• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU SAKU INVESTASI-UMKM-Final

N/A
N/A
Alfian Septa

Academic year: 2023

Membagikan "BUKU SAKU INVESTASI-UMKM-Final"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Buku Saku Dalam Menjalankan Kegiatan Penanaman Modal dan UMK-M di Indonesia:

Panduan:

BAB I: Penyelenggaraan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMK-M) BAB II: Bidang Usaha Penanaman Moda

BAB III: Pemberdayaan UMK-M

(2)

BAB I

Penyelenggaraan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMK-M)

Pemerintah dalam rangka menjalankan amanat yang sesuai dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memandang perlu untuk memberdayakan kegiatan ekonomi masyarakat pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMK-M) sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang, dan berkembang. Oleh karena itu, salah satu upaya pemerintah didalam mewujudkan perekonomian nasional, ialah dengan mendorong pertumbuhan serta pemberdayaan UMK-M sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi UMK-M, dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan, dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan. Pemerintah pada akhir tahun 2020 telah mengundangkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja).

Perekonomian Indonesia sebagian besar ditopang oleh sektor UMK-M. Hal ini didukung dengan eksistensi yang secara spesifik mengelola para pelaku UMK-M yaitu;

Kementerian Koperasi dan UKM, dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Terdapat alasan yang kuat mengapa ada dua kementerian yang turut serta dalam pengelolaan UMK-M, yaitu UMK-M mampu menyerap kurang-lebih 97% tenaga kerja nasional.

Bagaimana Kriteria UMK-M Berdasarkan PP No. 7 Tahun 2021?

Dalam hal ini, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pelaksana atas UU Cipta Kerja yakni Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (PP 7/2021).

Berdasarkan Pasal 35 dan 36 PP 7/2021 Kriteria UMKM dikelompokan menjadi kriteria modal usaha atau hasil penjualan tahunan, yakni sebagai berikut:

(3)

Pengertian Kriteria UMKM (Berdasarkan Modal

Usaha)

Kriteria UMKM (Berdasarkan Hasil Penjualan Tahunan) Usaha Mikro adalah usaha

produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.

Modal Usaha dalam Usaha Mikro paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

Usaha Mikro paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah);

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.

Modal Usaha dalam Usaha

Kecil lebih dari

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

Usaha Kecil lebih dari Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) sampai paling banyak

Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah);

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Menengah.

Modal Usaha dalam Usaha Menengah lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sampai paling

banyak Rp.

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

*Modal Usaha dalam Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Usaha Kecil lebih dari Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

(4)

Kemudian bagi para pelaku usaha yang telah melaksanakan kegiatan usaha sebelum PP 7/2021 berlaku, pemberian kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan diberikan kepada UMK-M yang memenuhi kriteria hasil penjualan tahunan.

Perizinan Berusaha Bagi UMK-M

Bagi para pelaku usaha UMK-M yang ingin melaksanakan kegiatan usahanya terlebih dahulu melakukan Perizinan Usaha. Perizinan berusaha dilakukan untuk menunjang kegiatan usaha berdasarkan legalitas yang diberikan kepada pelaku usaha guna menunjang kegiatan usaha; Yang mana berdasarkan Pasal 1 angka 1 PP No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (PP 5/2021).

Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan menjalankan usaha dan/ atau kegiatannya. Dalam mewujudkan izin berusaha dengan melalui sistem secara elektronik yang diselengarakan oleh Pemerintah melalui OSS-RBA. Online Single Submission Risk Based Approach (OSS-RBA) adalah perizinan berusaha yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai dan menjalankan kegiatan usahanya yang dinilai berdasarkan tingkat risiko kegiatan usaha. Sebagaimana diatur dalam ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Perizinan usaha bagi terselengaranya kegiatan UMK-M dilaksanakan dengan metode analisis risiko. Analisis risiko berdasarkan penilaian tingkat bahaya, potensi terjadinya bahaya tingkat risiko dan peringkat skala usaha kegiatan usaha, yang diklasifikasikan menjadi:

1) Kegiatan usaha dengan tingkat risiko rendah; memerlukan Nomor Induk Berusaha (NIB)

2) Kegiatan usaha dengan tingkat risiko menengah; (tingkat risiko menengah rendah; dan tingkat risiko menengah tinggi); memerlukan NIB dan sertifikat standar produk dan/atau standar usaha

3) Kegiatan usaha dengan tingkat Risiko tinggi. Memerlukan NIB dan izin. Izin yang dimaksud ialah persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan kegiatan usaha yang wajib dipenuhi pelaku usaha.

UMKM Mendapatkan Kemudahan Bantuan Biaya?

(5)

Ketentuan yang diatur dalam Pasal 12 ayat 1 (b) UU Cipta Kerja yang mana, membebaskan biaya perizinan berusaha bagi usaha mikro dan memberikan keringanan biaya perizinan berusaha bagi usaha kecil. Dengan demikian UU Ciptaker dan PP No.7/2021 telah memberikan kemudahan dalam berusaha yang ditandai dengan adanya perizinan tunggal dan prosedur perizinan menjadi lebih sederhana melalui Online Single Submission (OSS) dan juga adanya peran pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, usaha besar nasional dan asing dalam penyediaan pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil tidak berubah bahkan akses data klaim akan semakin luas, variatif dan mudah.

Dalam memperoleh bantuan untuk kegiatan UMK-M harus memenehui persyaratan sebagai berikut:

 Warga Negara Indonesia (WNI) dengan KTP aktif

 Memiliki usaha mikro yang dibuktikan dengan surat usulan calon penerima dan pengusul BPUM serta lampirannya

 Tidak sedang menerima kredit dari perbankan dan KUR

 Bukan ASN, anggota TNI/Polri, pegawai BUMN, atau BUMn

 Khusus pelaku usaha mikro dengan alamat KTP dan lokasi usaha yang berbeda, wajib melampirkan Surat Keterangan Usaha (SKU)

Perlindungan UMKM

PP 7/2021 mengatur bahwa UMK berhak atas perlindungan hukum dengan melalui layanan bantuan dan pendampingan hukum yang disediakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan/atau yang disediakan oleh pihak lain tanpa mengeluarkan biaya apapun. Layanan bantuan dan pendampingan hukum meliputi:

1) Penyuluhan hukum;

2) Konsultasi hukum;

3) Mediasi;

4) Penyusunan dokumen hukum;

5) Pendampingan di luar pengadilan; dan/atau 6) Pendampingan di pengadilan

(6)

Berdasarkan Pasal 50 ayat (2) PP 7/2021 pihak lainnya yang memberikan layanan bantuan dan pendampingan hukum ialah:

1) Perorangan yang neemiliki izin praktik sebagai advokat;

2) Lembaga pemberi bantuan hukum; atau 3) Perguruan tinggi.

Perolehan layanan bantuan dan pendampingan hukum dengan memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pernerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;

2) Memiliki NIB

3) Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan Perkara.

BAB II

Bidang Usaha Penanaman Modal

Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah NKRI. Pada dasarnya, semua Bidang usaha yang bersifat komersil, terbuka bagi kegiatan Penanaman modal, kecuali Bidang Usaha:

1) Dinyatakan tertutup untuk Penanaman Modal

2) Untuk kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat.

Bidang Usaha yang Tertutup Untuk Penanaman Modal

Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) PERPRES No. 49 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas PERPRES No. 10 Tahun 2O20 Tentang Bidang Usaha Penanaman Modal (PERPRES Penanaman Modal) Bidang Usaha yang dinyatakan tertutup untuk Penanaman Modal adalah:

a) Bidang Usaha yang tidak dapat diusahakan sebagaimana Bidang Usaha yang tercantum dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

(7)

Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Ciptaker); dan

b) Industri Minuman Keras Mengandung Alkohol (KBLI 11010), Industri Minuman Mengandung Alkohol: Anggur (KBLI 11020), dan Industri Minuman Mengandung Malt (KBLI 11031).

Terhadap Bidang Usaha untuk kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat adalah kegiatan yang bersifat pelayanan atau dalam rangka pertahanan dan keamanan yang bersifat strategis dan tidak dapat dilakukan atau dikerjasamakan dengan pihak lainnya.

Berdasarkan Pasal 12 UU Penanaman Modal telah diubah dengan UU Ciptaker, Bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal meliputi:

a) Budi daya dan industri narkotika golongan I;

b) Segala bentuk kegiatan perjudian dan/atau kasino;

c) Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I Conuention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES);

d) Pemanfaatan atau pengambilan koral dan pemanfaatan atau pengambilan karang dari alam yang digunakan untuk bahan bangunan/kapur/kalsium, akuarium, dan souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau koral mati (recent death coratl) dari alam;

e) Industri pembuatan senjata kimia; dan

f) Industri bahan kimia industri dan industri bahan per-usak lapisan ozon.

Bidang Usaha yang terbuka Untuk Penanaman Modal

Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) PERPRES Penanaman Modal bahwa, Bidang usaha yang terbuka untuk Penanaman Modal teridiri atas:

a) Bidang Usaha prioritas;

b) Bidang Usaha yang dialokasikan atau kemitraan dengan Koperasi dan UMKM;

c) Bidang Usaha dengan persyaratan tertentu; dan

d) Bidang Usaha yang tidak termasuk dalam huruf a, huruf b, dan huruf c.

(8)

 Bidang Usaha Prioritas berdasarkan Pasal 4 ayat (1) PERPRES Penanaman Modal Bidang Usaha prioritas merupakan Bidang Usaha yang memenuhi kriteria, yaitu:

a) Program/proyekstrategisnasional;

b) Padat modal;

c) Padat karya;

d) Teknologi tinggi;

e) Industri pionir;

f) Orientasi ekspor; dan/atau;

g) Orientasi dalam kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi.

 Berdasarkan Pasal 5 (1) PERPRES Penanaman Modal bahwa Bidang Usaha yang dialokasikan atau kemitraan dengan Koperasi dan UMKM terdiri atas:

a) Bidang Usaha yang dialokasikan bagi Koperasi dan UMKM, dan

b) Bidang Usaha yang terbuka untuk Usaha Besar yang bermitra dengan Koperasi dan UMKM.

Keterangan Bidang Usaha yang dialokasikan bagi Koperasi dan UMKM

Bidang Usaha yang terbuka untuk Usaha Besar yang bermitra dengan Koperasi dan UMKM.

1. KBLI Terdapat 161 KBLI yang dialokasikan

Terdapat 62 KBLI

2. Kriteria Penetapan bidang Usaha yang dialokasikan bagi Koperasi dan UMKM harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Kegiatan usaha yang tidak menggunakan teknologi atau yang menggunakan teknologi sederhana;

b. Kegiatan usaha yang memiliki

Bidang Usaha yang bermitra dengan Koperasi dan UMKM ditetapkan berdasarkan kriteria:

a. Bidang Usaha yang banyak diusahakan oleh Koperasi dan UMKM dan/atau

b. Bidang Usaha yang didorong untuk masuk dalam rantai pasok Usaha Bcsar.

(9)

kekhusuan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai warisan budaya yang bersifat khusus dan turun-temurun; dan/atau

c. Modal usaha kegiatan tidak melebihi Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) di luar nilai tanah dan bangunan.

(Pasal 5 ayat (2) PERPRES Penanaman Modal)

(Pasal 5 ayat (3) PERPRES Penanaman Modal)

 Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) PERPRES Penanaman Modal bahwa, Bidang Usaha dengan persyaratan tertentu merupakan Bidang Usaha yang dapat diusahakan oleh semua Penanam Modal termasuk Koperasi dan UMKM yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Persyaratan Penanaman Modal untuk Penanam Modal dalam negeri;

b) Persyaratan Penanaman Modal dengan pembatasan kepemilikan modal asing;

c) Persyaratan Penanaman Modal dengan perizinan khusus; atau

d) Persyaratan Penanaman Modal lainnya yaitu bidang usaha yang dibatasi dan diawasi secara ketat serta diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri di bidang pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol.

Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Penanam Modal

Hak Kewajiban Tanggung Jawab

Setiap Penanam Modal berhak mendapat:

a. Kepastian hak, hukum, dan

Setiap Penanam Modal berkewajiban:

a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang

Setiap Penanam Modal bertanggung jawab:

a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari

(10)

perlindungan;

b. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya;

c. Hak pelayanan; dan

d. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

baik;

b. Melaksanakan tanggung jawab sosial

perusahaan;

c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan

Koordinasi Penanaman Modal;

d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan

e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;

d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e. Menciptakan

keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja;

dan

(11)

f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan

BAB III

Pemberdayaan UMK-M

Pelaksanaan penanaman modal diberikan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, guna memberikan kemudahan dalam pemberdayaan, dan perlindungan bagi koperasi dan UMK-M yang didasarkan pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan Pemerintah Pusat. Berdasarkan Pasal 18 UU Penanaman Modal yang telah diubah dengan UU Ciptaker, bahwa Perlindungan dan pemberdayaan sebagaimana dimaksud berupa pembinaan dan pengembangan koperasi dan UMK-M melalui:

a) Program kemitraan;

b) Pelatihan sumber daya manusia;

c) Peningkatan daya saing;

d) Pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar;

e) Akses pembiayaan; dan,

f) Penyebaran informasi yang seluas-luasnya.

Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf a merupakan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang usaha mikro, kecil, dan menengah.

Kemitraan antara UMK-M

Kemitraan antara UMK dan Koperasi dengan usaha Menengah dan usaha besar dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip kemitraan dan menjunjung etika bisnis yang sehat. Kemitraan mencakup proses alih keterampilan bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi sesuai

(12)

dengan pola kemitraan. Berdasarkan Pasal 106 ayat (1) dan (2) PP/7/2021, Kemitraan sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui pola:

a) Inti-plasma;

b) Subkontrak;

c) Waralaba;

d) Perdagangan umum;

e) Distribusi dan keagenan;

f) Rantai pasok; dan g) Bentuk kemitraan lain

Kemitraan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, paling sedikit:

a) Bagi hasil;

b) Kerja sama operasional;

c) Usaha patungan (joint venture); dan d) Penyum berluaran (outsourcing)

Kewenangan Pemerintah dalam Kemitraan

Berdasarkan Pasal 118 PP/7/2021 bahwa;

1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengatur:

a. Usaha besar untuk membangun kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; atau;

b. Usaha Menengah untuk membangun kemitraan dengan Usaha Mikro dan Usaha Kecil.

2) Untuk melaksanakan peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah:

a. Menyediakan data dan inforrnasi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan menengah yang siap bermitra;

b. Mengembangkan proyek percontohan kemitraan;

c. Memfasilitasi dukungan kebijakan; dan

(13)

d. Melakukan koordinasi penyusunan kebijakan dan program pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, serta pengendalian umum terhadap pelaksanaan kemitraan

Referensi

Dokumen terkait