• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PENGANTAR-HUKUM-ACARA-PIDANA.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BUKU PENGANTAR-HUKUM-ACARA-PIDANA.pdf"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

Definisi Hukum Acara Pidana

Berbagai Definisi Hukum Acara Pidana

Yang dimaksud dengan hukum acara pidana adalah kumpulan peraturan hukum yang mengatur bagaimana aparat penegak hukum melaksanakan dan menegakkan hukum pidana.1. Hukum acara pidana merupakan suatu peraturan yang mengatur bagaimana pemerintah dapat menjaga kelangsungan pelaksanaan hukum pidana substantif.

Hukum pidana dalam Arti Formil dan Materiil

Hukum acara pidana merupakan suatu norma hukum yang berupa kewenangan yang diberikan kepada negara untuk bertindak adil, apabila terdapat dugaan bahwa hukum pidana telah dilanggar.

Tujuan Hukum Acara Pidana

Kebenaran materiil adalah kebenaran hakiki dan utuh suatu perkara pidana melalui penerapan ketentuan KUHAP secara benar dan jujur. Tujuan hukum acara pidana ditentukan dalam KUHAP yang dijelaskan sebagai berikut: “Tujuan hukum acara pidana adalah mencari dan memperoleh atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan-ketentuan hukum pidana. penerapan hukum.hukum acara secara adil dan tepat untuk tujuan menemukan siapa.

Fungsi Hukum Acara Pidana

Selain untuk menjaga ketertiban hukum dalam masyarakat, hukum acara pidana juga bertujuan untuk melindungi hak asasi setiap individu, baik yang menjadi korban maupun yang melanggar hukum. Achmad S. Soema Dipradja8, bahwa hukum acara pidana adalah “menetapkan aturan-aturan agar penyidik ​​dan akhirnya Hakim dapat berusaha melakukan penetrasi.

Asas-Asas Hukum Acara Pidana

Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pokok-pokok Kehakiman disebutkan bahwa “Pengadilan mengadili menurut undang-undang dengan tidak membeda-bedakan orang.” Hukum acara pidana tentang asas oportunitas diatur dalam pasal 36 C Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang dengan jelas menyatakan bahwa asas peluang dipatuhi oleh Indonesia.

Sumber-Sumber Hukum Acara Pidana

Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji ketentuan hukum di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai kewenangan lain yang diberikan dengan undang-undang.” Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Peradilan (f) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, selanjutnya diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004, dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 3 Tahun Republik Indonesia 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung g) Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, selanjutnya diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004, dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung. Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung h) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, kemudian diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002. (i) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, kemudian diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004. j) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Pengacara. k) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2002 tentang Keringanan Jasa, kemudian diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22. 5 Tahun 2010. l) Segala peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum acara pidana dan pedoman pelaksanaan KUHAP. m) Surat Edaran atau Fatwa Mahkamah Agung Republik Indonesia tentang masalah hukum acara pidana. n) Kasus hukum atau keputusan Mahkamah Agung atau pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, berkaitan dengan masalah hukum pidana. o) Doktrin atau pendapat para ahli hukum di bidang hukum acara pidana.

Hubungan Hukum Acara Pidana dengan Hukum Pidana Materiil

Ilmu Bantu Bagi Hukum Acara Pidana

  • Perundang-Undang Hukum Acara Pidana

Ilmu yang mempelajari kejahatan sebagai suatu teknik yang dapat dipelajari, misalnya dengan menjelaskan pertanyaan “Dengan apa dan bagaimana kejahatan itu dilakukan”. Ilmu yang menjelaskan tentang hukum pidana, dan tidak mungkin ada hukum acara pidana tanpa adanya hukum pidana.

Sejarah Hukum Acara Pidana

Sejarah Hukum dalam Acara Pidana

Untuk membahas atau menguraikan hukum acara pidana (tertulis) pada zaman dahulu sebelum berlakunya hukum acara pidana (disingkat KUHAP) atau sebelum Belanda menjajah Indonesia merupakan suatu hal yang sangat sulit karena pada saat itu yang berlaku adalah hukum acara pidana. adalah hukum adat atau hukum tidak tertulis.. Hukum adat merupakan cerminan hukum yang terpancar dari jiwa bangsa Indonesia dari abad ke abad, yang hidup dan dilestarikan di tengah-tengah masyarakat.

Belakunya Hukum Acara Pidana (Tertulis)

Reglement op de burgerlijke Rechtvordering (Stbl. 1849 No. 63), yang memuat hukum acara perdata bagi kelompok pendudukan Eropa dan sederajat. 1849 no. 63), yang memuat hukum acara pidana bagi kelompok penduduk Eropa dan sederajat. Herzien Inlandsch Reglement” (HIR), dan kemudian pada tahun 1965 lahirnya undang-undang no. 19 Tahun 1946 tentang Ketentuan Pokok Peradilan.

8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran Nagara Nomor 3209).

Proses Penyusunan KUHAP

Dalam menyusun Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUUHAP), selain memperhatikan hasil Seminar Hukum Nasional ke-2 di Semarang tersebut di atas, juga memperhatikan pendapat para ahli hukum lain yang tergabung dalam organisasi profesi seperti Advokat Indonesia. Perkumpulan Hakim Indonesia (Peradin), Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI), Persatuan Jaksa Indonesia (Persaja), Persatuan Hakim Indonesia (Persahi), dan kegiatan, kongres, rapat kerja dan lain-lain. Tim Sinkronisasi mulai melakukan pertemuan dengan perwakilan pemerintah pada tanggal 25 Mei 1980 untuk membahas dan merumuskan Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana. KUHAP hadir menggantikan Het Herziene Inlandsch Reglemen (HIR) sebagai payung hukum acara pidana di Indonesia.

KUHAP telah menunjuk dan menempatkan tersangka atau terdakwa pada jabatan yang berwenang.

Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Hukum Acara Pidana 45

Penyidik

Jadi penyidik, selain Kepolisian Negara Republik Indonesia, juga merupakan pegawai negeri sipil yang diberi kewenangan khusus sebagai penyidik ​​oleh undang-undang. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa yang dimaksud dengan penyidikan adalah “Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikan menurut syarat dan cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari dan mengumpulkan alat bukti, yang dengan alat bukti itu dapat memberi petunjuk. tindak pidana yang telah terjadi dan dengan maksud untuk mencari tersangkanya.”

Penyidik Pembantu ....................................................................... 4 9

Dalam hal ini kewenangan penyidik ​​pembantu sama dengan kewenangan penyidik ​​(Pasal 7 ayat (1) KUHP), kecuali tindakan penahanan yang harus diberikan dengan pendelegasian wewenang dari penyidik. (Pasal 11 KUHP. KUHAP). Demikian pula apabila penyidik ​​pembantu telah melaksanakan kewenangannya, maka penyidik ​​pembantu segera membuat berita acara dan menyerahkan berkas perkaranya kepada penyidik, kecuali perkara yang acara pemeriksaannya singkat dapat diserahkan langsung kepada penuntut umum. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, bahwa yang dimaksud dengan Penyidik ​​Pegawai Negeri Sipil (PPNS) adalah “pegawai negeri sipil tertentu yang berdasarkan peraturan perundang-undangan diangkat sebagai penyidik ​​dan berwenang melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup penyidikan. hukum yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.”

Begitu pula dalam hal kewenangan yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) KUHAP, kecuali dalam kaitannya dengan penahanan harus diberikan dengan pendelegasian wewenang dari penyidik.

Penuntutan Umum

Jaksa Penuntut Umum adalah jaksa yang menurut undang-undang ini berwenang melakukan penuntutan pidana dan melaksanakan putusan hakim. Lebih lanjut dalam penjelasannya, yang dimaksud dengan “hasil tindak pidana” adalah hasil tindak pidana, harta benda yang digunakan dalam melakukan tindak pidana, dan harta benda yang berkaitan dengan tindak pidana. Penuntut Umum diberi wewenang untuk menyita dan merampas harta benda yang diperoleh dari tindak pidana, serta hasil tindak pidana tersebut untuk diserahkan kepada negara, korban, dan orang-orang yang mempunyainya.

Filosofi yang melatarbelakangi pemberian kuasa adalah merupakan suatu bentuk persyaratan hukum yang disyaratkan oleh Undang-Undang Penuntutan.

Hakim

Contoh kasus korupsi lainnya yaitu korupsi Asabri juga mengakibatkan kerugian negara sebesar triliunan rupee dan aset milik tersangka/terdakwa sebagian dari aset yang diperoleh telah disita dan disita oleh kejaksaan. Hal ini terkait dengan putusan Mahkamah Konstitusi, seperti putusan Mahkamah Konstitusi nomor 6-13-20/PUU/VIII/201 tanggal 13 Oktober 2010 yang mengatur bahwa kewenangan penuntutan untuk menyita bahan cetakan untuk Tujuan penguasaan harus dilaksanakan melalui pengujian di pengadilan. Selain itu, adanya persyaratan undang-undang yang memberikan kewenangan kepada penuntut umum untuk melakukan penyitaan dan perampasan harta benda yang diperoleh melalui tindak pidana, yang dapat dikembalikan kepada negara untuk kepentingan pembangunan dan kesejahteraan rakyatnya.

Tersangka/Terdakwah/Terpidana

Bantuan Hukum

Menurut Pasal 1 angka 13 KUHAP, penasehat hukum diartikan sebagai “orang yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh atau berdasarkan undang-undang untuk memberikan bantuan hukum”. Menurut Pasal 1 angka 13 KUHAP, penasehat hukum diartikan sebagai “orang yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan undang-undang atau menurut undang-undang untuk memberikan bantuan hukum”. 18 Tahun 2003 tentang Pengacara, bahwa “Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan secara cuma-cuma oleh pengacara kepada kliennya yang tidak mampu”.

Penyedia bantuan hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi sosial yang memberikan pelayanan bantuan hukum berdasarkan undang-undang ini.

Awal Proses Hukum Acara Pidana

Penangkapan

Menurut Pasal 69, “Penasihat hukum berhak menghubungi tersangka sejak ditangkap atau ditahan pada semua tingkat penyidikan sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.” Berdasarkan Pasal 70 ayat 1, “penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 berhak menghubungi dan berbicara dengan tersangka pada semua tingkat penyidikan dan setiap waktu untuk keperluan pembelaan perkaranya.” Menurut Pasal 72: “Atas permohonan penasihat hukumnya, pejabat yang bersangkutan menyampaikan berita acara turunan penyidikan untuk keperluan pembelaannya”.

Menurut Pasal 73, “penasihat hukum berhak mengirim dan menerima surat dari tersangka kapan saja ia menghendakinya”.

Tertangkap Tangan ........................................................................ 9 0

Tertangkap dalam perbuatan adalah ditangkapnya seseorang pada waktu ia sedang melakukan suatu tindak pidana, atau segera setelah beberapa saat setelah kejahatan itu dilakukan, atau segera setelah diumumkan di muka umum sebagai pelakunya, atau jika pada saat itu juga ia ditangkap. pada tahap selanjutnya benda yang digunakan dalam melakukan tindak pidana tersebut diidentifikasi, yang menunjukkan bahwa ia adalah pelaku atau turut serta dalam melakukan atau membantu dalam dilakukannya tindak pidana tersebut. Penangkapan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana apabila tertangkap basah melakukan perbuatan tersebut dilakukan tanpa surat perintah, dengan syarat petugas/petugas atau orang yang menangkap harus segera menyerahkan orang yang ditangkap tersebut (tidak lebih dari 24 jam) dengan disertai surat perintah penangkapan. atau tanpa bukti kepada penyidik.40. Ada kekhawatiran tersangka atau terdakwa akan merusak dan/atau menghilangkan barang bukti dan/atau mengulangi tindak pidana.

Penggeledahan adalah tindakan penyidik ​​memeriksa badan dan/atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang diduga kuat ada atau dikenakannya dan hendaknya disita (Pasal 1 angka 18 KUHP). Prosedur).

Penyitaan Barang Bukti

Penyegelan

Pembukuan Surat

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Pengacara, Lembaran Negara Republik Indonesia Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 49 Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4401.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5248.

Referensi

Dokumen terkait