• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KADAR HCN BIJI KARET (Hevea brasiliensis) DARI PERKEBUNAN KARET PTPN IX DESA KARANGRAU KABUPATEN BANYUMAS MELALUI PERENDAMAN DAN PEREBUSAN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KADAR HCN BIJI KARET (Hevea brasiliensis) DARI PERKEBUNAN KARET PTPN IX DESA KARANGRAU KABUPATEN BANYUMAS MELALUI PERENDAMAN DAN PEREBUSAN - repository perpustakaan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Tanaman karet adalah tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia, sehingga Indonesia dikenal sebagai produsen karet. Indonesia memiliki luas area sekitar 3- 3.5 juta hektar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Indrawati dan Ratnawati, 2017). Perkebunan karet di Indonesia salah satunya adalah perkebunan karet PTPN IX Banyumas. Perkebunan Karet PTPN IX Banyumas secara geografis terletak pada 70-350 – 70-400 LS dan 1090-100 – 1090-200 BT.

Wilayah tersebut memiliki hasil produksi getah karet rata-rata 1300-1600 per tahun (Anonim, 2016).

Getah karet merupakan hasil produk utama dari tanaman karet sebagai bahan baku berbagai industri, misalnya industri ban dan industri alat-alat yang terbuat dari bahan karet. Tanaman karet dari Perkebunan Karet PTPN IX Banyumas memiliki luas sekitar 1.202 Ha (Anonim, 2016). Biji karet memiliki produktivitas sekitar 800 biji pertahun tiap tanaman karet (Puspitasari, 2016).

Tanaman karet memiliki bagian lain yang jarang dimanfaatkan yaitu biji karet.

Biji karet merupakan hasil sampingan dari tanaman karet yang dibiarkan begitu saja tanpa pemanfaatan lebih lanjut (Indrawati dan Ratnawati, 2017).

Biji karet tanpa pemnfaatan menjadikan biji karet sebagai limbah. Limbah biji karet yang dihasilkan pada umumnya hanya dijadikan benih generatif 20%

dan selebihnya dibiarkan atau terbuang sebagai limbah (Rivai dkk, 2015). Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan pada biji karet terkandung minyak nabati

(2)

sekitar 45.6%, karbohidrat 15.9%, protein 27%, lemak 32.3% dan abu 3.96% per 100 g daging biji karet. Kandungan gizi yang baik dengan kandungan mineral berkisar 0,85 mg Ca, 0,01 mg Fe dan 9,29 mg Mg per 100 gram daging biji karet.

Kandungan gizi yang tinggi dari biji karet sangat berpotensi agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan alternatif. Bahan pangan yang menyusun rantai protein dari komposisi senyawa asam amino, seperti leusin, isoleusin, lisin dan metionin (Ningsih dkk, 2015).

Biji karet yang memiliki produktivitas tinggi, dengan kandungan protein tinggi seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik. Pemanfaatan biji karet dapat melalui berbagai cara antara lain sebagai pakan ikan (Syamsunarno dan Sunarno, 2014), sebagai biodiesel serta mengetahui paruh waktu fermentasi terhadap kadar protein dan daya terima tempe dari biji karet (Ningsih dkk, 2015). Menurut Puspitasari (2016) berdasarkan kandungan protein yang cukup tinggi biji karet dapat diolah menjadi produk minuman sari biji karet sebagai sumber pangan protein. Menurut Rivai dkk (2015) biji karet dapat dijadikan sebagai bahan pangan alternatif antara lain keripik, tempeyek dan dadar gulung.

Biji karet juga mengandung zat berbahaya yaitu linamirin yang bersifat racun jika dikonsumsi manusia. Linamirin merupakan racun yang bila terhidrolisis akan menghasilkan senyawa yang berbahaya (asam sianida (HCN)) apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak (Ningsih dkk, 2015). Menurut Indrawati dan Ratnawati (2017) kadar HCN pada biji karet dapat diturunkan dengan cara mengolah bahan tersebut dengan tepat. Hal ini karena HCN memiliki sifat yang

(3)

mudah larut dalam air dan mudah menguap di udara terutama pada suhu lebih tinggi dari 250C.

Menurut Puspitasari (2016) hasil penelitian yang telah dilakukan dengan perendaman biji karet pada perbandingan 1:3, kemudian dilakukan perebusan secara terbuka dengan perbandingan 1:3, selanjutnya penirisan. Menurut Ningsih dkk (2015) hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan arang sekam padi dan garam kasar dapat menurunkan kadar HCN pada biji karet. Hal ini karena arang sekam padi dapat digunakan sebagai adsorben bagi HCN dan garam kasar dapat mengikat CN pada proses perendaman biji karet, sehingga kandungan HCN akan terbuang bersamaan terbuangnya air.

Menurut Puspitasari (2016) asam sianida (HCN) yang terkandung dalam biji karet tanpa perlakuan mencapai 330 mg/100g bahan. Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM (2013) menyatakan bahwa jumlah sianida yang bolrh masuk ke dalam tubuh maksimal 1 mg per kilogram berat badan per hari. Misalnya, untuk berat badan 50 kg seseorang hanya dapat mengkonsumsi kadar linamarin sebesar 50 mg per hari. Menurut Puspitasari (2016) apabila kadar linamarin dalam biji karet mentah sebesar 3,5549 mg/50 g biji karet, maka orang tersebut masih diijinkan mengonsumsi biji karet mentah sebanyak 8,5 ons per hari. Bila biji karet direndam selama 1 hari dan direbus 1,5 jam, maka biji karet dapat dikonsumsi hingga maksimal 2,1 kg per hari.

Berdasarkan latarbelakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul: “Analisis Kadar HCN Biji Karet (Hevea

(4)

brasiliensis) dari Perkebunan Karet PTPN IX Desa Karangrau Kabupaten Banyumas melalui perendaman dan perebusan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana kadar HCN biji karet (Hevea brasiliensis) dari perkebunan karet PTPN IX desa Karangrau kabupaten Banyumas melalui perendaman dan perebusan?

2. Perendaman mana yang paling baik dalam menurunkan kadar HCN pada biji karet (Hevea brasiliensis)?

3. Perebusan mana yang paling baik dalam menurunkan kadar HCN pada biji karet (Hevea brasiliensis)?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui:

1. Kadar HCN biji karet (Hevea brasiliensis) dari perkebunan karet PTPN IX desa Karangrau kabupaten Banyumas melalui perendaman dan perebusan.

2. Perendaman mana yang paling baik dalam menurunkan kadar HCN pada biji karet (Hevea brasiliensis).

3. Perebusan mana yang paling baik dalam menurunkan kadar HCN pada biji karet (Hevea brasiliensis).

(5)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat antara lain:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya Desa Karangrau mengenai kadar HCN yang terkandung dalam biji karet (Hevea brasiliensis), sehingga biji karet (Hevea brasiliensis) dapat dimanfaatkan untuk membantu perekonomian.

2. Sebagai rujukan dalam penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan potensi limbah biji karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan PTPN IX desa karangrau Banyumas.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian sekam padi dan tempurung kelapa sebagai penganti agregat halus dan agregat kasar dapat disimpulkan bahwa Penggunaan sekam padi dan tempurung