PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penggunaan alat kontrasepsi yang benar juga dapat menurunkan risiko kematian ibu dan bayi, oleh karena itu memastikan akses dan kualitas program Keluarga Berencana (KB) harus menjadi prioritas dalam pelayanan kesehatan. Dalam pembagian urusan pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana, salah satu sub persoalan yang menjadi tugas negara adalah melakukan standarisasi pelayanan keluarga berencana, oleh karena itu penting untuk memberikan suatu pedoman yang menjadi acuan dalam penyelenggaraan kontrasepsi. dan pelayanan keluarga berencana. Buku ketiga, Buku Pegangan Global untuk Penyedia Keluarga Berencana, menawarkan informasi teknis untuk membantu penyedia layanan kesehatan memberikan metode keluarga berencana yang tepat dan efektif.
Informasi mencakup dan mencerminkan Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi dan Rekomendasi Praktik Terpilih untuk Penggunaan Kontrasepsi Buku ini memberikan panduan spesifik dan praktis mengenai 21 metode keluarga berencana. Buku keempat, Alat Pengambil Keputusan untuk Klien dan Penyedia Keluarga Berencana, merupakan buku flipbook yang menggabungkan pedoman WHO menjadi alat yang membantu penyedia dan klien keluarga berencana mendiskusikan pilihan-pilihan keluarga berencana dan membantu klien mengambil keputusan. Alat flip-book ini memandu penyedia dan klien melalui proses terstruktur yang memfasilitasi pemilihan dan penggunaan metode keluarga berencana.
Dua buku lainnya, The Global Handbook for Family Planning Providers dan The Decision Aids for Family Planning Clients and Providers, ditujukan untuk penyedia layanan keluarga berencana garis depan di berbagai tingkatan dan mencakup banyak informasi teknis penting untuk membantu penyedia layanan meningkatkan keterampilan mereka dalam penyediaan layanan keluarga berencana. layanan. dan saran. Untuk itu, Kementerian Kesehatan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) bersama organisasi profesi menerbitkan Buku Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga Berencana (KB) sebagai acuan bagi pengelola program dan penyelenggara keluarga berencana.
TUJUAN
- UMUM
- KHUSUS
Buku Panduan Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi dan Buku Panduan Rekomendasi Praktik Terpilih untuk Penggunaan Kontrasepsi ditujukan bagi para pengambil kebijakan dan pengelola program dan dianggap sebagai referensi penting dalam pembuatan pedoman nasional. Saat ini pelaksanaan pelayanan KB masih mengacu pada Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi yang diterbitkan pada tahun 2003 oleh Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dan telah beberapa kali dicetak ulang oleh BKKBN. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini, perlu adanya pembenahan dan pemutakhiran standar pelayanan KB, guna meningkatkan kualitas pemberian pelayanan kontrasepsi.
SASARAN
RUANG LINGKUP
DASAR HUKUM
Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem Indonesia Case Base Groups (INA CBGs). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Dalam Jaminan Kesehatan Nasional.
Peraturan Menteri Kesehatan no. 6 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 52 Tahun 2016 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Pra Hamil, Melahirkan, dan Pasca Persalinan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional No. 9 Tahun 2019 tentang Pemenuhan Kebutuhan Alat Kontrasepsi dan Obat-obatan Bagi Pasangan Usia Subur Dalam Pelayanan Keluarga Berencana.
Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia No. 6 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/514 Tahun 2015 tentang Pedoman Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
KEBIJAKAN PELAYANAN KB
- PENTINGNYA PERENCANAAN KEHAMILAN
- KEBIJAKAN PELAYANAN KB
- PERMASALAHAN PELAYANAN KB
- PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM PELAYANAN KB
- STANDARISASI PELAYANAN KONTRASEPSI
Salah satu kebijakan dan strategi pembangunan nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional antara lain melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, keluarga berencana (KB) dan reproduksi. kesehatan, meliputi : perluasan akses dan mutu pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (kespro) sesuai karakteristik daerah didukung dengan optimalisasi peran swasta dan pemerintah melalui advokasi, komunikasi, informasi, pendidikan (CIE) Kependudukan, Keluarga Berencana dan Program Pembangunan (KKBPK)/Bangga Kencana) dan keluarga berencana serta penyuluhan Kespro; peningkatan kompetensi Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), tenaga lapangan dan tenaga kesehatan dalam pelayanan KB; Selain pemasangan alocon dan penanganan efek samping, komplikasi dan kegagalan, tenaga kesehatan juga dapat melakukan mobilisasi melalui Konseling Keluarga Berencana dengan menggunakan alat pengambilan keputusan (FPD) dan screening kondisi kesehatan klien menggunakan roda KLOP (diagram melingkar kriteria kelayakan medis untuk digunakan) Kontrasepsi). Tenaga kesehatan yang berperan dalam memberikan pelayanan KB antara lain dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis urologi, dokter bedah umum, dokter umum, bidan, dan perawat.
Dalam praktiknya, kompetensi dan kewenangan setiap tenaga kesehatan dalam pelayanan KB diatur oleh pemerintah melalui beberapa peraturan. Kompetensi tenaga kesehatan dalam pemberian pelayanan kontrasepsi mengacu pada standar kompetensi yang dikeluarkan oleh masing-masing kolegium profesi. Untuk meningkatkan kualitas pemberian konseling, sebaiknya petugas kesehatan dilatih Komunikasi Interpersonal (ICC)/konseling menggunakan (ABPK) dengan keluarga berencana.
Pelayanan KIE dilaksanakan di lokasi oleh penyuluh KB/PLKB serta pengelola dan tenaga kesehatan. Persetujuan tindakan tenaga kesehatan merupakan persetujuan tindakan yang menetapkan kesiapan dan kesediaan klien untuk berkeluarga berencana.
METODE KONTRASEPSI
PENGKLASIFIKASIAN METODE KONTRASEPSI
Mengingat karakteristik ini, metode kontrasepsi baru umumnya akan diberi label modern ketika sudah beredar di pasaran.
EFEKTIVITAS KONTRASEPSI
JENIS METODE KONTRASEPSI
- ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
- KONTRASEPSI IMPLAN
- KONTRASEPSI SUNTIK
- KONTRASEPSI PIL
- KONDOM
- TUBEKTOMI
- VASEKTOMI
- METODE AMENORE LAKTASI (MAL)
- METODE SADAR MASA SUBUR
- SANGGAMA TERPUTUS
Rasakan ujung batang implan di dekat bahu untuk memastikan batang implan terpasang dengan benar. Masukkan jarum dengan hati-hati di bawah ujung batang implan pertama hingga mencapai sekitar sepertiga panjang batang (1 cm). Sambil menyuntikkan obat bius (sekitar 0,5 ml), tarik jarum secara perlahan untuk mengangkat ujung batang implan.
Sebelum menentukan penempatan, pastikan tidak ada ujung batang implan di bawah sayatan lama (hal ini untuk mencegah batang implan terpotong di bawah sayatan). Lepaskan klem pertama dan tarik keluar batang implan secara perlahan dan hati-hati dengan klem kedua. Tarik klem secara perlahan sehingga ujung batang implan terlihat pada sayatan di sisi berlawanan dari klem.
Apabila ujung bawah batang implan (dekat siku) sudah terlihat jelas di bawah kulit, buatlah sayatan kecil (2 - 3 mm) di atas ujung batang implan dengan menggunakan pisau bedah. Anda juga dapat menutup lengan bagian bawah tempat batang implan dipasang menggunakan tirai steril (pilihan lainnya adalah menggunakan tirai yang telah didekontaminasi, dicuci, dan dikeringkan dengan udara atau dalam pengering). Buat sayatan kecil memanjang (vertikal) (4 mm) sejajar dengan sumbu panjang batang implan menggunakan pisau bedah.
Masukkan ujung klem U dengan hati-hati melalui sayatan dengan sudut kanan terhadap sumbu panjang poros implan terdekat.
PROSEDUR KLINIS PELAYANAN KB
ALGORITMA PELAYANAN KB
- ALGORITMA UNTUK METODE KONTRASEPSI HORMONAL
- ALGORITMA UNTUK AKDR
3 Untuk pasien dengan indeks massa tubuh di atas 25, Pencegahan Darurat Levonorgestrel EC (Condar) tidak bekerja lebih baik dibandingkan plasebo. Karena hormon dapat menurunkan efektivitas ulipristal, maka metode baru ini sebaiknya dimulai paling lambat 5 hari setelah ulipristal.
PELAKSANAAN PROSEDUR PELAYANAN
- PRA PELAYANAN
- PELAYANAN KONTRASEPSI
- PASCA PELAYANAN KONTRASEPSI
- PELAYANAN KONTRASEPSI PADA KONDISI KHUSUS
Tanpa menggerakkan jarum, masukkan di bawah kulit (subdermis) kira-kira. 5 cm antara dua implan yang akan dipasang. Hal ini untuk memastikan kedua batang implan dipasang pada posisi yang benar dan pada bidang yang sama di bawah kulit. Dorong ujung batang implan ke sayatan dengan jari Anda hingga ujung batang implan terlihat di sayatan.
Bersihkan dan buka jaringan ikat di sekitar batang implan dengan cara digosok menggunakan kain kasa steril hingga ujung batang implan terlihat. Rasakan ujung batang implan pada area dekat siku, dorong ujung atas batang implan (dekat bahu klien) dengan jari. Bila perlu, potong jaringan ikat yang mengelilingi ujung batang implan sambil tetap memegang batang implan dengan ibu jari dan telunjuk.
Amankan batang implan yang paling dekat dengan sayatan dengan jari telunjuk Anda sejajar dengan panjang batang implan.
MANAJEMEN PELAYANAN KB
PERENCANAAN
- PENENTUAN SASARAN
- SUMBER DAYA MANUSIA
- SARANA DAN PRASARANA
- ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI
- JARINGAN PELAYANAN
- PEMBIAYAAN
PELAKSANAAN
- PENCEGAHAN INFEKSI
- KLASIFIKASI FASILITAS PELAYANAN
- SISTEM RUJUKAN
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
- PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
- PENCATATAN DAN PELAPORAN
- INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM