan konsumsi. Turunnya kasus COVID-19 secara konsisten juga berpotensi mendongkrak pertumbuhan di sektor otomotif.
Sektor ritel secara umum diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang signifikan karena aktivitas masyarakat sudah semakin dilonggarkan. Selain karena pent-up demand, Hari Raya Idul Fitri juga menjadi faktor utama yang dapat mempercepat roda perekonomian.
Equity (IDR)
SLIGHTLY OVERWEIGHT (no change)
Exhibit 24:JCI Earnings per Share (IDR) Exhibit 23: Higher Cash Level and Lower Debt to
Equity Ratio (IDR Tn)
Sumber: Bloomberg (2022) Sumber: Bloomberg (2022)
17 Earnings per share perusahaan-
perusahaan di IHSG secara umum sudah di atas level sebelum pandemi.
1,900
59%
55%
60%
65%
70%
75%
80%
85%
90%
600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000
Cash (L) Debt to Equity (R)
146 200
221 232 217
238
158 224
246 284 289
123 301 COVID-19 The Fed Hike &
CNY Devaluation 2008 GFC
18 Serangan pandemi COVID-19 membuat investor asing keluar dari emerging marketdi seluruh dunia. Di pasar saham Indonesia investor asing membukukan net sellsebesar IDR 47,98 triliun di sepanjang 2020. Per tanggal 20 April 2022, investor asing sudah membukukan net buy sebesar IDR 33,47 triliun. Artinya secara kumulatif investor asing sudah masuk sekitar IDR 81,50 triliun dari Januari 2021 sampai 20 April 2022(Exhibit 25). Harga komoditas yang melonjak sangat signifikan menjadi salah satu alasan utama investor asing berbondong-bondong masuk keemerging marketdi seluruh dunia terutama yang ekonominya paling diuntungkan oleh naiknya harga komoditas, salah satunya adalah Indonesia.
Selain itu, pemulihan ekonomi yang mulai semakin jelas juga adalah salah satu faktor utama.
Aksi investor asing yang memborong saham-saham big-cap terutama sektor perbankan membuat harga indeks LQ45 naik lebih tinggi daripada IHSG yang mencakup semua saham di Indonesia baik daribig-cap, medium cap, dan small cap. Secara otomatisprice to earnings ratiodari LQ45 juga naik lebih tinggi dari price to earnings ratio IHSG. Rasio antara price to earnings ratio dari kedua indeks ini sudah menyentuh 0,85x(Exhibit 26). Angka ini hampir mencapai level tertinggi selama 10 tahun terakhir di 0,90x. Faktor valuasi berpotensi menahan kenaikan harga saham-saham big-cap yang signifikan ke depannya walaupun prospek fundamental dan aliran dana asing masih cukup mendukung.
Faktor risiko: 1) Risk off sentiment global semakin buruk sehingga pada akhirnya berdampak ke pasar saham Indonesia; 2) Kasus COVID-19 kembali naik sehingga pembatasan sosial yang lebih ketat harus kembali diberlakukan; 3) Kenaikan biaya produksi dan inflasi dari sisi produsen menekan laba perusahaan.
Investor asing membukukan net buy melebihi IDR 80 triliun terhitung sejak awal tahun 2021. Hal ini membuat valuasi saham-saham big- cap yang diwakilkan oleh indeks LQ45 mendekati titik tertinggi selama 10 tahun ketika dibandingkan dengan IHSG.
Exhibit 25: Cumulative Foreign Flow Before Pandemic (IDR Tn)
Sumber: Bloomberg (25 April 2022)
Exhibit 26: Trailing PE Ratio – LQ45/JCI (X)
Sumber: Bloomberg (25 April 2022)
-47.98
40.46
-50.00 -30.00 -10.00 10.00 30.00 50.00
+88,50
0.90
0.45
0.85
0.75
0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00
Apr-12 Apr-13 Apr-14 Apr-15 Apr-16 Apr-17 Apr-18 Apr-19 Apr-20 Apr-21 LQ45 cheaper
LQ45 more expensive
19
Calendars
Economic Calendar Product Calendar
Countries Events Dates
Manufacturing PMI April 2022 2-May-22
JOLTs Job Opening Maret 2022 3-May-22
ADP Nonfarm Employment Change April 2022 4-May-22
Fed Interest Decision 4-May-22
OPEC Meeting 5-May-22
Nonfarm Payroll April 2022 6-May-22
Unemployment Rate April 2022 6-May-22
Core CPI April 2022 11-May-22
CPI April 2022 11-May-22
Core PPI April 2022 12-May-22
PPI April 2022 12-May-22
Core Retail Sales April 2022 17-May-22
Retail Sales April 2022 17-May-22
GDP Q1 2022 26-May-22
PCE Prices Q1 2022 26-May-22
Manufacturing PMI April 2022 3-May-22
Composite PMI April 2022 5-May-22
Service PMI April 2022 5-May-22
BoE Interest Rate Decision 5-May-22
GDP Q1 2022 12-May-22
Manufacturing Production Maret 2022 12-May-22
Unemployment Rate Maret 2022 17-May-22
CPI April 2022 18-May-22
RBA Interest Rate Decision 3-May-22
Retail Sales Maret 2022 3-May-22
Trade Balance Maret 2022 4-May-22
Wage Price Index Q1 2022 17-May-22
Employment Change April 2022 18-May-22
Unemployment Rate April 2022 18-May-22
Retail Sales April 2022 26-May-22
Tokyo Core CPI April 2022 5-May-22
Tokyo CPI April 2022 5-May-22
Service PMI April 2022 8-May-22
GDP Q1 2022 17-May-22
Trade Balance April 2022 18-May-22
National Core CPI April 2022 19-May-22
Tokyo Core CPI May 2022 26-May-22
Exports April 2022 8-May-22
Imports April 2022 8-May-22
CPI April 2022 10-May-22
PPI April 2022 10-May-22
Industrial Production April 2022 15-May-22
Retail Sales April 2022 15-May-22
Core Inflation April 2022 9-May-22
Inflation April 2022 9-May-22
GDP Q1 2022 9-May-22
Retail Sales Mei 2022 11-May-22
Trade Balance April 2022 17-May-22
Name Type Launch/Mature Period
SBR011 Obligasi Launch Jun-22