• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku: Keselamatan SPBU 2018

N/A
N/A
yahya fawwaz

Academic year: 2023

Membagikan "Buku: Keselamatan SPBU 2018"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

Buku ini merupakan bentuk pembinaan pemerintah yaitu Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) kepada para pemangku kepentingan teknik mengenai keselamatan kegiatan operasional di SPBU. Buku ini merupakan bentuk pembinaan pemerintah cq Direktorat Teknik Migas dan Lingkungan Hidup kepada para pemangku kepentingan di bidang keteknikan khususnya mengenai keselamatan kegiatan operasional di SPBU.

BAGIAN I

BAGIAN I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN

PROSES PENYUSUNAN BUKU KESELAMATAN SPBU

DRAFT TEKNIS

DRAFT IMPLEM

DRAFT PEDOMAN

Panduan ini awalnya mengacu sepenuhnya pada Stasiun Pengisian Bensin HSE (SPBU: Konstruksi dan Operasi (1998)) oleh Eksekutif HSE Inggris, yang banyak dirujuk di tempat lain. Penyusunan Draft Teknis ini dilakukan melalui diskusi eksternal dan internal yang melibatkan Pertamina, Shell, Total dan AKR.

DRAFT Rev0

Lesson learned dari analisis hasil audit dan investigasi kecelakaan SPBU

Bagian ini berisi pembelajaran dari analisis investigasi kecelakaan SPBU dan hasil audit yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi serta TIPKM, yang dapat dilihat selengkapnya pada Bab III buku ini.

IMPLEMENTASI Ditjen Migas - TIPK Migas -

DRAFT IMPLEMENTASI

BAGIAN II

PEDOMAN SPBU

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 0289.K/18/DJM.T/2018

TENTANG

PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN PERALATAN DAN INSTALASI SERTA PENGOPERASIAN INSTALASI SPBU

PEDOMAN

SPBU

PEDOMAN TEKNIS

KESELAMATAN PERALATAN DAN INSTALASI SERTA PENGOPERASIAN INSTALASI SPBU

DAFTAR ISI

DAFTAR ISTILAH DAN STANDAR YANG TERKAIT 24

KARAKTERISTIK BAHAYA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) 27

DAFTAR ISTILAH DAN STANDAR YANG TERKAIT A. Daftar Istilah

Pemegang izin usaha adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha sementara atau izin usaha kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi. Pengelola SPBU adalah pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan operasional SPBU, yang dapat dilakukan langsung oleh Penerima Izin Usaha, Distributor, atau pihak lain yang ditunjuk oleh Penerima Izin Usaha atau Distributor.

KARAKTERISTIK BAHAYA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) A. Karakteristik Umum

Seluruh produk BBM yang didistribusikan di SPBU harus memiliki Material Safety Data Sheet (MSDS). Produk bahan bakar tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berpotensi mencemari lingkungan melalui udara, air, dan tanah.

KLASIFIKASI AREA BERBAHAYA A. Umum

Dalam petunjuk teknis ini, klasifikasi area berbahaya diklasifikasikan sebagai berikut (namun tidak mengecualikan penggunaan standar lain): Dengan demikian, klasifikasi area berbahaya bila digunakan pada tipikal SPBU, seperti pada Gambar 3 di bawah ini :.

Gambar 1. Tipikal Tata Letak SPBU
Gambar 1. Tipikal Tata Letak SPBU

Contoh Klasifikasi Area Berbahaya di SPBU 1. Tangki Pendam

  • PERENCANAAN, KONSTRUKSI DAN PEMASANGAN A. Umum dan Tata Letak
  • OPERASI DAN PEMELIHARAAN A. Aspek Umum
  • SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN MIGAS (SMKM)

Setiap tangki atau kompartemen harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air yang terakumulasi di dasar tangki. Setiap saluran harus dilengkapi dengan katup satu arah (check valve) untuk mencegah aliran balik ke dalam tangki atau kompartemen selama pemompaan atau jika stasiun pengisian tidak dioperasikan dalam jangka waktu lama (misalnya pada malam hari). SPBU harus dilengkapi dengan sistem drainase (catchment area) untuk menampung air hujan dan air berminyak (oil water), dengan konstruksi lantai kedap air dan didesain dengan kemiringan 1o (satu derajat) agar tumpahan bahan bakar/percikan tidak menumpuk dan mengalir menuju daerah tangkapan air.

SPBU harus dilengkapi dengan Emergency Shut Down (ESD) dan pemasangannya harus sesuai standar yang berlaku. SPBU harus dilengkapi dengan sistem alarm kebakaran seperti telepon darurat dan/atau bentuk lainnya. e. SPBU harus dilengkapi dengan sistem pendeteksi kebocoran yaitu berupa sumur pemantau dan/atau peralatan lainnya.

SPBU harus dilengkapi dengan fasilitas yang menjamin keselamatan seperti pagar pembatas, kamera pengawas/CCTV, komunikasi darurat dan penerangan. Perbaikan pompa dan dispenser harus dilengkapi dengan sistem izin kerja dan terisolasi dari peralatan lain.

Tabel 2.   Klasifikasi area berbahaya pada pipa venting tangki pendam (lihat Gambar 5)
Tabel 2. Klasifikasi area berbahaya pada pipa venting tangki pendam (lihat Gambar 5)

SUB LAMPIRAN 1

SUB LAMPIRAN 2 PEMERIKSAAN

LAPORAN SUMUR PANTAU (MONITORING WELL) SPBU No

SUB LAMPIRAN 3

DAFTAR PERIKSA KESELAMATAN MIGAS PEMERIKSAAN KESELAMATAN MIGAS SPBU

SUB LAMPIRAN 4

Satu) Unit Kerja

BAGIAN III

BAGIAN III LESSON LEARNED

LESSON LEARNED RANGKUMAN HASIL INVESTIGASI

DAN HASIL AUDIT

HASIL INVESTIGASI

Kekurangan Teknik: Desain perpipaan yang memuat saluran bahan bakar dan selang dari pompa tangki ke dispenser tidak diisolasi (ditutupi pasir). Pengelola, petugas, dan pengawas SPBU belum memahami bahaya listrik statis saat menuangkan bahan bakar ke dalam tabung plastik. Kurangnya prosedur: Menuangkan bahan bakar ke dalam tabung plastik yang dapat menimbulkan kebakaran akibat listrik statis tidak dilakukan oleh badan usaha.

Kurangnya pengendalian: pengisian bahan bakar oleh pihak/pelanggan yang tidak berkepentingan dan pengisian bahan bakar di kaleng sepeda motor. Kurangnya prosedur: Mengisi bahan bakar dalam kaleng logam tanpa prosedur yang aman 2. Kurangnya tanggap darurat: Upaya pengendalian kebakaran tidak mengikuti prosedur dan kurangnya keterampilan operator lokal.

HASIL AUDIT

Sebagai indikatornya, masih banyak ditemukan pelanggaran yang dilakukan oleh berbagai pemilik SPBU yang dilakukan pihak berwenang, seperti meteran palsu dan lain-lain. Pekerja/operator SPBU belum sepenuhnya memahami risiko-risiko di SPBU dan mitigasinya, misalnya bahaya mengisi jerigen, risiko menghirup gas hidrokarbon dan lain-lain. Masih terdapat SPBU yang belum menerapkan sistem perancangan yang baik, seperti sistem saluran, pipa, spesifikasi dispenser dan lain-lain.

Kebanyakan SPBU belum memiliki program pembinaan dan pelatihan yang baik bagi pekerjanya seperti Basic Safety, Fire Prevention, teknik intervensi C3 dalam menghadapi konsumen dan lain-lain. Pelatihan tanggap darurat di berbagai SPBU juga tidak dilakukan secara berkala, misalnya kebakaran, tumpahan minyak dan lain-lain. Di tingkat badan usaha, pemantauan dan pengukuran kinerja dilakukan dengan baik, termasuk data insiden, statistik, analisis insiden dan lain-lain.

BAGIAN IV

BAGIAN IV ANALISIS

ANALISIS KECELAKAAN

  • KEBAKARAN SPBU PINANG RANTI Data Kejadian
  • Uraian Singkat Kejadian
  • Penyebab Langsung
  • Penyebab dasar adalah
    • Analisis Penyebab Kejadian
    • Lesson Learned
    • KEBAKARAN SPBU PONTIANAK 1. Data Kejadian
    • Deskripsi Kejadian
    • Penyebab Langsung
    • Penyebab Dasar
    • Analisis KejadianBAGIAN IV

Diketahui empat katup pada lubang pengukur kedalaman bahan bakar di empat tangki penyimpanan (diesel, premium, premium, pertadex) terbuka. Hal ini dimungkinkan jika ada tekanan dari dalam tangki yang disebabkan oleh ledakan di lubang countersunk yang terbuka. Hal ini dimungkinkan jika ada tekanan dari dalam tangki yang disebabkan oleh ledakan di lubang countersunk yang terbuka.

Uap bahan bakar (premium, pertadex, solar) telah lama terakumulasi di seluruh saluran yang menghubungkan tangki penyimpanan dan dispenser, sehingga mudah terbakar dan meledak. Uap bahan bakar ini berasal dari lubang pengukur ketinggian tangki bawah tanah yang selalu terbuka, setidaknya sejak 6 Januari 2016 (terakhir kali tangki premium berkapasitas 16 kL terisi seluruhnya) hingga ledakan terjadi pada 7 Januari 2016. Namun salah satu fakta yang ditemukan adalah bukaan pengisi bahan bakar dari kapal tanker hingga tangki penyimpanan terbuka.

Gambar 1. Situasi dan lokasi terjadinya kecelakaan
Gambar 1. Situasi dan lokasi terjadinya kecelakaan

ANALISIS KECELAKAAN

KEBAKARAN SPBU CAKUNG 1. Data Kejadian

Unit SPBU yang terbakar merupakan bagian SPBU yang khusus melayani mesin, terdiri dari 2 (dua) dispenser, satu dispenser untuk premium dan satu lagi untuk pertalite. Selain itu, informasi di lapangan juga menyebutkan, saat kejadian, sebuah kapal tanker bahan bakar sedang mengisi bahan bakar di tangki penyimpanan sekitar 10 meter dari SPBU yang terbakar. Akibat kebakaran tersebut, dispenser premium mengalami kerusakan berat, begitu pula struktur/struktur, atap dan lantai SPBU hingga bagian samping dispenser premium, sedangkan dispenser pertalite hanya mengalami kerusakan ringan (lihat Gambar 1). . .

Begitu pula dengan 2 (dua) unit sepeda motor yakni sepeda motor pertama dan sepeda motor kedua ikut terbakar akibat kebakaran tersebut dan hanya tersisa rangkanya saja. Kerugian : - Mesin hadiah dan konstruksi/struktur, atap dan lantai unit SPBU rusak berat sedangkan dispenser. Seorang pekerja mengisi hadiah ke dalam jerigen ukuran 20 L dan seorang pekerja lainnya mengisi hadiah ke dalam 2 buah sepeda motor.

Substandard Act

Pada saat yang sama, tangki penyimpanan bahan bakar juga terisi yang berjarak sekitar 10 meter dari dispenser. Analisis kejadian kebakaran dilakukan dengan menggunakan metode SCAT (Systematic Cause Analysis Technique) untuk melihat penyebab langsung dan penyebab dasar terjadinya kejadian kebakaran. Berdasarkan hasil analisis SCAT, kejadian ledakan dan kilatan api di SPBU ini adalah sebagai berikut: . a) Penyebab langsung.

Substandard Condition

Analisis Kejadian

Pada saat yang sama, tangki penampung juga diisi oleh truk tangki bahan bakar, sehingga meningkatkan kandungan uap HC (hidrokarbon) yang masuk ke dispenser dan kaleng. Kurangnya pengetahuan/pelatihan awal yang tidak memadai/pelatihan penyegaran/penyegaran yang tidak memadai/kurangnya kesadaran situasional/persepsi risiko/kesadaran risiko Dari data personel kerja. Namun dari hasil wawancara, pemahaman pekerja terhadap aspek keselamatan operasional masih belum lengkap, misalnya saat ditanya proses pembangkitan listrik statis pada saat pengisian kaleng, supervisor dan pekerja kurang memahaminya.

Job Factors

Tidak ada prosedur khusus dan pelatihan karyawan untuk pengisian bahan bakar ke jerigen dan larangan kegiatan pengisian bahan bakar pada saat proses pembongkaran bahan bakar dari kapal tanker ke tangki penyimpanan. Sumber bahan bakar dapat berasal dari uap bahan bakar pada saat pengisian bahan bakar pada jerigen, sekaligus bahan bakar tersebut diturunkan ke dalam tangki penyimpanan yang berjarak sekitar 10 meter dari dispenser. Kurangnya keterampilan: Pekerja tidak mengetahui cara bekerja yang aman saat mengisi bahan bakar dan bahaya mengisi bahan bakar di jerigen.

Para pekerja tidak mengidentifikasi risiko yang terkait dengan pembongkaran bahan bakar dan pengisian jerigen dengan bahan bakar. Sumber bahan mudah terbakar berasal dari uap bahan bakar pada saat pengisian bahan bakar ke dalam jerigen, dan pada saat yang sama bahan bakar tersebut diturunkan ke dalam tangki penyimpanan yang berjarak sekitar 10 meter dari dispenser. Peristiwa ini terjadi saat pihak bengkel sedang melakukan perbaikan pada sistem pengalih pompa submersible yang terpasang pada tangki produk Pertalite.

Gambar 5. Kebakaran SPBU di Jalan Raya Penggilingan  Cakung, Jakarta Timu
Gambar 5. Kebakaran SPBU di Jalan Raya Penggilingan Cakung, Jakarta Timu

Penyebab Tidak Langsung (Penyebab Dasar) 1. Lack of Management

  • KEBAKARAN SPBU ACEH 1. Data Kejadian

Kondisi berbahaya (kondisi di bawah standar) tersebut diduga timbul karena keberadaan dan penimbunan uap bahan bakar pada bendungan dan/atau saluran semakin meningkat akibat proses pembongkaran bahan bakar dari mobil tangki ke dalam tangki penyimpanan yang dilakukan beberapa waktu. waktu sebelumnya, sehingga diperkirakan kadar uap bahan bakar pada piston dan/atau saluran telah mencapai kondisi zona mudah terbakar. Selain itu, diperkirakan terjadi penumpukan uap bahan bakar di saluran karena lubang pemeriksaan ketinggian bahan bakar. Sumber panas tersebut diduga berasal dari korsleting kabel listrik di dalam dispenser (perlu diingat bahwa hanya peralatan listrik di dalam dispenser yang dapat menghasilkan panas/nyala api).

Adanya uap hidrokarbon di udara yang masuk ke saluran kabel mengakibatkan campuran mudah terbakar. Belum tersedianya deteksi dini di saluran kabel maupun di dispenser kabin, seperti; detektor gas yang dapat mendeteksi/mengetahui secara dini jika terjadi kebocoran atau adanya gas pada saluran atau kabin dispenser. Tidak ada penghalang atau segel pada saluran bilik untuk mengisolasi kebocoran/gas.

Gambar 1. Gambar dari rekaman CCTV saat terjadinya kebakaran di SPBU NO. 44.571.24 di Solo
Gambar 1. Gambar dari rekaman CCTV saat terjadinya kebakaran di SPBU NO. 44.571.24 di Solo

Penyebab dasar adalah : a) Personal Factor

  • KEBAKARAN SPBU WARUNG JAMBU BOGOR
  • Data Kejadian
  • Analisis terjadinya api
  • Analisis Kecelakaan 1. Penyebab Langsung
  • Analisis Penyebab KebakaranBAGIAN IV
  • Penyebab dasar adalah : 1) Personal Factor
  • KEBAKARAN SPBU TRENGGALEK 1. Data Kejadian
  • Analisis Penyebab Kebakaran
  • KEBAKARAN SPBU BERBEK 1. Data Kejadian
  • KEBAKARAN SPBU PALMERAH 1. Data Kejadian
  • Penyebab Dasar Lack of Management
  • Penyebab dasar Lack of Engeneering
  • KEBAKARAN SPBU LABUHAN BATU 1. Data Kejadian

Operator dan pekerja SPBU tidak memahami bahwa bahan bakar yang tumpah pada saat pembersihan saringan yang masuk ke pipa kabel akan menumpuk dan membentuk campuran yang mudah terbakar sehingga dapat menimbulkan kebakaran jika ada sumber panas/nyala api. Setiap saluran kabel SPBU harus dilengkapi dengan seal/penghalang untuk mencegah gas menyebar/berpindah dari satu dispenser ke dispenser lainnya. Permukaan panas (warm surface) mesin atau knalpot mesin yang digunakan SPBU disekitarnya belum menyelenggarakan SMK sehingga belum memiliki dokumen analisis risiko atas aktivitasnya.

Pekerjaan pengisian bahan bakar ke jerigen belum dilengkapi dengan SOP yang lengkap dengan analisis dan mitigasi risiko. Kebakaran tersebut disebabkan oleh pihak ketiga yang mengisi bahan bakar di stasiun pengisian bahan bakar dengan menggunakan kendaraan CNG yang tidak aman. Melatih semua operator stasiun layanan untuk memantau semua fasilitas stasiun layanan untuk memastikan semuanya aman dan berfungsi dengan baik.

Gambar 4: Keadaan SPBU saat terjadinya kebakaran
Gambar 4: Keadaan SPBU saat terjadinya kebakaran

BAGIAN V PENUTUP

PENUTUP

BaGIan V PENutuP

PenUtUP

DAFTAR PENULIS

BUKU KESELAMATAN SPBU

Gambar

Gambar 1. Tahapan penyusunan pedoman
Gambar 1. Tipikal Tata Letak SPBU
Tabel 1.   Klasifikasi area berbahaya pada tangki pendam (lihat Gambar 4)
Tabel 2.   Klasifikasi area berbahaya pada pipa venting tangki pendam (lihat Gambar 5)
+7

Referensi

Dokumen terkait

RANCANG BANGUN CONSULTANT Nilai evaluasi teknis = 73,24 > 60 (nilai ambang batas) Dinyatakan memenuhi persyaratan teknis dan dilanjutkan tahap evaluasi

Dari serangkaian percobaan dapat disimpulkan bahwa spesfifikasi teknis hasil rancang bangun antena rectangular microstrip slot telah memenuhi persyaratan teknis untuk

Penelitian yang dilakukan adalah rancang bangun prototipe sistem monitoring BBM pada tangki pendam SPBU berbasis NodeMCU dan Internet Of Things IoT menggunakan sensor ultrasonik

Persyaratan administratif juga telah dipenuhi dengan adanya Standar Pelayanan Pubik (SPP). Sedangkan untuk persyaratan teknis telah terpenuhi dengan tersedianya

Struktur bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan keselamatan (safety) dan ketentuan peraturan perundang- undangan dan standar untuk konstruksi bangunan gedung, yang

Australian SDS Statement Diklasifikasikan sebagai bahan tidak berbahaya berdasarkan kriteria Keselamatan Kerja Australia GHS - Klasifikasi Bahaya Kesehatan Tidak

Australian SDS Statement Diklasifikasikan sebagai bahan tidak berbahaya berdasarkan kriteria Keselamatan Kerja Australia GHS - Klasifikasi Bahaya Kesehatan Tidak

Australian SDS Statement Diklasifikasikan sebagai bahan tidak berbahaya berdasarkan kriteria Keselamatan Kerja Australia GHS - Klasifikasi Bahaya Kesehatan Tidak Berbahaya Bahaya