• Tidak ada hasil yang ditemukan

buku kump peraturan pestisida

N/A
N/A
Dika Agung Marlianto

Academic year: 2024

Membagikan " buku kump peraturan pestisida"

Copied!
343
0
0

Teks penuh

Saat ini penggunaan pestisida sangat tinggi dan ketersediaan pestisida di lapangan sangat beragam, sehingga petani/pengguna memiliki kesempatan untuk memilih sesuai dengan kebutuhan dan harga yang sesuai. Berdasarkan hasil pengawasan ditingkat lapangan, masih ditemukan pestisida beredar yang tidak sesuai dengan ketentuan berlaku seperti pestisida yang tidak terdaftar di Kementerian Pertanian, pestisida palsu, pestisida yang kemasan/label tidak sesuai dengan aturan berlaku dan mutu diluar batas toleransi yang ditetapkan. Disamping dapat memberikan manfaat, pestisida juga dapat memberikan dampak negatif apabila tidak dikelola dengan baik dan bijaksana. Pemerintah telah menerbitkan peraturan-peraturan terkait dengan pestisida pada tingkat pengadaan/produksi, peredaran, penggunaan dan penyimpanannya, agar pestisida yang beredar dan digunakan di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Peraturan-peraturan tersebut perlu disosialisasikan agar pestisida yang diedarkan dan digunakan harus pestisida yang telah terdaftar dan memperoleh izin Menteri Pertanian, label/kemasan sesuai dengan aturan berlaku serta mutunya harus sesuai dengan batas toleransi yang ditetapkan. Buku kumpulan peraturan pestisida ini memuat peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pengelolaan pestisida di Indonesia. Peraturan dimaksud berupa Undang-Undang RI beserta penjelasannya, Peraturan Pemerintah beserta penjelasannya dan Peraturan Menteri Pertanian yang terkait dengan pestisida. Dengan diterbitkannya Buku Kumpulan Peraturan Pestisida ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang peraturan di bidang pestisida bagi pihak- pihak terkait sehingga pengelolaan pestisida di Indonesia dapat dilaksanakan dengan baik. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan………. Penjelasan atas Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan……….. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen………. Penjelasan atas Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen………. Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida………. Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 1995 tentang. Penjelasan atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman………. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom………. Penjelasan atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom………. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/KPTS/OT Tentang Pedoman Pengendalian Organisme Pengganggu. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 107/Permentan/SR tentang Pengawasan Pestisida………. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2019 tentang. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan………. Penjelasan atas Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan……….. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen………. Penjelasan atas Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen………. Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida………. Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 1995 tentang. Penjelasan atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman………. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom………. Penjelasan atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom………. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/KPTS/OT Tentang Pedoman Pengendalian Organisme Pengganggu. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 107/Permentan/SR tentang Pengawasan Pestisida………. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2019 tentang. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2019. SISTEM BUDI DAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. bahwa dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilakukan pembangunan di segala bidang salah satunya pembangunan di bidang pertanian;. bahwa sistem pembangunan berkelanjutan perlu ditumbuhkembangkan dalam pembangunan di bidang pertanian melalui sistem budi daya pertanian untuk mencapai kedaulatan pangan dengan memperhatikan daya dukung ekosistem, mitigasi, dan adaptasi perubahan iklim guna mewujudkan sistem pertanian yang maju, efisien, tangguh, dan berkelanjutan;. bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan zaman dan kebutuhan hukum di masyarakat sehingga perlu diganti;. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan;. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2019. SISTEM BUDI DAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. bahwa dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilakukan pembangunan di segala bidang salah satunya pembangunan di bidang pertanian;. bahwa sistem pembangunan berkelanjutan perlu ditumbuhkembangkan dalam pembangunan di bidang pertanian melalui sistem budi daya pertanian untuk mencapai kedaulatan pangan dengan memperhatikan daya dukung ekosistem, mitigasi, dan adaptasi perubahan iklim guna mewujudkan sistem pertanian yang maju, efisien, tangguh, dan berkelanjutan;. bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan zaman dan kebutuhan hukum di masyarakat sehingga perlu diganti;. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan;. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan. dan mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan. Varietas Tanaman yang selanjutnya disebut Varietas, adalah sekelompok Tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk Tanaman, pertumbuhan Tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Sertifikasi adalah serangkaian pemeriksaan dan/ atau pengujian dalam rangka penerbitan sertifikat. Pelindungan Pertanian adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budi daya Pertanian yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan dan penyakit hewan. Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau mengakibatkan kematian tumbuhan. Eradikasi adalah tindakan pemusnahan terhadap Tanaman, Organisme Pengganggu Tumbuhan, penyakit hewan, dan benda lain yang menyebabkan tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan dari penyakit hewan. Sarana Budi Daya Pertanian adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan/atau bahan yang dibutuhkan untuk budi daya Pertanian. Prasarana Budi Daya Pertanian adalah segala sesuatu yang menjadi penunjang utama dan pendukung budi daya Pertanian. Pupuk adalah bahan kimia anorganik dan/atau organik, bahan alami dan/atau sintetis, organisme dan/atau yang telah melalui proses rekayasa, untuk menyediakan unsur hara bagi Tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Usaha Budi Daya Pertanian adalah semua kegiatan untuk menghasilkan produk dan/atau menyediakan jasa yang berkaitan dengan budi daya Pertanian. Petani adalah warga negara Indonesia perseorangan dan/atau beserta keluarganya yang melakukan usaha tani di bidang Tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Pelaku Usaha adalah Setiap Orang yang melakukan usaha MEMUTUSKAN :. Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDI DAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:. Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik dan berkesinambungan dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam suatu agroekosistem. Tanaman adalah sumber daya alam nabati yang dibudidayakan mencakup tanaman semusim dan tahunan. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang tanah beserta segenap faktor yang mempengaruh penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi, baik yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia. Sumber Daya Genetik adalah material genetik yang berasal dari tumbuhan, hewan, atau jasad renik yang mengandung unit yang berfungsi sebagai pembawa sifat keturunan, baik yang mempunyai nilai nyata maupun potensial. Pemuliaan adalah kegiatan dalam memelihara tumbuhan atau hewan untuk menjaga kemurnian galur, ras, atau varietas sekaligus memperbaiki produksi atau kualitasnya. Benih Tanaman adalah Tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan Tanaman. Benih Hewan adalah bahan reproduksi hewan yang dapat berupa semen, sperma, ova, telur tertunas, dan embrio. dan mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan. Varietas Tanaman yang selanjutnya disebut Varietas, adalah sekelompok Tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk Tanaman, pertumbuhan Tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Sertifikasi adalah serangkaian pemeriksaan dan/ atau pengujian dalam rangka penerbitan sertifikat. Pelindungan Pertanian adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budi daya Pertanian yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan dan penyakit hewan. Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau mengakibatkan kematian tumbuhan. Eradikasi adalah tindakan pemusnahan terhadap Tanaman, Organisme Pengganggu Tumbuhan, penyakit hewan, dan benda lain yang menyebabkan tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan dari penyakit hewan. Sarana Budi Daya Pertanian adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan/atau bahan yang dibutuhkan untuk budi daya Pertanian. Prasarana Budi Daya Pertanian adalah segala sesuatu yang menjadi penunjang utama dan pendukung budi daya Pertanian. Pupuk adalah bahan kimia anorganik dan/atau organik, bahan alami dan/atau sintetis, organisme dan/atau yang telah melalui proses rekayasa, untuk menyediakan unsur hara bagi Tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Usaha Budi Daya Pertanian adalah semua kegiatan untuk menghasilkan produk dan/atau menyediakan jasa yang berkaitan dengan budi daya Pertanian. Petani adalah warga negara Indonesia perseorangan dan/atau beserta keluarganya yang melakukan usaha tani di bidang Tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Pelaku Usaha adalah Setiap Orang yang melakukan usaha MEMUTUSKAN :. Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDI DAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:. Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik dan berkesinambungan dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam suatu agroekosistem. Tanaman adalah sumber daya alam nabati yang dibudidayakan mencakup tanaman semusim dan tahunan. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang tanah beserta segenap faktor yang mempengaruh penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi, baik yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia. Sumber Daya Genetik adalah material genetik yang berasal dari tumbuhan, hewan, atau jasad renik yang mengandung unit yang berfungsi sebagai pembawa sifat keturunan, baik yang mempunyai nilai nyata maupun potensial. Pemuliaan adalah kegiatan dalam memelihara tumbuhan atau hewan untuk menjaga kemurnian galur, ras, atau varietas sekaligus memperbaiki produksi atau kualitasnya. Benih Tanaman adalah Tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan Tanaman. Benih Hewan adalah bahan reproduksi hewan yang dapat berupa semen, sperma, ova, telur tertunas, dan embrio. tata ruang dan tata guna Lahan budi daya Pertanian;. pengeluaran dan pemasukan Tanamari, benih, bibit, dan hewan;. Sarana Budi Daya Pertanian dan Prasarana Budi Daya pertanian;. PERENCANAAN BUDI DAYA PERTANIAN Pasal 5. 1) Untuk mencapai tujuan penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diselenggarakan perencanaan budi daya Pertanian. 2) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan nasional, perencanaan pembangunan daerah, dan perencanaan pembangunan sektoral. 3) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk merancang pembangunan dan pengembangan budi daya Pertanian secara berkelanjutan. 4) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dengan melibatkan masyarakat. Pertanian berkelanjutan meliputi Pertanian, budi daya Pertanian, panen, pascapanen,. pengolahan dan pemasaran hasil Pertanian, serta jasa penunjang Pertanian yang berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pertanian. Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan diselenggarakan berdasarkan asas :. Kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan k. Penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan bertujuan untuk :. meningkatkan dan memperluas penganekaragaman hasil Pertanian, guna memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, industri dalam negeri, dan memperbesar ekspor;. meningkatkan pendapatan dan taraf hidup Petani; dan c. mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan. tata ruang dan tata guna Lahan budi daya Pertanian;. pengeluaran dan pemasukan Tanamari, benih, bibit, dan hewan;. Sarana Budi Daya Pertanian dan Prasarana Budi Daya pertanian;. PERENCANAAN BUDI DAYA PERTANIAN Pasal 5. 1) Untuk mencapai tujuan penyelenggaraan Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diselenggarakan perencanaan budi daya Pertanian. 2) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan nasional, perencanaan pembangunan daerah, dan perencanaan pembangunan sektoral. 3) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk merancang pembangunan dan pengembangan budi daya Pertanian secara berkelanjutan. 4) Perencanaan budi daya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dengan melibatkan masyarakat. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

7Kumpulan Peraturan Pestisida

9Kumpulan Peraturan Pestisida

11Kumpulan Peraturan Pestisida

Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan tanah dan/atau cara menanam lainnya serta tata cara yang dapat mencegah terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Pasal 21 sampai dengan Pasal 23 diatur dalam Peraturan Pemerintah. Perolehan benih tanaman atau benih hewan yang bermutu dapat dilakukan melalui penemuan dan/atau perakitan varietas atau galur unggul dan/atau introduksi. (1) Penemuan dan/atau perakitan varietas atau galur unggul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dilakukan melalui pemuliaan. 2) Pembibitan menurut ayat (1) dapat dilakukan oleh siapa saja. 1) Pencarian dan pengumpulan sumber daya genetik untuk tujuan pemuliaan menurut Pasal 26 ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. 2) Setiap orang yang melakukan kegiatan penelitian dan pengumpulan sumber daya genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mempunyai izin, kecuali petani kecil. 3) Petani kecil yang mencari dan mengumpulkan sumber daya genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaporkan kepada Pemerintah Daerah untuk selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Pusat. 4) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan konservasi sumber daya genetik bersama masyarakat. 5) Konservasi sumber daya genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memperhatikan wilayah dan kondisi geografis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. mengikuti prosedur yang dapat mencegah kerusakan lingkungan. 2) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya memelihara dan mengembangkan tanah untuk keperluan budidaya pertanian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan :. Ketersediaan lahan agroklimat yang sesuai; Penggunaan lahan berdasarkan fungsi ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang. 3) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dalam penguasaan dan pengembangan tanah untuk keperluan budidaya pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperhatikan rencana jangka panjang mengenai pengadaan, peruntukan dan penyediaan lahan pertanian dan pertanian serta cadangan lahan yang diperlukan untuk kegiatan Pertanian. Dalam hal penggunaan tanah dalam suatu wilayah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dilakukan oleh pelaku usaha atas hak ulayat, maka pelaku usaha wajib melakukan konsultasi dengan masyarakat hukum adat yang mempunyai hak adat. hak untuk mendapatkan persetujuan. 1) Setiap orang yang mempergunakan tanah dan/atau alat tanam lain untuk keperluan budidaya pertanian wajib mengikuti tata cara yang dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan hidup. 2) Penggunaan lahan dan/atau sarana penanaman lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan daya dukung lahan berdasarkan regionalisasi barang pertanian dan karakter komoditas pertanian tertentu. daerah. .

13Kumpulan Peraturan Pestisida

Setiap Orang dilarang

15Kumpulan Peraturan Pestisida

Tanaman di lahan atau media tanam lainnya. 2) Penanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan dengan pola tanam yang benar, bibit tanaman yang tepat, cara yang benar, sarana dan prasarana yang tepat serta tepat waktu. 1) Pola tanam yang tepat, bibit tanaman yang tepat, cara yang benar, sarana dan prasarana yang tepat, serta waktu yang tepat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) dilaksanakan melalui pengelolaan penanaman. 2) Pengelolaan penanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: 3) Pemerintah Pusat menetapkan pengelolaan penanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan memperhatikan kearifan lokal. Ketentuan lebih lanjut mengenai penanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dan pengelolaan penanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 diatur dengan peraturan menteri. EKSPOR DAN IMPOR TANAMAN, BENIH, BENIH DAN HEWAN. Setiap orang dapat mengeluarkan tumbuhan, bibit tanaman, bibit hewan, bibit hewan, dan hewan dari wilayah Negara Republik Indonesia, apabila kebutuhan dalam negeri terpenuhi dengan mendapat izin Menteri. 1) Pemasukan tanaman, bibit tanaman, bibit hewan, bibit hewan, dan hewan dari luar negeri dapat dilakukan terhadap: orang lain dan/atau lingkungan hidup. Varietas yang dapat dilindungi adalah varietas jenis atau spesies tanaman yang baru, unik, seragam, stabil dan diberi nama. Varietas yang pemanfaatannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, kesusilaan, norma agama, kesehatan, dan kelestarian lingkungan tidak dapat dilindungi. 1) Pemegang hak atas perlindungan keragaman, yaitu setiap orang atau pihak lain yang menerima hak perlindungan keragaman lebih lanjut dari pemegang hak perlindungan keragaman sebelumnya. (2) Pemegang hak atas perlindungan suatu varietas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak menggunakan dan memberikan kuasa kepada setiap orang untuk menggunakan varietas tersebut dalam bentuk bibit tanaman dan hasil panen yang digunakan untuk perbanyakan. Perlindungan terhadap varietas Pasal 35 sampai dengan Pasal 38 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PENANAMAN

17Kumpulan Peraturan Pestisida

Pertanian sebagaimana disebutkan pada subbab mengupayakan ketersediaan air dengan mempertimbangkan kondisi hidroklimatologi, hidrologi, dan hidrogeologi; menetapkan prioritas penggunaan air untuk kegiatan budidaya pertanian setelah kebutuhan pokok manusia sehari-hari terpenuhi; Dan. menetapkan rencana pembagian dan mengatur pembagian air menurut rencana pembagian yang ditetapkan untuk kegiatan budidaya pertanian. 4) Peraturan penggunaan air untuk budidaya pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 1) Perlindungan pertanian dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu dan pengelolaan dampak perubahan iklim. 2) Penyelenggaraan proteksi pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menjadi tanggung jawab pemerintah negara bagian dan daerah sesuai dengan kewenangannya, petani, pelaku usaha, dan masyarakat. Perlindungan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 dilakukan melalui kegiatan: pencegahan masuknya hama tanaman dan penyakit hewan dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan penyebarannya dari suatu daerah ke daerah lain dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; pengendalian hama tanaman dan penyakit hewan; Dan. memenuhi kebutuhan dalam negeri. 2) Impor sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi standar kualitas. 3. Siapapun yang mempunyai penghasilan menurut ayat 1, harus mendapat izin dari menteri. Ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dan Pasal 44 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 1) Setiap orang dilarang memasukkan dan/atau mengeluarkan tumbuhan, bibit tanaman, bibit hewan, bibit hewan, dan hewan yang terancam punah dan/atau dapat merugikan kepentingan nasional ke dan/atau dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tumbuhan, bibit tanaman, bibit hewan, bibit hewan, dan hewan yang terancam punah dan/atau dapat merugikan kepentingan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diatur dalam peraturan negara.

PEMANFAATAN AIR

19Kumpulan Peraturan Pestisida

Hama tanaman dan penyakit hewan harus dimusnahkan sehubungan dengan pemberantasan, atau diberikan kompensasi untuk depopulasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 sampai dengan Pasal 53 diatur dengan Peraturan Pemerintah. menciptakan kondisi untuk pertumbuhan dan produktivitas pertanian yang optimal; mencegah kerugian terhadap pihak lain dan/atau kepentingan umum. 2) Setiap orang dilarang menggunakan sarana budidaya pertanian, prasarana budidaya pertanian dan/atau cara-cara yang mengganggu kesehatan dan/atau mengancam keselamatan manusia serta menimbulkan gangguan dan kerusakan sumber daya alam dan/atau lingkungan hidup pada saat melakukan pemeliharaan pertanian. sebagaimana disebutkan pada subbab 3) Ketentuan rinci mengenai pemeliharaan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dalam peraturan perundang-undangan negara. 1) Pemanenan adalah kegiatan pengumpulan hasil budidaya pertanian yang bertujuan untuk mencapai hasil yang optimal dengan mengurangi tingkat kehilangan dan/atau kerusakan hasil. 1) Setiap orang dilarang menggunakan sarana budidaya pertanian, prasarana budidaya pertanian, dan/atau cara-cara yang dapat merugikan kesehatan dan/atau mengancam keselamatan orang serta menimbulkan gangguan dan kerusakan sumber daya alam dan/atau lingkungan hidup di wilayahnya. pelaksanaan Perlindungan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 2) Ketentuan tambahan mengenai penggunaan sarana, prasarana dan/atau cara sebagaimana dimaksud pada ayat 1) Setiap orang yang memiliki atau menguasai tumbuhan atau hewan wajib melaporkan adanya serangan hama tanaman dan penyakit hewan kepada pejabat yang berwenang dan orang tersebut wajib melakukan pengendalian. 2) Apabila terjadi serangan hama tanaman dan penyakit hewan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah:. Hama Tumbuhan Organisme dan penyakit hewan yang belum pernah ada sebelumnya. 3) Pemerintahan Negara dan Daerah sesuai dengan amanahnya wajib mengurus hal tersebut bersama-sama dengan masyarakat. 1) Pemerintah Negara Bagian dan Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan atau memerintahkan :. Pemberantasan tumbuhan dan/atau benda lain; atau b.2) Dalam hal hama atau penyakit hewan dianggap sangat berbahaya dan sangat mengancam keselamatan tumbuhan dan hewan, maka dilakukan pemusnahan atau depopulasi.

21Kumpulan Peraturan Pestisida

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan terhadap unit pengolahan, alat angkut, dan unit penyimpanan hasil pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pemerintah pusat menetapkan prosedur pemantauan kualitas unit pengolahan, peralatan transportasi dan unit penyimpanan produk pertanian. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemungutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 sampai dengan Pasal 61 diatur dengan peraturan pemerintah. 1) Pemerintah pusat menetapkan harga dasar produk pertanian strategis nasional. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara penetapan harga dasar produk pertanian strategis negara mulai ayat pertama pasal ini diatur dengan peraturan pemerintah. 1) Dalam rangka perlindungan produk pertanian, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib menyerap kelebihan Produk Pertanian Strategis Nasional sesuai dengan kewenangannya masing-masing. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengambilalihan kelebihan produksi pertanian pada alinea pertama diatur dengan peraturan pemerintah. 1), pemanenan berlangsung tepat waktu dan tepat. keadaan, metode yang tepat, serta sarana dan prasarana yang sesuai. 3) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, petani, pelaku usaha, dan masyarakat wajib mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 4) Setiap orang yang melakukan pemanenan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencegah terjadinya kerusakan terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta kerugian masyarakat. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi sesuai dengan kewenangannya wajib berupaya meringankan beban petani kecil yang mengalami gagal panen yang tidak dilindungi asuransi pertanian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasca panen adalah kegiatan pengolahan hasil panen yang bertujuan untuk melestarikan dan/atau meningkatkan mutu, mengurangi laju kehilangan dan/atau kerusakan, memperpanjang umur simpan, serta meningkatkan kegunaan dan nilai tambah hasil pertanian. produk. 1) Produk pertanian yang dipasarkan harus memenuhi standar mutu. 2) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya membina dan memfasilitasi pemenuhan standar mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 3) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pengendalian mutu hasil pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

23Kumpulan Peraturan Pestisida

25Kumpulan Peraturan Pestisida

Ketentuan mengenai pengadaan dan pendistribusian sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

27Kumpulan Peraturan Pestisida

Pelaku usaha juga dapat menyediakan, mengelola, dan/atau memelihara Prasarana Budidaya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4) Petani dan Pelaku Usaha wajib memelihara Prasarana Budidaya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Penyediaan, pengelolaan, dan/atau pemeliharaan Prasarana Budidaya Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 1) Setiap orang dapat menjalankan usaha budidaya pertanian. (2) Usaha budidaya pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari modal dalam negeri dan modal asing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan kerja sama terpadu dengan petani dalam penyelenggaraan usaha pertanian pertanian. 4) Dalam menjalankan usaha peternakan, setiap orang dapat melakukan diversifikasi usahatani dengan mengutamakan usaha utama. 1) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya memajukan dan mengarahkan kerja sama terpadu dalam penyelenggaraan usaha pertanian pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84. 2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan atas dasar dari prinsip saling menguatkan. dan manfaat yang dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis. Semua pihak yang melaksanakan produksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan Sarana Budidaya Pertanian bersifat wajib :. memenuhi standar keselamatan dalam proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan penggunaan dengan memperhatikan kearifan lokal masyarakat setempat; Dan. memperhatikan Sistem Budidaya Pertanian, daya dukung sumber daya alam, dan fungsi lingkungan hidup. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya wajib menyediakan sarana pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 pada waktunya, dengan mutu yang tepat, jenis yang tepat, tepat jumlah, tepat lokasi, dan tepat harga bagi Petani. Ketentuan lebih lanjut mengenai Sarana Budidaya Pertanian sebagaimana diatur dalam Pasal 65 sampai dengan Pasal 80 diatur dengan Peraturan Pemerintah. 1) Prasarana Budidaya Pertanian meliputi :. jaringan irigasi dan/atau drainase; tenaga listrik dan jaringannya sampai ke lokasi pascapanen; bagian pengolahan pasca panen yang memenuhi persyaratan teknis. 2) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya wajib menyediakan, mengelola, dan/atau memelihara Prasarana Budidaya Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, c, dan d secara terpadu dan terencana.

29Kumpulan Peraturan Pestisida

Ketentuan lebih lanjut mengenai permodalan, diversifikasi, perizinan, dan biaya bagi usaha produksi pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 sampai dengan Pasal 88 diatur dengan Peraturan Pemerintah. PELATIHAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu. 1) Pembangunan pertanian dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing. 2) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan bagi terselenggaranya sistem produksi pertanian berkelanjutan. 3) Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat kedua dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan sosialisasi. 4) Pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat kedua ditujukan untuk meningkatkan produksi, mutu, nilai tambah hasil pertanian, serta efisiensi penggunaan lahan dan sarana produksi pertanian. 5) Pembangunan dalam pengertian alinea kedua didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri, keunggulan komparatif, dan permintaan pasar terhadap produk pertanian. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya mendorong dan mengarahkan peran serta petani dan pelaku usaha atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan produksi pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan produksi pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 dan Pasal 92 diatur dengan peraturan Menteri. 1) Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam ayat pertama Pasal 84, yang melakukan kegiatan produksi pertanian di atas batas tertentu, harus mempunyai izin. 2) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dilarang mengeluarkan izin budidaya pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hak ulayat masyarakat hukum adat sesuai dengan kewenangannya masing-masing. 3) Ketentuan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan apabila telah tercapai kesepakatan antara masyarakat hukum adat dengan pelaku usaha. 1) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi pembiayaan dan permodalan bagi usaha produksi pertanian yang menguntungkan petani kecil, sesuai dengan kewenangannya. 2) Memastikan kemampuan finansial dan permodalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:. pinjaman modal untuk kepemilikan dan/atau perluasan kepemilikan lahan pertanian pertanian; memberikan bantuan pembangunan modal kepada petani; Memberikan subsidi program bunga kredit dan/atau biaya layanan jaminan; dan/atau. penarikan dana tanggung jawab sosial dan dana dari program kemitraan dan bina lingkungan badan usaha. 1) Setiap orang yang mempergunakan jasa pertanian atau sarana dan prasarana produksi pertanian yang disediakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan daerah masing-masing dapat dikenakan bea masuk sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dibebankan kepada petani kecil. Dalam melakukan kegiatan budidaya hasil pertanian, siapapun dilarang melakukan perilaku monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

31Kumpulan Peraturan Pestisida

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96 diatur dengan peraturan menteri. 1) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang budidaya pertanian. 2) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya mendorong dan mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang budidaya pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 3) Penelitian dan pengembangan budidaya pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan di dalam atau di luar negeri. 4) Penelitian dan pengembangan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan dengan mengutamakan penelitian dan pengembangan di dalam negeri. 5) Penelitian dan pengembangan budidaya pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 1) Pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan penghargaan kepada penemu teknologi tepat guna dan penemu teori dan metode ilmiah baru di bidang budidaya pertanian. 2) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlangsung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 100 mempunyai kewenangan untuk memberikan insentif kepada petani. pemula dan petani yang menggeluti pertanian serta meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. 1) Sistem produksi pertanian berkelanjutan dipantau untuk memastikan sarana produksi pertanian, prasarana budaya pertanian, dan/atau hasil pertanian memenuhi baku mutu yang ditetapkan serta mengatasi berbagai dampak negatif yang merugikan masyarakat luas dan terjaganya fungsi lingkungan hidup. 2) Pengawasan terhadap sistem pertanian berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap oleh Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melalui peran serta masyarakat. 1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilakukan oleh: pelaporan dari pelaku usaha mengenai kegiatan usahanya; dan/atau. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan hasil budidaya pertanian. 2) Dalam keadaan tertentu pengawasan dapat dilakukan melalui pemeriksaan terhadap proses dan hasil budidaya pertanian. 3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a merupakan informasi publik yang diumumkan dan dapat diakses secara terbuka oleh masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan memperhatikan dan memeriksa kesesuaian laporan dengan pelaksanaan dalam praktik.

33Kumpulan Peraturan Pestisida

SISTEM INFORMASI

35Kumpulan Peraturan Pestisida

Kepolisian Negara Republik Indonesia mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. 5) Penyidik ​​pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui penyidik ​​Kepolisian Negara Republik Indonesia. 6) Penunjukan penyidik ​​pegawai negeri sipil serta tata cara dan proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Produsen dan/atau distributor yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 78 ayat (2) Sanksi administratif (1). 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi dan besaran denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

KETENTUAN PIDANA

37Kumpulan Peraturan Pestisida

Setiap Orang yang memasukkan dan/atau mengeluarkan ke dan/atau dari wilayah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) tumbuhan, bibit tumbuhan, bibit hewan, bibit hewan, dan hewan yang terancam punah dan/atau dapat merugikan kepentingan nasional, dipidana dengan pidana penjara paling lama enam (enam) tahun dan denda paling banyak Rp tiga miliar). Barangsiapa menggunakan tanah dan/atau media tanam lainnya untuk keperluan budidaya pertanian dan tidak mengikuti tata cara yang dapat mencegah pencemaran lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat 1, dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan denda. maksimal Rp tiga miliar rupiah).

39Kumpulan Peraturan Pestisida

Barang siapa menguasai pestisida yang dilarang peredaran dan/atau penggunaannya berdasarkan Pasal 77 ayat (2) dan tidak memusnahkannya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak lima miliar rubel. . rupiah). Barangsiapa melakukan kegiatan pertanian di atas tingkat tertentu, tanpa mempunyai izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak lima miliar rubel. . rupiah).

41Kumpulan Peraturan Pestisida

PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Yang dimaksud dengan “asas keberlanjutan” adalah penyelenggaraan sistem budidaya pertanian berkelanjutan dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah penyelenggaraan sistem budidaya pertanian berkelanjutan dilakukan secara mandiri dengan mengutamakan kemampuan sumber daya dalam negeri.

ASAS DAN TUJUAN

Perlindungan konsumen bertujuan

Klausul baku adalah segala peraturan atau syarat dan ketentuan yang dibuat dan ditentukan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang bersifat mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

KETENTUAN UMUM

Kewajiban pelaku usaha adalah

HAK DAN KEWAJIBAN

Hak konsumen adalah

Kewajiban konsumen adalah

Badan usaha yang menolak dan/atau tidak menanggapi dan/atau tidak memberikan kompensasi atas permintaan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dapat digugat melalui instansi yang berwenang. menyelesaikan perselisihan konsumen atau menyerahkannya kepada otoritas kehakiman di tempat tinggal tetap konsumen. 1) Badan usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada badan usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau tuntutan konsumen apabila: pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa mengubah barang dan/atau jasanya dengan cara apapun; badan usaha lain tidak mengetahui adanya perubahan pada barang dan/atau jasa yang dilakukan badan usaha tersebut, atau tidak sesuai dengan contoh, mutu, dan komposisi. 2) Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebaskan dari tanggung jawab tuntutan ganti rugi dan/atau tuntutan konsumen, apabila badan usaha lain yang membeli barang dan/atau jasa menjualnya kembali kepada konsumen dengan cara mengubah barang dan/atau jasa tersebut. . 1) Badan usaha yang memproduksi barang yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dalam jangka waktu paling sedikit 1 (satu) tahun, wajib menyediakan suku cadang dan/atau pelayanan purna jual serta wajib memenuhi jaminan atau jaminan yang diperjanjikan. (2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau tuntutan konsumen apabila pelaku usaha:. tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas perbaikan; tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan yang telah disepakati atau Badan usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi jaminan dan/atau penjaminan yang disepakati dan/atau dijanjikan. Badan usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari tanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen apabila:. 4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan kemungkinan penuntutan pidana berdasarkan bukti lebih lanjut adanya unsur kesalahan. 5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa konsumenlah yang patut disalahkan atas kesalahannya. Para peserta kegiatan periklanan bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. (1) Importir barang bertanggung jawab sebagai produsen barang yang diimpornya, apabila impor barangnya tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan produsen asing. 2) Importir jasa bertanggung jawab sebagai penyedia jasa luar negeri, apabila penyediaan jasa luar negeri tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan penyedia jasa luar negeri. Badan usaha yang menolak dan/atau tidak menanggapi dan/atau tidak memberikan kompensasi atas permintaan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dapat digugat melalui instansi yang berwenang. menyelesaikan perselisihan konsumen atau menyerahkannya kepada otoritas kehakiman di tempat tinggal tetap konsumen. peningkatan kualitas personel dan peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen. 5) Ketentuan tambahan mengenai pengembangan perlindungan konsumen diatur dengan peraturan Pemerintah. (1) Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen dan pelaksanaan ketentuan hukum dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumen non-pemerintah. 2) Pengendalian oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh menteri yang berwenang dan/atau menteri teknis. 3) Pengendalian oleh masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat terhadap perlindungan konsumen dilakukan terhadap barang dan/atau jasa yang beredar. 4) Apabila ternyata hasil penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat 3 menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dan membahayakan konsumen, menteri dan/atau menteri teknis bertindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5) Hasil pengawasan yang dilakukan oleh lembaga perlindungan konsumen kota dan non pemerintah dapat diketahui masyarakat dan disampaikan kepada menteri dan menteri ahli. 6) Ketentuan mengenai pelaksanaan tugas pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat pertama, kedua, dan ketiga ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

PENYIDIKAN

Keputusan panel Pasal 54 ayat (3) untuk penegakan hukum dimintakan kepada Pengadilan Negeri di negara konsumen yang dirugikan. 1) Pengadilan Negeri wajib mengeluarkan putusan atas keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) paling lambat 21 (dua puluh satu) hari sejak diterimanya keberatan. 2) Terhadap putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), para pihak dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari. 3) Mahkamah Agung Republik Indonesia wajib mengeluarkan putusan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan kasasi diterima. Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan untuk melindungi konsumen yang telah ada pada saat diundangkannya undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang ini.

KETENTUAN PENUTUP

Cukup jelas

Huruf a

Cukup jelas

Cukup jelas

Huruf a

Maksud dari asas beneficence adalah mensyaratkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Asas keseimbangan bertujuan untuk menjamin keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual.

Ayat (1)

Cukup jelas

Huruf a

Cukup jelas

Cukup jelas

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan jumlah tertentu dan jumlah yang cukup adalah jumlah yang cukup sesuai dengan perkiraan permintaan konsumen. Yang dimaksud dengan barang dan/atau jasa tertentu adalah barang yang dapat diuji atau dicoba tanpa menimbulkan kerusakan atau kerugian.

Cukup jelas

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (1)

Ayat (1)

Pasal 15

Cukup jelas

Ayat (1)

Ayat (1)

Ayat (1)

Tujuan larangan ini adalah untuk menyamakan pengguna dengan pelaku perniagaan berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak.

Cukup jelas

Cukup jelas

Ayat (1)

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (1)

Ayat (1)

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Ayat (1)

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf a

Ayat (1)

Keputusan Presiden Badan Perlindungan Konsumen Nasional merupakan keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah anggota. Memenuhi persyaratan antara lain berarti terdaftar dan diakui serta beroperasi di bidang perlindungan konsumen.

Cukup jelas

Ayat (1)

Cukup jelas

Cukup jelas

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan putusan panel bersifat final adalah tidak adanya upaya banding atau kasasi di badan penyelesaian sengketa konsumen. Gugatan kelompok atau class action harus diajukan oleh konsumen yang benar-benar mengalami kerugian dan dapat dibuktikan secara hukum, salah satunya adalah bukti transaksi.

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Cukup jelas

Ayat (1)

Ayat (1)

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (1)

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida (Berita Negara Tahun 1973 Nomor 12);

Dalam Peraturan Pemerintah ini dimaksud dengan

Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang flora. 1) Perlindungan tanaman dilakukan pada masa pra tanam, masa pertumbuhan tanaman, dan/atau masa pasca panen. (2) Perlindungan tanaman pada masa sebelum tanam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sejak penyiapan tanah atau substrat tanam lainnya sampai dengan penanaman. (3) Perlindungan tanaman pada masa pertumbuhan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sejak tanam sampai dengan panen. 4) Perlindungan tanaman pada masa pasca panen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sejak pasca panen sampai dengan hasil siap dipasarkan. 1) Perlindungan tanaman dilakukan melalui sistem pengendalian hama terpadu. 2) Perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara :. mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan penyebarannya dari suatu daerah ke daerah lain; Perlindungan tumbuhan dilakukan dengan cara dan cara yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau membahayakan keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan terhadap sumber daya alam dan/atau lingkungan hidup. MENCEGAH PENYEBARAN ORGANISME BERBAHAYA TUMBUHAN. 1) Pencegahan masuknya atau menyebarnya organisme pengganggu tumbuhan dari suatu area ke area lain dalam wilayah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dilakukan dengan melakukan tindakan karantina terhadap setiap media yang di dalamnya terdapat organisme pengganggu tumbuhan. ada karantina. hama tanaman yang tercantum dalam (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215); Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengendalian Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida (Berita Negara Tahun 1973 Nomor 12); Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN. BAB I KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang flora. 1) Perlindungan tanaman dilakukan pada masa pra tanam, masa pertumbuhan tanaman, dan/atau masa pasca panen. (2) Perlindungan tanaman pada masa sebelum tanam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sejak penyiapan tanah atau substrat tanam lainnya sampai dengan penanaman. (3) Perlindungan tanaman pada masa pertumbuhan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sejak tanam sampai dengan panen. 4) Perlindungan tanaman pada masa pasca panen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sejak pasca panen sampai dengan hasil siap dipasarkan. 1) Perlindungan tanaman dilakukan melalui sistem pengendalian hama terpadu. 2) Perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara :. mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan penyebarannya dari suatu daerah ke daerah lain; Perlindungan tumbuhan dilakukan dengan cara dan cara yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau membahayakan keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan terhadap sumber daya alam dan/atau lingkungan hidup. MENCEGAH PENYEBARAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN. 1) Pencegahan masuknya atau menyebarnya organisme pengganggu tumbuhan dari suatu area ke area lain dalam wilayah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dilakukan dengan melakukan tindakan karantina terhadap setiap media yang di dalamnya terdapat organisme pengganggu tumbuhan. ada karantina. hama tanaman yang tercantum dalam (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);

1) Pelaksanaan eradikasi dilakukan oleh

ERADIKASI

  • Ayat (1)
  • Ayat (1)
  • Ayat (1)
  • Ayat (1)
  • Ayat (1)
  • Ayat (1)
  • Huruf a
  • Ayat (1)
  • Ayat (1)
  • Ayat (1)

Manipulasi gen tanaman antara lain dilakukan dengan menanam varietas yang tahan/toleran terhadap hama tanaman. Surat keterangan kesehatan tidak diperlukan untuk mengirimkan media yang berisi organisme pengganggu tanaman yang tergolong benda lain.

Pasal 27

Analisis pengkajian dampak lingkungan hidup terhadap kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat luas dan/atau melibatkan pertahanan dan keamanan, yang lokasinya mencakup lebih dari satu wilayah provinsi, kegiatan yang berada pada wilayah sengketa dengan negara lain, berlokasi di wilayah laut di bawah 12 (dua belas) mil dan melintasi batas negara bagian. Penetapan baku mutu lingkungan hidup dan penetapan pedoman mengenai pencemaran lingkungan hidup. Menetapkan pedoman mengenai konservasi sumber daya alam. Bidang Politik Dalam Negeri dan Administrasi Publik. Menetapkan pedoman dan memfasilitasi peningkatan kesetaraan dan keadilan gender. Menetapkan pedoman pengembangan kualitas keluarga. Penetapan pedoman perlindungan dan penghapusan tindakan kekerasan terhadap perempuan, anak dan remaja. Memberikan dukungan terhadap pengembangan sarana dan prasarana olahraga. Menetapkan pedoman pemberdayaan komunitas olahraga. Penetapan kebijakan dalam penetapan kegiatan olahraga nasional/internasional. Bidang Hukum dan Perundang-undangan. Pengembangan hukum dan peraturan nasional. Ratifikasi dan Persetujuan Badan Hukum. Validasi di bidang Hak Kekayaan Intelektual. Pengaturan dan pembinaan lembaga pemasyarakatan. Regulasi dan pembinaan di bidang imigrasi. Peraturan dan pembinaan di bidang notaris. Penetapan pedoman pendistribusian film komersial dan rekaman video. Penetapan pedoman kebijakan pencetakan dan penerbitan publikasi/dokumen pemerintah/negara. 4) Kewenangan pemerintahan yang berlaku di berbagai bidang. Penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) terhadap kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat luas yang lokasinya mencakup lebih dari satu kabupaten/kota. Mengawasi pelaksanaan konservasi lintas kabupaten/kota. Penetapan baku mutu lingkungan hidup berdasarkan baku mutu lingkungan hidup nasional. Sektor Politik Dalam Negeri dan Administrasi Publik a. Terpeliharanya ketentraman dan ketertiban umum. Memberikan dukungan administrasi kepegawaian dan karir pegawai. departemen/lembaga nondepartemen terkait setelah berkonsultasi dengan menteri. Pemerintah berwenang mengambil tindakan administratif terhadap daerah otonom apabila terjadi kelalaian dan/atau pelanggaran terhadap penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perizinan dan perjanjian kerja sama antara Pemerintah dengan pihak ketiga berdasarkan pengesahan Pemerintah sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan berlaku sampai dengan berakhirnya masa berlaku izin dan perjanjian kerja sama. 1) Terhadap kewenangan pemerintah daerah sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Pemerintah ini, belum terdapat ketentuan mengenai kebijakan, standar, norma, kriteria, prosedur, dan pedoman Pemerintah, dalam pelaksanaannya Pemerintah Daerah menunggu terbitnya ketentuan tersebut. 2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling lambat enam bulan setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. dan Presiden dengan tembusan kepada Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah; Setelah mendapat masukan dari Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah, Presiden dapat menyetujui atau menolak pengalihan kewenangan; dalam hal Presiden tidak memberikan persetujuan, kewenangan tersebut harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota; apabila Presiden memberikan persetujuan, pelaksanaan kewenangan tersebut diserahkan kepada Provinsi; Apabila Presiden tidak memberikan tanggapan dalam jangka waktu satu bulan, maka peralihan wewenang dianggap disetujui; akibat penyerahan tersebut, Provinsi sebagai Daerah Otonom harus melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud dengan pendanaan yang dialokasikan dari dana perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; apabila Provinsi tidak dapat melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada huruf h, maka Provinsi menyerahkannya kepada Pemerintah dengan mekanisme yang sama sebagaimana dimaksud pada huruf c sampai dengan h; Dan. Apabila Kabupaten/Kota telah menyatakan kesanggupan menangani izin tersebut, maka Provinsi atau Pemerintah wajib mengembalikannya kepada Kabupaten/Kota tanpa persetujuan Presiden. 1) Perjanjian dan kewajiban internasional yang telah berlaku dan akan dibuat oleh Pemerintah juga berlaku bagi daerah otonom. 2) Perjanjian dan kerja sama daerah dengan lembaga/lembaga luar negeri berdasarkan kewenangan daerah otonom tidak boleh bertentangan dengan ketentuan perjanjian serupa yang dibuat oleh Pemerintah. Penjabaran teknis kewenangan pemerintah yang mencakup kebijakan, termasuk mekanisme pengelolaan, standar dan kriteria, dilakukan oleh pimpinan. departemen/lembaga nondepartemen terkait setelah berkonsultasi dengan menteri. Pemerintah berwenang mengambil tindakan administratif terhadap daerah otonom apabila terjadi kelalaian dan/atau pelanggaran terhadap penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perizinan dan perjanjian kerja sama antara Pemerintah dengan pihak ketiga berdasarkan pengesahan Pemerintah sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan berlaku sampai dengan berakhirnya masa berlaku izin dan perjanjian kerja sama. 1) Terhadap kewenangan pemerintah daerah sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Pemerintah ini, belum terdapat ketentuan mengenai kebijakan, standar, norma, kriteria, prosedur, dan pedoman Pemerintah, dalam pelaksanaannya Pemerintah Daerah menunggu terbitnya ketentuan tersebut. 2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling lambat enam bulan setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. dan Presiden dengan tembusan kepada Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah; Setelah mendapat masukan dari Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah, Presiden dapat menyetujui atau menolak pengalihan kewenangan; dalam hal Presiden tidak memberikan persetujuan, kewenangan tersebut harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota; apabila Presiden memberikan persetujuan, pelaksanaan kewenangan tersebut diserahkan kepada Provinsi; Apabila Presiden tidak memberikan tanggapan dalam jangka waktu satu bulan, maka peralihan wewenang dianggap disetujui; akibat penyerahan tersebut, Provinsi sebagai Daerah Otonom harus melaksanakan kewenangan dimaksud dengan pendanaan yang dialokasikan dari dana perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; apabila Provinsi tidak dapat melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada huruf h, maka Provinsi menyerahkannya kepada Pemerintah dengan mekanisme yang sama sebagaimana dimaksud pada huruf c sampai dengan h; Dan. Apabila Kabupaten/Kota telah menyatakan kesanggupan menangani izin tersebut, maka Provinsi atau Pemerintah wajib mengembalikannya kepada Kabupaten/Kota tanpa persetujuan Presiden. 1) Perjanjian dan kewajiban internasional yang telah berlaku dan akan dibuat oleh Pemerintah juga berlaku bagi daerah otonom. 2) Perjanjian dan kerja sama daerah dengan lembaga/lembaga di luar negeri berdasarkan kewenangan daerah otonom tidak boleh bertentangan dengan ketentuan perjanjian serupa yang dibuat oleh Pemerintah.

KETENTUAN PENUTUP

Komisi Pusat Pengawasan Pupuk dan Pestisida diatur lebih lanjut dengan keputusan menteri dalam melaksanakan pengawasan. Apabila peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 tidak dilaksanakan, Pemeriksa Pupuk dan Pestisida melaporkan kepada Pejabat Kepolisian atau Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk diambil tindakan hukum sesuai dengan peraturan.

PEMUSNAHAN

Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini tidak membatasi Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) terkait untuk melakukan pembinaan terhadap pestisida yang digunakan pada sektornya masing-masing. 1) Pemeriksa pupuk dan pestisida yang diangkat sebelum berlakunya peraturan menteri ini tetap (1) Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2)Pelaksanaan pemusnahan menjadi tanggung jawab pemilik pestisida dengan berkoordinasi dengan instansi terkait yang ditunjuk untuk melakukan pemusnahan pestisida sebagaimana dimaksud pada ayat 3) Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus dibuat dalam berita acara dan ditandatangani oleh Badan Pupuk dan Pestisida, Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida, dan instansi yang berwenang. Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan Otoritas Pestisida, Direktur Jenderal yang membidangi Pestisida melakukan pembinaan dengan menerbitkan, menerbitkan dan mensosialisasikan peraturan perundang-undangan di bidang Pestisida beserta berbagai jenis Pestisida yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri. Pertanian. Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pemeriksaan pestisida di daerah, pemerintah provinsi memberikan pengawasan terhadap: 1) menerbitkan petunjuk pelaksanaan pemeriksaan Pestisida kabupaten/kota; 2) meningkatkan layanan dan panduan pemeriksaan pestisida; Dan. 3) meningkatkan pemantauan dan evaluasi ketersediaan dan standar mutu pestisida.

Referensi

Dokumen terkait

(3) Surveyor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melaksanakan verifikasi atau penelusuran teknis impor sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)

(1) Bagi Wajib Pajak yang pada saat permohonan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a angka 1 atau memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Bupati.. Pasal

jika pengisian SSPD BPHTB oleh Wajib Pajak atau kuasanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) dan lampiran dokumen yang diunggah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat

Produk lain yang memiliki kesamaan Pos Tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) yang diimpor, tidak wajib mengikuti ketentuan dalam SNI sebagaimana dimaksud

Selain sanksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (2), ayat (3) dan ayat (5), pasal 21 ayat (2) dan ayat (3), pasal 26 ayat (4) dan ayat (5), wajib pajak yang

Pasal 19 1 Dalam hal menyusun Standar Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 1, Penyelenggara wajib mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait serta mengacu pada

Pasal 7 1 Tanggung jawab pembayaran klaim atau manfaat yang timbul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 6 ayat 2 wajib dilakukan oleh Perusahaan Pialang Asuransi atau