BIOPLASTIC BASED ON TARO STARCH MODIFIED POLYVINYL ALCOHOL AND EGGSHELL (STARCH-
PVA-CT) WITH DEGRADABILITY STUDY
Siti Qomariah1, Intan Syahbanu2**, Puji Ardiningsih3
1,2,3Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof.
Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, 78124, Indonesia Email : [email protected]
Received: 29 Maret 2022. Accepted: 19 November 2022. Published: 31 Desember 2022 DOI: 10.30870/educhemia.v7i2.14660
Abstract: Taro (Colocasia esculenta L. Schott) was potentially a raw material in the fabrication of bioplastic because of its biodegradability properties. Egg shells can be used as a filler in bioplastics because of their rich in calcium carbonate (CaCO3). This study aims to examine eggshell addition to starch-PVA-CT bioplastic properties. Taro tuber and eggshell were extracted first to obtain taro starch and calcium carbonate. Obtained products were incorporated with PVA, glycerol, and citric acid to produce bioplastics. Characteristic tests in this study included functional group analysis, hydrophilicity, mechanical properties, and degradation study in rivers. The taro starch obtained from this study was 4.8% from 900 g of taro tubers. Functional group analysis of bioplastics showed the presence of functional groups O-H, C-H, C-O ester, and C=O carbonyl. The hydrophilicity test showed the best percentage of water resistance in CL PVA/starch bioplastic (50% CT), and the decomposition in the river water environment reached 82%. The test results in this study showed that the best variation was in CL PVA/starch bioplastic (25% CT) with a tensile strength value of 2.05 Mpa and elongation at a break of 4%. These results meet the standards of SNI 7188.7:2016.
Keywords: Colocasia esculenta L. Schott, Eggshell, Bioplastic
Abstrak: Talas (Colocasia esculenta L. Schott) dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioplastik karena sifatnya yang dapat terdegradasi oleh mikroorganisme.
Cangkang telur dapat digunakan sebagai filler dalam pembuatan bioplastik karena kaya akan kalsium karbonat (CaCO3). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan cangkang telur terhadap sifat bioplastik yang dihasilkan. Pengujian karakteristik dalam penelitian ini meliputi analisis gugus fungsi, uji hidrofilitas, sifat mekanik dan studi degradasi di sungai. Pati talas yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 4,8% dari 900 g umbi talas.
Analisis gugus fungsi bioplastik menunjukkan adanya gugus fungsi O-H, C-H, C-O ester dan C=O karbonil. Uji hidrofilitas yang menunjukkan persentase ketahanan air terbaik pada bioplastik CL PVA/pati (50% CT) dan penguraian di lingkungan air sungai mencapai 82%.
Hasil uji pada penelitian ini menunjukkan variasi terbaik adalah pada bioplastik CL PVA/pati (25% CT) dengan nilai kuat tarik 2,05 Mpa dan perpanjangan putus sebesar 4%. Hasil ini memenuhi standar SNI 7188.7:2016.
Kata Kunci: Colocasia esculenta L. Schott, Cangkang Telur, Bioplastik
PENDAHULUAN
Pencemaran lautan oleh sampah plastik telah menjadi masalah utama dunia pada saat ini, yang disebutkan dalam deklarasi United Nation Environmental Assembly dan G7 Leaders (Napper, et al., 2019). Hal ini dikarenakan sifat plastik konvensional yang nondegradable selama puluhan hingga ratusan tahun dan jumlahnya di lautan yang terus meningkat (Huang, et al., 2019). Bedasarkan data World Bank (2018), Indonesia berada pada peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah polusi plastik laut terbesar di dunia dengan jumlah sampah sebesar 3,22 juta ton sampah tiap tahunnya dari populasi pesisir Indonesia yang mencapai 187,2 juta jiwa, dan diperkirakan mengakibatkan kebocoran 0,48-1,29 juta ton metrik sampah plastik per tahun ke lautan. Sekitar 80-90% sampah plastik yang berakhir di laut bersumber dari kebocoran sampah yang berasal dari daratan melalui sungai-sungai akibat pengelolaan sampah yang buruk. Hal ini dikarenakan sifat fisik dari plastik yang ringan sehingga mudah terbawa oleh hujan dan angin (Gallo, et al., 2019).
Berdasarkan hal tersebut pemerintah Indonesia terdorong untuk menjalankan rancangan aksi nasional (RAN) yang tertera dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2018 tentang
Penanganan Sampah Laut. Salah satu strateginya adalah memacu riset dan pengembangan pada sektor penemuan bahan pengganti plastik (Hermawan, 2019). Bioplastik berbahan dasar biopolimer, seperti selulosa dan pati merupakan material yang sangat berpotensi sebagai pengganti plastik konvensional karena sifatnya yang dapat terdegradasi oleh mikroorganisme menjadi karbon dioksida, air, dan metana (Zhong, et al., 2019). Namun, sebagian besar biodegradable plastik yang telah dikomersialkan, salah satunya Poli Asam Laktat (PLA), sulit terdegradasi (6 bulan).
Hal ini dikarenakan PLA yang merupakan salah satu biodegradable polimer sintetik memiliki berat molekul yang lebih dari 2,0x105 Da sehingga mikroorganisme memerlukan waktu lama dalam proses biodegradasi. Sementara itu, biodegradable plastik yang terbuat dari golongan polisakarida, seperti selulosa, pati, dan kitosan terdegradasi lebih cepat, yaitu 14 hari (Tian, et al., 2019).
Pati talas memiliki kandungan pati sebanyak 80% (Aryanti,et al., 2017).
Namun plastik berbahan pati saja memiliki kekurangan yaitu rendahnya kekuatan mekanik (Wang, et al., 2004).
Oleh karena itu, pati dikompositkan dengan biodegradable polimer sintetik agar kekuatan mekanik dari lapisan pati
akan meningkat (Pusnavita, 2018).
Polivinil alkohol (PVA) dapat digunakan sebagai biodegradable polimer sintetik karena memiliki sifat mekanik yang sangat baik dan kelarutan air yang dapat diatur dengan merubah derajat polimerisasinya. Selain itu, PVA juga dapat terdegradasi secara keseluruhan dengan adanya bakteri pada kondisi lingkungan basah seperti pada air sungai (Huang, et al.,2019). Akan tetapi, karena pati dan molekul PVA memiliki jumlah gugus hidroksil yang besar maka bioplastik bersifat hidrofilik. Sehingga pada penelitian ini dilakukan modifikasi komposit PVA/pati untuk meningkatkan kekuatan mekaniknya dan persentase penyerapan air, melalui ikatan silang (crosslink) dengan cara menambahkan agen pengikat silang yaitu asam sitrat dan diperkuat dengan penambahan cangkang telur sebagai filler (Shi, et al., 2008).
Penelitian sebelumnya, PVA/pati tapioka dengan penambahan asam sitrat sebagai agen pengikat silang dan selulosa sebagai filler mengakibatkan kekuatan tarik menurun 45% (Nugroho, et al., 2019). Penambahan CaCO3 dari limbah cangkang telur sebagai filler dilakukan untuk meningkatkan kekakuan dan memperbaiki sifat kerapuhan dan tidak mudah sobek dari bioplastik (Nuriyah, et al., 2019). Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Kasmuri dan Zait, 2018 dimana penambahan cangkang telur pada bioplastik berbasis pati kentang mampu meningkatkan kuat tarik sebesar 4,94%, penurunan daya serap air 10,95% dan biodegradabilitas 21,06%. Sedangkan dengan penambahan kitosan, kuat tarik sebesar 1,28%, penurunan daya serap air 27,59% dan biodegradabilitas 7,9% dalam jangka waktu 20 hari. Pada penelitian ini dilakukan studi penambahan cangkang telur untuk memperoleh komposit bioplastik Pati-PVA-CT dengan sifat mekanik yang sesuai SNI 7818.7:2016.
Selain itu, kemampuan degradasi dari bioplastik juga diperlajari secara langsung pada media air sungai. Dengan adanya bioplastik yang dapat terdegradasi di air sungai, maka diharapkan ketika terjadi perpindahan aliran air sungai ke lautan tidak ada plastik atau bahkan mikroplastik yang dapat masuk dan membahayakan ekosistem laut.
METODE
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades (H2O), asam sitrat (C6H8O7) Merck, asam sulfat (H2SO4) Pro Analisis, gliserol (C3H8O3) Merck, indikator amilum (Merck), kalium iodida (KI) Merck, limbah cangkang telur, mangan sulfat (MnSO4) Merck, natrium hidroksida (NaOH) Merck, natrium
hipoklorit (NaOCl) teknis,natrium tiosulfat (Na2S2O3) Merck, patitalas, plate count agar (PCA) Merck, polivinil alkohol (PVA) Merck dan potato dextrose agar (PDA) Merck.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akrilik, ayakan 80 mesh dan 120 mesh, batang pengaduk, blender, bunsen, buret dan statif, bulb, botol winkler, cawan petri, erlenmeyer, gelas beaker, gelas ukur, hot plate, inkubator, oven, magnetik stirrer, pipet mikro, pipet tetes, pipet volume, stopwatch, tabung reaksi, termometer dan timbangan analitik.
Ekstraksi Pati dari Talas
Ekstraksi pati talas merujuk pada jurnal Situmorang, et al., 2019.
Preparasi Cangkang Telur
Cangkang telur dibersihkan dan dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil. Setelah itu disimpan dalam gelas beaker dan ditambahkan natrium hipoklorit, lalu diaduk hingga campuran menjadi panas dan melepaskan gelembung. Kemudian gelas beaker ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, natrium hipoklorit dikeluarkan dan cangkang telur dicuci dengan air.
Kemudian cangkang telur dioven pada suhu 500C selama 24 jam dan dibiarkan dingin pada suhu kamar. Selanjutnya
cangkang telur digerus sampai menjadi bubuk dan diayak menggunakan ayakan 120 mesh, lalu disimpan di dalam wadah dan dilakukan uji XRF untuk mengetahui unsur dalam cangkang telur dan uji FTIR untuk mengetahui gugus fungsi pada cangkang telur (Kasmuri dan Zait, 2018).
Pembuatan Bioplastik
Pembuatan film PVA/pati dilakukan dengan melarutkan PVA dalam akuades panas (900C) sebanyak 25 mL. Kemudian dalam gelas beaker terpisah, pati, gliserol dan asam sitrat dilarutkan dengan akuades sebanyak 25 mL. Setelah itu, larutan pati dimasukkan ke dalam larutan PVA sebelumnya dan pada suhu 900C campuran diaduk selama 10 menit untuk memulai pengikatan silang (CL).
Pengadukan dilanjutkan pada suhu kamar, sampai larutan menjadi kental (sekitar 50 menit). Kemudian campuran PVA/pati ditambahkan cangkang telur dengan variasi pada Tabel 1. Selanjutnya campuran dicetak dengan metode slip casting dan dihilangkan airnya dengan pengeringan oven pada suhu 500C selama 12 jam, lalu didiamkan selama 72 jam.
Kemudian dipisahkan bioplastik dari cetakan dan dilakukan pengujian karakteristik bioplastik (Nugroho, et al., 2019).
Tabel 1. Variasi Cangkang Telur
Kode Sampel PVA
(g) Pati (g) Gliserol
(mL) Asam
Sitrat (g) Cangkang Telur (CT) (g) PVA/pati
CL PVA/pati (0% CT) CL PVA/pati (10% CT) CL PVA/pati (25% CT) CL PVA/pati (50% CT)
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
1 1 1 1 1
- 1,25 1,25 1,25 1,25
- - 0,5 1,25
2,5 Keterangan : Persentase CT adalah terhadap massa polimer.
Analisis Bioplastik
Analisis bioplastik mencakup analisis gugug fungsi, uji hidrofilitas dengan water uptake, uji sifat mekanik dan uji degradasi dilakukan di air sungai.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pati dari Talas
Berat serbuk pati yang dihasilkan dari penelitian ini sebesar 42,768 gram dengan rendemen pati sebesar 4,8% dari 900 gram umbi talas. Selanjutnya pati umbi talas yang diperoleh dilakukan analisis FTIR
untuk mengetahui gugus fungsi pada pati umbi talas. Berikut merupakan hasil FTIR dari pati umbi talas.
Berdasarkan spektrum yang dihasilkan pada Gambar 1, adanya serapan di daerah bilangan gelombang 3379,29 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus fungsi O-H, kemudian adanya serapan di daerah 2931,80 cm-1 yang menunjukkan gugus fungsi C-H, pada daerah bilangan gelombang 1645,28 cm-1 menunjukkan adanya gugus fungsi C=O (aldehid, keton).
Gambar 1. Hasil Analisis FTIR Pati Umbi Talas
Karakteristik Cangkang Telur
Serbuk cangkang telur yang dihasilkan dari penelitian ini dilakukan analisis X-ray fluorescence (XRF) untuk mengetahui unsur yang terdapat dalam cangkang telur dan Fourier-transform infrared spectrometer (FTIR) untuk
mengetahui gugus fungsi pada cangkang telur. Berdasarkan dari hasil analisis XRF terbukti bahwa cangkang telur memiliki kandungan kalsium (Ca) yang sangat tinggi yaitu sebesar 97,691%. Adapun zat lainnya seperti Mg, Al, Si, P, Cl, K, Ti, V, Fe, Cu, Zn, Sr, Zr, Ag, Cd dan Lu.
Gambar 2. Hasil Analisis FTIR Cangkang Telur yang telah dipreparasi
Berdasarkan spektrum yang dihasilkan pada Gambar 2, adanya serapan di daerah bilangan gelombang 1425,40 cm-1 menunjukkan gugus fungsi CO32- serta serapan pada bilangan gelombang 875,68 cm-1 dan 711,73 cm-1 juga menunjukkan adanya gugus karbonat pada cangkang telur yang dianalisis (Vanessa, 2019). Hal ini didukung oleh penelitian Cardoso, et al (2021) dimana adanya serapan di daerah bilangan
gelombang 875,68 menunjukkan gugus karbonat (CO32-) partikel mikro. Serapan pada bilangan gelombang 364,55 cm-1 menunjukkan adanya kemungkinan yang dihasilkan dari vibrasi regangan ikatan Ca-O (Rachman, et al., 2018).
Analisis Bioplastik
Analisis gugus fungsi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer inframerah (IR), dimana analisis ini
bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi pada bioplastik yang dihasilkan.
Gambar 4. Spektrum FTIR Bioplastik, a). Pati Talas, b). Cangkang Telur, c). PVA/Pati, d). CL PVA/Pati (0% CT), e). CL PVA/Pati (10% CT), f). CL PVA/Pati (25% CT), dan g). CL PVA/Pati
(50% CT)
Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa adanya pergeseran pita serapan antara gugus pada pati talas dengan PVA/pati, serta adanya puncak baru pada PVA/pati. Hal ini karena adanya penambahan polivinil alkohol dan gliserol pada pembuatan bioplastik PVA/pati, sehingga terbentuk ikatan baru antara gugus pada PVA/pati dengan gliserol.
Adapun terjadinya peningkatan serapan bilangan gelombang pada PVA/pati dan CL PVA/pati (0% CT) dari 1724,36 ke 1739,79 cm-1, hal ini disebabkan oleh penambahan asam sitrat sebagai agen pengikat silang (crosslinker)
menyebabkan jumlah gugus hidroksil dan gugus karboksil berkurang karena adanya pengikatan silang (crosslink) antara gugus karboksil dari asam sitrat dengan gugus hidroksil baik dari pati atau PVA (Nugroho, et al., 2019). Terjadinya pengikatan silang juga dapat diketahui berdasarkan tidak adanya lembah yang tajam pada serapan bilangan gelombang 1690-1760 cm-1 yang menunjukkan gugus ester C-O dan 3000-3600 cm-1 yang menunjukkan gugus O-H, dimana pada CL PVA/pati (25% CT) tidak adanya lembah yang tajam pada serapan bilangan gelombang 1690-1760 cm-1 karena ikatan C-O pada gugus COOH terputus dan pada serapan bilangan gelombang 3000-3600 cm-1 karena berkurangnya gugus O-H akibat adanya ikatan silang antara asam sitrat dan pati atau PVA, dimana banyaknya ikatan silang yang terjadi dalam reaksi ditunjukkan oleh semakin banyak gugus O-H yang berkurang (Nulik, 2016).
Uji hidrofilitas dengan water uptake ditentukan berdasarkan persentase penambahan berat bioplastik ketika terjadi penyerapan air (Intandiana et al., 2019).
Sifat bioplastik terhadap air semakin baik jika nilai persentase penyerapan air semakin rendah, sedangkan sifat bioplastik akan lebih mudah rusak jika
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
% Transmitan
Bilangan Gelombang (cm-1) 3379,29
3464,15 2924,09
2931,80 1645,28
1645,28 1724,36
1425,40 875,68
711,73 364,55 3510,45
3427,51 3435,22 3450,65
2922,16 2924,09 2931,80 2935,66
2370,51 2360,87 2362,80
1739,79 1604,77 1734,011629,85 1730,15 1624,06
1724,36 1627,92
2515,18
nilai persentase penyerapan air semakin tinggi (Budiman, et al., 2018).
Gambar 5. Hasil Uji Hidrofilitas
Berdasarkan Gambar 5, bioplastik pada variasi PVA/pati memiliki nilai penyerapan air lebih tinggi daripada CL PVA/pati (0% CT). Hal ini terjadi karena pati dan polivinil alkohol (PVA) memiliki banyak gugus hidroksil (O-H) yang bersifat hidrofilik (suka menyerap air) sehingga nilai hidrofilisitasnya tinggi (Purnavita dan Dewi, 2021). Sedangkan nilai penyerapan air menurun dengan adanya crosslink pada CL PVA/pati (0%
CT) dimana gugus hidroksil pada pati atau PVA digunakan untuk berikatan silang dengan gugus karboksil dari asam sitrat.
Penambahan cangkang telur sebagai pengisi (filler) bioplastik pada CL PVA/pati (10% CT), CL PVA/pati (25%
CT) dan CL PVA/pati (50% CT) juga dapat menurunkan nilai penyerapan air pada bioplastik, dimana semakin banyak penambahan cangkang telur maka nilai hidrofilisitasnya semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa cangkang telur sebagai pengisi bioplastik mampu mengisi ruang kosong di antara rantai polimer pada bioplastik, sehingga dapat menurunkan kecepatan penyerapan air (Kasmuri dan Zait, 2018).
Salah satu uji sifat mekanik bioplastik yaitu uji kekuatan tarik (tensile strength) serta perpanjangan putus (elongation at break) (Tabel 6).
Gambar 6. Hasil Analisis Kekuatan Tarik Bioplastik 118
46 63 67 44
500 100150
PVA/Pati 0% CT
10% CT 25% CT
50% CT
Water Uptake (%)
Bioplastik
2,64 1,17 0,82 2,05 2,03
17,5
75
7,67 4 5
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
PVA/Pati 0% CT 10% CT 25% CT 50% CT
Persentase Pemanjangan (%)
Bioplastik
Tensile strenght (Mpa) Elongation at break (%)
Berdasarkan hasil kekuatan tarik dari bioplastik yang diperoleh menunjukkan nilai yang berbeda-beda dari setiap variasi bioplastik yang dibuat (Tabel 1). Nilai kekuatan tarik mengalami penurunan dari 2,64 Mpa menjadi 1,17 Mpa dan meningkat pada CL PVA/pati (25% CT) menjadi 2,05 Mpa. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan cangkang telur dan adanya crosslink berpengaruh terhadap sifat mekanik dari bioplastik, cangkang telur mempengaruhi sifat mekanik dari bioplastik melalui interaksi secara fisik yaitu dengan mengisi ruang kosong di antara rantai polimer pada bioplastik dimana cangkang telur dalam penelitian ini tidak mampu meningkatkan sifat mekanik bioplastik kemungkinan disebabkan oleh ukuran serbuk cangkang telur yang masih sedikit besar sehingga ketika serbuk cangkang telur mengisi ruang kosong pada bioplastik jarak antar rantai polimer menjadi semakin besar sehingga menyebabkan semakin kecil kekuatan yang digunakan untuk memutuskan ikatan, sedangkan crosslink mempengaruhi sifat mekanik dari bioplastik melalui interaksi secara kimiawi yaitu dengan adanya pengikatan silang antara gugus karboksil dari asam sitrat dengan gugus hidroksil baik dari pati
atau PVA. Nilai perpanjangan putus berbanding terbalik dengan nilai kuat tarik dimana pada PVA/pati dan CL PVA/pati (0% CT) mengalami peningkatan yaitu dari 17,5% menjadi 75%, hal ini disebabkan oleh adanya crosslink pada 0% CT serta ketebalan bioplastik yang diperoleh berbeda yaitu 0,125 mm dan 0,07 mm. Perbedaan ketebalan dari bioplastik terjadi karena faktor teknis, dimana bioplastik dicetak secara manual sehingga ketebalan sulit untuk dikontrol.
Nilai kekuatan tarik dari bioplastik yang diperoleh belum memenuhi SNI 7818:2014 yaitu min 13,7 Mpa untuk semua variasi. Sedangkan nilai perpanjangan putus, memenuhi SNI 7188.7:2016 yaitu ≤ 5% untuk variasi CL PVA/pati (25% CT) dengan nilai sebesar 4%.
Uji degradasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh alam terhadap bahan yang digunakan apakah bisa terdegradasi dengan sempurna oleh mikroorganisme yang berada di lingkungan dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat diperkirakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh bioplastik untuk bisa terdegradasi di alam secara sempurna (Hilwatullisan dan Hamid, 2019).
Tabel 2. Persentase Penguraian Per Minggu
Kode Sampel Persentase Penguraian Per Minggu (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
PVA/Pati 17 41 48 53 55 64 62 65
0% CT 24 46 47 55 66 58 63 69
10% CT 52 58 56 62 66 63 68 67
25% CT 54 64 71 75 73 71 77 77
50% CT 49 73 74 79 78 80 80 82
Berdasarkan persentase penguraian bioplastik pada Tabel 2 penguraian terkecil pada bioplastik PVA/pati yaitu 65% dan persentase tertinggi pada bioplastik CL PVA/pati (50% CT) yaitu sebesar 82% selama 8 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa bioplastik berbasis pati talas termodifikasi polivinil alkohol dan cangkang telur mempunyai kemampuan yang baik untuk terdegradasi di air sungai.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa bioplastik dengan adanya crosslink dan konsentrasi cangkang telur sebagai sumber CaCO3 sebesar 1,25 g (CL PVA/pati (25% CT)) terbaik dengan nilai uji tarik (tensile strenght) sebesar 2,05 Mpa, akan tetapi belum memenuhi nilai kuat tarik SNI 7818:2014, namun berdasarkan perpanjangan putus bioplastik sudah memenuhi SNI 7188.7:2016 yaitu 4% dan berdasarkan
nilai uji hidrofilitas terendah serta persentase penguraian tertinggi pada bioplastik CL PVA/pati (50% CT) yaitu 82% hal ini menunjukkan bahwa bioplastik mampu terdegradasi hampir 100% dalam jangka waktu 8 minggu.
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah penambahan cangkang telur sebagai filler dan adanya crosslink dalam pembuatan biopastik dari komposit PVA/pati memberikan hasil yang cukup baik berdasarkan hasil perpanjangan putus bioplastik yang sudah memenuhi SNI 7188.7:2016 serta nilai uji hidrofilitas dan dapat terdegradasi hampir 100% dalam air sungai.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura atas pembiayaan penelitian dan publikasi melalui Program Pendanaan DIPA Fakultas MIPA dengan nomor kontrak 2888/UN22.8/PT.00/2022.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, N., Kusumastuti, A,Y., &
Rahmawati, W. 2017, Pati Talas (Colocasia Esculenta (L) Schott) Sebagai Alternatif Sumber Pati Industri, Jurnal Momentum. Vol. 13, No. 1, hh. 46-52.
Budiman, J., Nopianti, R., & Lestari, D. S.
2018, Karakteristik Bioplastik dari Pati Buah Lindur (Bruguiera Gymnorrizha). Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. Vol. 7, No. 1, 49-59.
Cardoso, C.L. E., Parra, F.D., Scagliusi, R. S., Komatsu, H.G.L., & Lugao, B.A. 2021, Effect Of Lonising Radiation Applied to PLA Used As Compatibilizing Agent In Reinforced eGG Shell PBAT/PLA Biobased Composites. Journal of Research Updates in Polymer Science. Vol. 10, hh. 27-33.
Chandrakala, HN.; Ramaraj B.;
Shivakumaraiah.; Lee JH. dan Siddaramaiah., 2013, Polyvinyl alcohol/carbon coated zinc oxide nanocomposites: Electrical, optical, structural and morphological characteristics. Journal of Alloys and Compounds. 580:392-400.
Gallo, F., Fossi, C., Weber, R. Santilo, D.
Sousa, J., Ingram, I., Nadal, A., &
Romano, D. 2019, Marine Litter Plastics and Microplastics and Their
Toxic Chemicals Components: The Need for Urgent Preventive Measures. Environmental Science Europe. Vol. 30, No. 13, hh. 1-14.
Hayati, N. dan Lazulva., 2018, Preparing of Cornstarch (Zea Mays) Bioplastic Using ZnO Metal. Indonesian Journal of Chemical Science and Technology.
1(1):23-30.
Heidarian, P.; Behzad, T. dan Sadeghi, M., 2017, Investigation of Cross- linked PVA/starch Biokomposites Reinforced by Cellulose Nanofibrils Isolated from Aspen Wood Sawdust.
Cellulose, 24(8): 3323-3339.
Hilwatullisan., & Hamid, I. 2019, Pengaruh Kitosan dan Plasticizer Gliserol dalam Pembuatan Plastik Biodegradable dari Pati Talas.
Prosiding Seminar Nasional II Hasil Litbangyasa Industri, Palembang, 26 Agustus 2019.
Huang, D., Hu Z., Ding, Y., Zhen, Z., Lu, B., Ji, J., & Wang, G. 2019, Seawater Degradable PVA/PCL Blends With Water-Soluble Polyvinyl Alcohol As Degradation Accelerator. Polymer Degradation and Stability. Vol. 163, No. 1, hh. 195-205.
Intandiana, S.; Dawam, H. A.; Denny, R.
Y.; Septiyanto, F. R. dan Affifah, I., 2019, Pengaruh Karakteristik
Bioplastik Pati Singkong dan Selulosa Mikrokristalin Terhadap Sifat Mekanik dan Hidrofobisitas.
EduChemia. Vol. 4, No. 2, hh.185- 194.
Kasmuri, N., & Zait, A.S.M. 2018, Enhancement of Bio-plastic using Eggshells and Chitosan on Potato Starch Based. International Journal of Engineering and Technology. Vol.
7, No. 3, hh. 110-115.
Maulida.; Kartika, T,; Harahap, B. M. dan Ginting, S. H. M., 2018, Utilization of mango seed starch in manufacture of bioplastic reinforced with microparticle clay using glycerol as plasticizer, IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering, 309(1):1–7.
Mulchandani, N.; N. Shah. And T. Mehta., 2017, Synthesis of Chitosan Polyvinyl Alcohol Copolymers for Smart Drug Delivery Application. Polymers and Polymer Composites. 25:241-246.
Napper, I., Thompson, R. 2019, Environmental Deterioration o.f Biodegradable, Oxo-biodegradable, Compostable, and Conventional Plastic Carrier Bags in the Sea, Soil, and Open-Air Over a 3-Year Period.
Environmental Science and Technology. Vol. 53, No. 9, hh. 4775- 4783.
Novisa, S.; Nugroho, B. B.; Budiastuti, H.
dan Manfaati, R., 2020, Characterization and Production of Biodegradable Plastics from Cassava Rubber Starch and Old Newsprint Using Glycerol Plasticizer. Advances in Engineering Research, volume 198.
Nugroho, F.G., Nizardo, NM., &
Saepudin, E. 2019, Synthesis of Citric Acid Crosslinked PVA/Tapioca Starch Bioplastic Reinforced with Grafted Cellulose. Proceedings of the 5th International Symposium on Current Progress in Mathematich and Sciences.
Nulik, W.B., 2016, Analisa Pengaruh Suhu Pembentukan Ikatan Crosslink Antara Polyvinyl Alcohol dan Citirc Acid Pada Elektroda Karbon Untuk Proses Desalinasi Larutan NaCl, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Surabaya (Skripsi).
Nuriyah, L., Ganjang, S., & Junaydi, R.
2019, The Effect of Calcium Carbonate Addition to Mechanical Properties of Bioplastic Made from Cassava Starch with Glycerol as Plasticizer. 9th Annual Basic Science International Conference 2019.
Nuriyah, L.; Saroja, G. dan Rohmad, J., 2019, The Effect of Calcium Carbonate Addition to Mechanical Properties of Bioplastic Made from Cassava Starch with Glycerol as Plasticizer. IOP Conf. Series:
Materials Science and Engineering 546 (2019).
Ozdamar, E. G.; dan Atez, M., 2018, Rethinking sustainability: A research on starchbased bioplastic., J Sustain.
Construct Mater Technol. 3(3): 249- 260.
Purnavita, S dan Dewi, C.V. 2021, Kajian Ketahanan Bioplastik Pati Jagung Dengan Variasi Berat dan Suhu Pelarutan Polivinil Alkohol. Journal of Chemical Engineering. Vol. 2, No.
1, hh. 14-22.
Situmorang, U.F., Amna. H. dan Bambang. A.H. 2019, Pengaruh
Konsentrasi Pati Ubi Talas (Colocasia esculenta) dan Jenis Plasticizer Terhadap Karakteristik Bioplastik, Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. Vol. 7, No.
3, hh. 457-467.
Vanessa. 2019, Pengaruh Ukuran Partikel dan Waktu Pengempa terhadap Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Komposit Resin Poliester Berpengisi Serbuk Cangkang Telur ayam (Gallus gallus Domesticus), Universitas Sumatera Utara, Fakultas Teknik, Medan (Skripsi).
Zhong, Y., Godwin, P., Jin, Y. Xiao, H.
2019, Biodegradable Polymers and Green-based Antimicrobial Packaging Materials: A minireview.
Advanced Industrial and Engineering Polymer Research. Vol. 2, No. 4, hh.
167-177.