Uswatun Hasanah, 2023: Pengembangan diri dengan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian pengelolaan diri di kelas Teknik pelatihan pengembangan diri dalam hal menjaga diri yang saat ini diterapkan pada siswa tunagrahita kelas XI se-Banyuwangi Sekolah Luar Biasa Negeri, menggunakan teknik modeling. Apa saja bentuk pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian perawatan diri siswa kelas XI tunagrahita di SLB Negeri Banyuwangi.
Apa hasil pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian perawatan diri siswa tunagrahita kelas XI SLB Negeri banyuwangi. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian perawatan diri siswa tunagrahita kelas XI SLB Negeri Banyuwangi. Untuk mengetahui hasil pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian perawatan diri siswa tunagrahita kelas XI SLB Negeri banyuwangi.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran dan referensi mengenai pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian perawatan diri siswa penyandang disabilitas intelektual.
PENDAHULUAN
- Konteks Penelitian
- Fokus Penelitian
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
- Definisi Istilah
- Sistematika Pembahasan
Kemandirian perawatan diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk secara mandiri melakukan aktivitas perawatan diri seperti memakai baju, kaos kaki, dan tali sepatu tanpa bergantung pada orang lain.
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi pusat informasi dan rujukan bagi para pembaca khususnya program studi bimbingan dan konseling Islam pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian perawatan diri pada mahasiswa penyandang disabilitas intelektual. . Kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi seluruh siswa di SLB Negeri Banyuwangi dalam meningkatkan kemandirian perawatan diri siswa penyandang disabilitas intelektual. 34; Pemanfaatan Teknik Pengembangan Diri Melalui Pemodelan Untuk Meningkatkan Perilaku Adaptif Siswa Kelas VIII C SLB YPP ABK Ngawi.” Jenis penelitian, fokus penelitian dan lokasi penelitian dalam penelitian ini berbeda.
Penelitian ini fokus pada pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian perawatan diri pada siswa kelas XI tunagrahita di SLB Negeri Banyuwangi. Penelitian ini fokus pada program pengembangan diri khusus untuk meningkatkan kemandirian anak tunagrahita di SDLBN Patrang Kabupaten Jember. Sedangkan peneliti fokus pada pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian perawatan diri pada siswa kelas XI tunagrahita di SLB Negeri Banyuwangi.
Sedangkan persamaan kedua penelitian ini terletak pada penggunaan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian pengembangan diri pada anak tunagrahita.
Kajian Teori
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Lokasi Penelitian
Subyek Penelitian
1 guru kelas
Teknik Pengumpulan Data
2. 1 orang guru untuk kelas 4. Dua orang siswa tunagrahita ringan dapat mengajar, melatih dan berkomunikasi dengan mudah. tajam, untuk mengetahui kadar makna dari setiap tingkah laku yang terlihat. Sugiyono menjelaskan dalam bukunya bahwa teknik observasi partisipan terbagi menjadi 4 macam, yaitu partisipasi pasif, partisipasi sedang, partisipasi aktif, dan partisipasi penuh.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipan pasif dimana peneliti datang hanya ke tempat aktivitas orang yang diamati, namun peneliti tidak terlibat dalam aktivitas tersebut.49 Jadi, dalam penelitian ini peneliti menggunakan panduan observasi. yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan observasi. Wawancara sebagai salah satu teknik pengumpulan data dapat digunakan untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti atau untuk mempelajari informasi dari responden yang lebih mengetahui interpretasi situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak dapat diperoleh melalui observasi, sehingga dapat untuk melakukan studi pendahuluan. menggunakan wawancara. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan lebih bebas dibandingkan wawancara terstruktur dan memberikan kesempatan kepada orang yang diwawancara untuk mengungkapkan pikiran dan gagasannya dengan tujuan agar lebih mudah.
49 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Litbang, 227. . peneliti dalam mengidentifikasi masalah lebih terbuka.50 Untuk memudahkan proses pengumpulan data melalui wawancara semi terstruktur, peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai pedoman dalam melakukan wawancara. Gottschalk menjelaskan bahwa dokumentasi dalam pengertiannya adalah segala kegiatan konfirmasi berdasarkan sumber apa pun, baik berupa tulisan, lisan, gambar, maupun arkeologis.
Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman, analisis data mengacu pada proses pemilihan data, pemfokusan data, abstraksi data dan transformasi data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi, yang dapat diuraikan sebagai berikut: 54. Kondensasi data atau yang bisa disebut kompresi data , merupakan kegiatan dalam proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi atau merangkum dan mentransformasikan data dari data yang diperoleh di lapangan selama proses penelitian. Secara umum, tampilan data adalah kumpulan informasi terorganisir yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan tindakan yang diambil.
Tahap analisis data yang ketiga adalah verifikasi kesimpulan atau kesimpulan, yaitu peneliti menarik kesimpulan dari data berdasarkan rumusan masalah.
Keabsahan Data
Tahap-tahap Penelitian
Kita harus menjaga silaturahmi dengan keluarga karena anak didik kita khususnya anak tunagrahita hanya diajarkan pengembangan diri, terutama memakai baju berkancing, memakai kaos kaki yang benar, dan juga memakai tali sepatu yang baik dan benar, itu hanya di sekolah saja kadang-kadang. di rumah .orang tua terlalu memanjakan mereka, mereka ada di sini dan tidak memanfaatkannya, pada akhirnya apa yang kita pelajari di sini tidak ada. Iso yang sama supaya tidak meniru model yang ada di video, misalnya pie carane dasbo klammu seng onok Kuncie, kaos kaki?”. Buka dulu kaus kakimu lalu kenakan kembali, bagian dalam kaus kaki ada seratnya, bagian luar kaus kaki tidak ada seratnya.”
Selain itu, FA juga mampu mengenakan kaos kaki dan sepatu secara mandiri dan benar. Lebih lanjut, hasil observasi menunjukkan RK telah mencapai kemandirian optimal dalam mengenakan baju berkancing dan kaos kaki. Kedua responden yang sebelumnya tidak bisa memakai kaos kaki kini sudah bisa memakai kaos kaki secara mandiri dan benar, hal ini ditunjukkan dengan kemampuan kedua responden dalam membedakan bentuk kaos kaki masing-masing sisi kanan dan kiri, serta membedakan bagian dalam dan luar. kaus kaki. , kaus kaki depan dan belakang, dan kenakan kaus kaki dengan memasukkan kaki ke dalam kaus kaki lalu menarik kaus kaki ke atas hingga pas.
Masukkan jari kaki kiri ke dalam lubang kaus kaki dengan menarik kaus kaki ke atas secara perlahan hingga mencapai tumit. Kedua responden yang awalnya tidak bisa memakai kaos kaki kini mengalami peningkatan yang dibuktikan dengan kemampuan kedua responden dalam membedakan bentuk kaos kaki masing-masing sisi kanan dan kiri, membedakan bagian dalam dan luar kaos kaki, depan dan belakang. dari kaus kaki dan mengenakan kaus kaki dengan cara memasukkan kaki ke dalam kaus kaki lalu menarik kaus kaki ke atas hingga pas. Hal ini sesuai dengan teori Maria J. Wantah mengenai tata cara stocking seperti yang telah dijelaskan di atas.
Tata cara memakai kaus kaki. bagian luar dan dalam kaus kaki 4. muka dan jari kaki. Kaus kaki diletakkan paling depan 6. Masukkan ibu jari kanan dan kiri ke dalam kaus kaki dengan menggunakan jari telunjuk untuk menarik kaus kaki hingga ke ibu jari. Sentuhkan bagian bawah kaus kaki 8. kaki kiri ke lubang kaus kaki sambil menarik kaus kaki secara perlahan hingga mencapai tumit 9. kaki dari tumit hingga betis bagian atas Prosedur. Siswa memasukkan ibu jari kanan dan kiri ke dalam kaus kaki dengan menggunakan jari telunjuk untuk menarik kaus kaki ke atas hingga ibu jari menyentuh bagian bawah kaus kaki. Siswa memasukkan jari kaki kiri ke dalam lubang kaus kaki sambil menarik kaus kaki secara perlahan hingga ke tumit.
Caranya siswa memasukkan ibu jari tangan kanan dan kiri ke dalam kaus kaki dengan menggunakan jari telunjuk untuk menarik kaus kaki ke atas hingga ibu jari menyentuh bagian bawah kaus kaki. Bagaimana cara siswa memasukkan jari kaki kiri ke dalam lubang kaus kaki sambil menarik kaus kaki secara perlahan ke arah tumit?
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Gambaran Obyek Penelitian
Bentuk-bentuk pengembangan diri dengan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian dalam pengelolaan diri pada siswa tunagrahita kelas XI SLB Negeri banyuwangi a. Tujuan pengembangan diri dengan teknik modeling adalah untuk meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri pada siswa tunagrahita di kelas XI di SLB Negeri Banyuwangi. Kendala dalam pelaksanaan pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian dalam manajemen diri pada siswa kelas XI tuna intelektual di SLB Negeri Banyuwangi.
Mengatasi hambatan pelaksanaan pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian siswa dalam manajemen diri XI. kelas penyandang disabilitas mental di SLB Negeri Banyuwangi. Hasil pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian dalam manajemen diri siswa tunagrahita kelas XI SLB Negeri banyuwangi. Hasil pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian manajemen diri pada siswa tunagrahita kelas XI SLB Negeri banyuwangi.
Hasil pengembangan diri menggunakan teknik modeling untuk meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri kelas
Penyajian Data dan Analisis
Pembahasan Temuan
KESIMPULAN
Simpulan
Kedua responden yang semula tidak mampu mengancingkan kemejanya dengan baik dan benar, kini sudah bisa, terbukti dengan mampu mensejajarkan ujung kanan dan kiri bawah kemeja serta menahan dan memasukkan kancing pada lubang yang sesuai sampai mereka diposisikan dengan benar sesuai teori Agustin tentang cara memakai pakaian berkancing. Responden yang tadinya tidak bisa memakai sepatu bertali, kini kedua responden bisa memakai sepatu bertali. Peningkatan tersebut ditunjukkan pada kemampuan responden dalam memahami bagian-bagian sepatu, memasukkan tali ke dalam lubang depan sepatu, mencocokkan panjang tali, memasukkan tali ke dalam lubang sepatu secara berurutan dan berurutan, memasukkan kaki ke dalam sepatu yang sesuai. , ikat sepatu dengan simpul dasar, dan buat simpul pita.
Hal ini relevan dengan teori Davies tentang cara memakai sepatu bertali yang telah dijelaskan di atas.
Saran-saran
- Tabulasi Penelitian Terdahulu
- Data Peserta Didik
- Data Tenaga Pendidik
- Data Ruang Pembelajaran
Masukkan tali sepatu secara melintang dan berurutan ke dalam lubang sepatu, mulai dari lubang sepatu depan hingga lubang sepatu terakhir. 5. Bagaimana cara siswa memasukkan tali sepatu secara melintang dan berurutan ke dalam lubang sepatu, mulai dari lubang sepatu depan hingga lubang sepatu terakhir.