• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Komunikasi Ritual Rasa Syukur

N/A
N/A
Rofiq Wahyuda Khoirulloh

Academic year: 2024

Membagikan " Bentuk Komunikasi Ritual Rasa Syukur"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Ritual Larung Sesaji Kali Progo

Irfan Listyawan1, Rofiq Wahyuda Khoirulloh2

1,2Universitas PGRI Yogyakarta Corresponding Author:

Abstract

Keywords: Ritual, Larung Offerings, Tradition, Kali Progo Abstrak

Ritual Larung Sesaji di Sungai Kali Progo merupakan bentuk Komunikasi ritual sebagai rasa syukur atas rezeki dan berkah yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala apa yang diberikan kepada hambanya. Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, pendekatan kualitatif yaitu metode yang menuju kearah ilmiah dengan data deskriptif berupa kalimat tertulis dari informan dengan melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kegiatan sedekah laut merupakan tradisi yang dilakukan setiap sabtu pahing sebagai bentu atau ucapan terimakasih kepada Sang Pencipta

Kata Kunci: Ritual, Larung Sesaji, Tradisi, Kali Progo

(2)

PENDAHULUAN

METODE

Pada penelitian ini mengkaji tentang makna dari ritual larung sesaji dalam tradisi sedekah laut di kali progo. Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, pendekatan kualitatif yaitu metode yang menuju kearah ilmiah dengan data deskriptif berupa kalimat tertulis dari informan dengan melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Teknik yang digunakan ialah teknik observasi; yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala yang sedang berlangsung. Tehnik ini digunakan penulis untuk memperoleh gambaran tentang prosesi ritual larung sesaji kali progo. Teknik wawancara; adalah metode pengumpulan data yang amat populer, karena itu banyak digunakan di berbagai penelitian. Dalam hal ini yang diwawancarai adalah pihak manajer La Barka Resto, wawancara ini bertujuan untuk memperoleh diskripsi tentang tradisi larung sesaji yang dilakukan di kali progo. Sesuai dengan jenis penelitian ini, maka teknik analisis datanya menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan, menerangkan,menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan

yang akan diteliti dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Makna Larung Sesaji

Larung Sesaji ini merupakan sebuah mitologi yang mewarnai masyarakat tradisional, begitu pula dengan masyarakat Jawa, yang identik dengan kejawennya.

Kejawen merupakan suatu kepercayaan yang dianut oleh orang-orang Jawa mengenai pandangan hidup yang diwariskan oleh leluhurnya dan didalamnya terdapat suatu hal yang mistik. Dapat di maknai bahwa Larung dalam bahasa Jawa berarti hanyut, sedangkan sesaji merupakan sajian atau sajen berupa hasil bumi. Jadi, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Larung Sesaji merupakan ritual yang dilakukan oleh orang Jawa untuk menghanyutkan hasil bumi yang bertujuan untk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan, memohon keberkahan dan keselamatan. Ritual ini dilakukan di beberapa tempat di tanah Jawa, salah satunya di sungai kali progo.

Ritual larung sesaji diakukan dalam upaya sebagai bentuk rasa terimakasih atas apa yang diberikan Yang Maha Kuasa.

Merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan sebagai kegiatan sedekah laut dan ucapan terimakasih atas apa yang telah diberikan.

Prosesi Ritual Larung Sesaji

Larung sesaji kali progo biasanya dilakukan pada hari sabtu pahing setiap

(3)

bulannya, hari tersebut merupakan hari baik yang diyakini oleh pihak pelaksana.

Rangkaian prosesi dimulai dengan keluarnya iring-iringan para pelaku dari atas ke tempat prosesi ritual larung sesaji, dimulai sekitar jam 2 dan berlangsung dengan khidmat. Semua berbaris memakai baju adat dan membawa tumpeng serta hasil bumi dan tak lupa diiringi alunan musik gamelan yang membuat suasana semai khidmat. Sesampainya di sungai kali progo, mereka melantunkan bebagai macam doa dan puji-pujian.

Setelah melakukan doa dan puji- pujian mereka kemudian membawa tumpeng tersebut kedepan sungai kali progo, tumpeng tersebut dihanyutkan dan dibiarkan mengalir mengikuti arus sungai.

Tumpeng dilarutkan dengan maksud memberi makan semua makhluk yang ada di dalam telaga atas segala berkah yang diberikan selama ini. Sedekah laut tersebut diartikan sebagai ucapan terimakasih atas Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala apa yang diberikan kepada manusia.

Setelah dilakukannya larung sesaji, para pelaku tersebut mengambil air dari sungai kali progo sebagai bentuk keberkahan atas apa yang telah dilakukan.

Prosesi pun selesai iring-iringan beranjak ke tempat selajutnya, tak lupa dibawa gunungan yang berisikan macam- macam hasil bumi yakni, terong, sayur- sayuran, jajanan pasar dan lain sebagainya.

Setelah sampai di tempat berikutnya

mereka melantunkan doa-doa serta puji- pujian.

Prosesi ritual larung sesaji pun selesai dan dianjutkan dengan gebyar atau kirab budaya yang dipersembahkan la barka sebagai hiburan untuk para pengunjung yang datang. Hiburan yang disediakan termasuk yaitu tari-tarian yang sangat beragam dan indah.

Setelah prosesi ritual larung sesaji dan kirab budaya selesai. Acara ditutup dengan berebutan gunungan hasil bumi tadi. Para pengunjung tampak antusias untuk berebut gunungan hasil bumi.

Larung Sesaji Sebagai Simbol

Ritual larung sesaji di kali progo tek lepas dari simbol yang ditanamkan sebagai tradisi yang dilakukan secara terus menerus sebagai bentuk ucapan terimakasih atas segala yang dilimpahkan sang pencipta pada hambanya.

Dalam ritual larung sesaji tindakan- tindakan dalam setiap prosesi memiliki arti atau tujuan walaupun dengan berbagai macam cara yang berbeda namun pada akhirnya bermuara kepada Sang Pencipta.

Eksistensi Larung Sesaji di Kali Progo Kehidupan masyarakat jawa tidak akan pernah lepas dari tradisi-tradisi yang dilakukan secara terus menerus. Hal tersebut membuat para generasi penerusnya mau tidak mau harus melanjutkan tradisi-tradisi ang telah dilakukan terus menerus sejak dahulu.

Tradisi larung sesaji tidak memiliki unsur

(4)

negatif sehingga tidak menjadikannya sebagai tradisi yang dihindari.

Ritual larung sesaji di kali progo terus menjaga eksistensi tradisi tersebut dan dibalut dengan pariwisata di daerah tersebut serta diberikan sedikit hiburan untuk para pengunjung berupa tari-tarian agar tradisi ritual larung sesaji tidak membosankan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat di tarik kesimpulan bahwa ritual larung sesaji diakukan dalam upaya sebagai bentuk rasa terimakasih atas apa yang diberikan Yang Maha Kuasa. Ritual larung sesaji di kali progo merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan sebagai kegiatan sedekah laut dan ucapan terimakasih atas apa yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Moh. Aji Pamungkas, Zahrotul Umami, 2023, Komunikasi Ritual Larung

Sesaji Tradisi Sedekah Laut di Kota Tegal,

JOURNAL OF MEDIA AND

COMMUNICATION SCIENCE, Vol.6, No.3, 2023, hlm. 164-174

Maulana Mitanto, Abraham Nurcahyo, 2012, RITUAL LARUNG SESAJI TELAGA NGEBEL PONOROGO (STUDI HISTORIS DAN BUDAYA), Agastya, vol. 02, no. 02

Vinny Ratna Herawati, Agus Budianto, Heru Budiono, Dampak Sosial Ekonomi Ritual Larung Sesaji Di Kawah Gunung Kelud Terhadap Masyarakat Setempat, 2022

Dwi Amita Noviarwati, Bagus Wahyu Setyawan, 2021, Tradisi Larung Sesaji Sebagai Upaya Memperkuat Solidaritas Masyarakat di Desa Tambakrejo Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar, jurnal studi keagamaan, sosial, dan budaya, Volume 6, Nomor 2, Desember 2021

Referensi

Dokumen terkait