• Tidak ada hasil yang ditemukan

BULETIN VETERINER UDAYANA - Universitas Udayana

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BULETIN VETERINER UDAYANA - Universitas Udayana"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 10 No.1 Pebruari 2018 p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712 Online pada: http//ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet Terbit mulai 1 Pebruari 2009

p-ISSN: 2085-2495, e-ISSN: 2477-2712

BULETIN VETERINER UDAYANA

➢ Identifikasi Bakteri Asam Laktat Isolat 18a Secara Fenotipik

➢ Efektivitas Partisi Air Buah Pare Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik Tikus

➢ Gambaran Histopatologi Limpa Tikus Putih yang Diberi Deksametason dan Vitamin E

➢ Isolasi Klebsiella Sp. pada Sapi Bali

➢ Efektivitas Vitamin E dan Deksametason pada Otak Tikus Putih

➢ Bakteri Coliform Dan Non Coliform yang Diisolasi dari Saluran Pernapasan Sapi Bali

➢ Bakteri Coliform pada Sapi Bali Menurut Tingkat Kedewasaan dan Lokasi Peternakan

➢ Daun Kelor Memperbaiki Histopatologi Hati Tikus Putih Diabetes Melitus

➢ Prevalensi Dermatitis Ulseratif pada Tukik Lekang

➢ Kadar Logam Berat Pb dan Histopatologi Limpa Sapi Bali

➢ Prevalensi pan Intensitas Infeksi Trypanosoma Evansi pada Kuda di Desa Kabaru

➢ Perbandingan Agranulosit Bibit Sapi Bali pada Berbagai Umur di Nusa Penida

➢ Diferensial Granulosit Sapi Bali di Dataran Tinggi dan Rendah di Nusa Penida

➢ Alanin Aminotransferase dan Aspartat Aminotransferase Sapi Bali Terinfeksi Fasciola

➢ Variabel Komponen Utama pada Morfometrik Sapi Putih Taro

Infusa Daun Salam Mempertahankan Kualitas dan Daya Tahan Daging Sapi Bali

DITERBITKAN OLEH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

VOL 10 NO. 1 PEBRUARI 2018

(2)

Publikasi Ilmiah Ini Diterbitkan

Dua Kali Setahun Setiap Bulan Pebruari dan Agustus Yang Bekerjasama Antara

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia (ADHPHKI)

Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI)

Cabang Bali

(3)

Burung Jalak Bali atau di sebut juga Leucopsar rothschildi adalah sejenis burung asli Bali yang dilindungi oleh Undang-undang. Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu- abuan.

Susunan Redaksi:

Penanggung Jawab: Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Ketua Redaksi: Ni Ketut Suwiti. Redaktur: I Nengah Kerta Besung, Kadek Karang Agustina, I Wayan Nico Fajar Gunawan. Penyunting/editor: Luh Gde Sri Surya Heryani, Luh Made Sudimartini, I Gusti Ayu Agung Suartini, I Nyoman Suartha, Ni Nyoman Werdi Susari, Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi, I Gusti Made Krisna Erawan, I Wayan Bebas, I Made Kardena, I Made Merdana, Luh Eka Setiasih.

Design Grafis: I Wayan Sudira, Anak Agung Gde Oka Dharmayudha, Ida Bagus Oka Winaya, Putu Henrywaesa Sudipa. Sekretariat: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Jl. PB Sudirman Denpasar Telp. (0361) 223791. Email:buletinvet@gmail.com. Web:

http//www.ojs.unud.ac.id/index,php/buletinvet.

Naskah yang dikirim ke redaksi Buletin Veteriner Udayana tidak diperkenankan dipublikasikan lagi secara keseluruhan atau sebagian tanpa seijin Buletin Veteriner Udayana

BULETIN VETERINER UDAYANA

(4)

Prof. Dr. drh. Fedik Abdul Rantam, DVM Imunologi Molekuler dan Seluler. Lab. Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Prof. Dr. Ir. I Gst Nyoman Gde Bidura, MS

Bioteknologi Pakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Ir. Dahlanuddin, M.Rur.Sc., Ph.D

Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak/Herbivora Fakultas Peternakan Universitas Mataram

drh. Made Sriasih, M. Agr. Sc., Ph.D

Lab. Biotechnology and Immunology Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.

Dr. Drh. Tyas Rini Saraswati,M,Kes

Lab. Ilmu Faal dan Kasiat Obat Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro

Ir. I Nengah Sujaya , M.Agr.Sc Ph.D

Intestinal Microbiology, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, S.Ked., SpMK, Ph.D

Medicine, Dentistry, and Pharmaceutical. Bag. Mikrobiologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Univesitas Udayana

Prof. Ir. I Made Anom S. Wijaya, M.App.Sc., Ph.D Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika Lab. Virologi Veteriner Universitas Udayana

Dr. Drh I Wayan Suardana, MSi

Dairy Sciences Lab. Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

MITRA BESTARI BULETIN VETERINER UDAYANA

(5)

Buletin Veteriner Udayana

Terbit sejak: 1 Pebruari 2009 Naskah asli

Original article

Identifikasi Bakteri Asam Laktat Isolat 18A Secara Fenotipik

(LACTIC ACID BACTERIA ISOLATE 18A PHENOTYPIC IDENTIFICATION)

I Wayan Suardana, Hendro Sukoco, Nyoman Semadi Antara ... 1 Efektivitas Partisi Air Buah Pare Terhadap Penurunan Gula Darah Diabetik

Eksperimental Tikus Putih Jantan

(EFFECTIVENESS OF PARTITION WATER BITTER MELON AGAINST DECREASE IN BLOOD SUGAR EXPERIMENTAL DIABETIC MALE RATS

Dwi Widananta Yogi Indra Yudha, Nyoman Suartha, Luh Made Sudimartini ... 10 Gambaran Histopatologi Limpa Tikus Putih yang Diberi Deksametason dan Vitamin E (HISTOPATHOLOGICAL OF WHITE RATS SPLEEN THAT GIVEN DEXAMETHASONE AND VITAMIN E)

Elsa Hidayati, I Ketut Berata, Samsuri, I Made Merdana ... 18 Isolasi Klebsiella Sp. Pada Sapi Bali Berdasarkan Tingkat Kedewasaan Dan Lokasi

pemeliharaan Serta Pola Kepekaan Terhadap Antibakteri

(ISOLATION KLEBSIELLA Sp. AT BALI CATTLE BASED ON LEVEL OF MATURITY AND BREEDING LOCATION AND THE PATTERN OF SENSITIVITY AGAINST

ANTIBACTERIAL)

Nyoman Anandiya Ramaditya, Ketut Tono PG, I Gusti Ketut Suarjana,

I Nengah Kerta Besung ... 26 Efektivitas Vitamin E dan Deksametason pada Otak Tikus Putih

(THE EFFECT OF VITAMIN E AND DEXAMETASONE ON THE WHITE RATS BRAIN) Afrizal Choirul Umam, I Ketut Berata, Samsuri, I Wayan Sudira,

I Made Merdana ... 33 Bakteri Coliform dan Non Coliform yang Diisolasi dari Saluran Pernapasan Sapi Bali (COLIFORM AND NON COLIFORM BACTERIA THAT ISOLATED FROM

RESPIRATORY TRACT OF BALI CATTLE)

Putu Putri Wiliantari, I Nengah Kerta Besung, Ketut Tono PG ... 40 Jumlah Bakteri Coliform Pada Sapi Bali Menurut Tingkat Kedewasaan Dan Lokasi

Peternakan Di Nusa Penida

(NUMBER OF COLIFORM BACTERIA IN BALI CATTLE BASED ON MATURITY LEVEL AND LOCATION OF FARMS IN NUSA PENIDA)

Bianca Violanda Junus, I Nengah Kerta Besung, I Gusti Ketut Suarjana,

Ni Ketut Suwiti ... 45 Daun Kelor Memperbaiki Histopatologi Hati Tikus Putih Yang Mengalami Diabetes Melitus

(MORINGA LEAVES IMPROVE HYSTOPATOLOGY WHITE RATS HEPAR EXPERIENCED DIABETIC)

Ida Ayu Adhistania Pidada, Ni Luh Eka Setiasih, Ida Bagus Oka Winaya... 50 DAFTAR ISI

(6)

Prevalensi Dermatitis Ulseratif pada Tukik Lekang yang Dipelihara di Turtle Conservation and Education Centre Serangan

(PREVALENCE OF ULCERATIVE DERMATITIS IN OLIVE RIDLEY HATCHLINGS REARED AT TURTLE CONSERVATION AND EDUCATION CENTRE SERANGAN)

Annabella Ruth Wijaya, Ida Bagus Windia Adnyana, I Made Kardena...57 Kadar Logam Berat Pb dan Histopatologi Limpa Sapi Bali yang Dipelihara di Tempat Pembuangan Akhir Suwung Denpasar

(LEVELS OF HEAVY METALS PB AND HISTHOPATHOLOGY OF SPLEEN OF THE BALI CATTLE MAINTAINED IN SUWUNG DENPASARFINAL DISPOSAL SITE)

Wahyu Semadi Putra, I Ketut Berata, I Made Kardena...64 Prevalensidan Intensitas Infeksi Trypanosoma Evansipada Kudadi Desa Kabaru,

Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur

(PREVALENCE AND INTENSITY OF TRYPANOSOMA EVANSI INFECTION IN HORSE at THE KABARU VILLAGE, SUBDISTRICT RINDI, EAST SUMBA REGENCY)

Mersy Rambu Maramba Ndiha, Ida Ayu PastiApsari, I Made Dwinata...70 Agranulosit Bibit Sapi Bali pada Berbagai Umur di Nusa Penida

(AGRANULOSIT OF BALI CATTLE ON VARIOUS AGE IN NUSA PENIDA)

Franky Lunggi Hali Remi Andung, Ni Ketut Suwiti, Anak Agung Sagung Kendran...76 Diferensial Granulosit Sapi Bali di Dataran Tinggi dan Rendah di Nusa Penida

(GRANULOCYTES DIFFERENTIAL OF BALI CATTLE IN THE DIFFERENT HIGHER AT NUSA PENIDA)

Ni Made Riska Adnyani, Ni Ketut Suwiti, Ni Luh Eka Setiasih...81 AktivitasAlanin AminotransferasedanAspartat AminotransferaseSapi Bali Terinfeksi Fasciola Gigantica

(ACTIVITY OF ALANIN AMINOTRANSFERASE AND ASPARTATE AMINOTRANSFERASE OF BALI CATTLE INFECTED BY FASCIOLA GIGANTICA)

Anak Agung Gde Oka Dharmayudha, Ida Bagus Dimas Kusumadarma, Ida Bagus Komang Ardana, Made Suma Anthara, I Wayan Nico Fajar Gunawan, Luh Made Sudimartini, Kadek Karang Agustina...87 Variabel Komponen Utama pada Morfometrik Sapi Putih Taro Berdasarkan

Pengukuran Badan

(PRINCIPALS COMPONENTS VARIABLES OF TARO WHITE CATTLE MORPHOMETRICS BASED ON BODY MEASUREMENT)

Luh Gde Sri Surya Heryani, Ni Nyoman Werdi Susari, I Wayan Nico Fajar Gunawan...93 Infusa Daun Salam Mempertahankan Kualitas dan Daya Tahan Daging Sapi Bali

(BAY LEAVES INFUSE MAINTAIN THE QUALITY AND DURABILITY OF BALI BEEF)

I Ketut Suada, Dimas Indra Dwi Purnama,Kadek Karang Agustina...100

MITRA BESTARI TAMU

(7)

Dr. Sagung Chandra Yowani, S.Si., Apt., M.Si

Lab. Mikrobiologi Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.

Dr. dra. Tyas Rini Saraswati, M.Kes

Lab. Ilmu Faal dan Khasiat Obat Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Diponegoro.

Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc., Ph.D.

Lab. Ekofisiologi Hewan Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.

Dr. drh. I Nyoman Suartha, MSi.

Lab. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Prof. Dr. drh. Gusti Ayu Yuniati Kencana, MP.

Lab. Virologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr. drh I Nengah Kerta Besung, MSi

Lab. Bakteriologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr.drh. I Gusti Ayu Agung Suartini, MSi.

Lab. Biokimia, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr. drh. I Gusti Made Krisna Erawan, MSi.

Lab. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Drh. Kadek Karang Agustina, MP.

Lab. Kesmavet, Fakutas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Drh. Made Sudimartini, MP

Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Drh. Wayan Nico Fajar, M.Si

Lab. Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dra. Ni Made Pharmawati, MSc. PhD.

Lab. Bioteknologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana Dr. drh. Maxs U E Sanam.

Lab. Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Cendana.

Prof. Dr. drh. Pudji Astuti

Lab. Fisiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada.

Prof. Dr.drh. I Nyoman Suarsana, MSi.

Lab. Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Prof. Dr. drh Ni Ketut Suwiti, MKes,

Lab. Histologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Dr.drh. Michael Haryadi, MP.

Lab. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Drh. Ni Luh Putu Agustini, MP.

Lab. Bioteknologi Balai Besar Veteriner Denpasar.

Drh. Ni Made Restiati, Mphil.

Klinisi Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang Bali Dr.drh. AETH Wahyuni, MSi.

Lab. Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Drh. Siti Komariah

Klinisi Asosiasi Dokter Hewan Praktisi Hewan Kecil Indonesia

(8)

Buletin Veteriner Udayana

Vol. 10 No.1 Tahun 2018

Analisis Komponen Utama 93 Antioksidan 18

ALT 87 AST 87

Bakteri Asam Laktat 1 Bakteri Coliform 40 Dataran Tinggi 26, 40 Dataran Rendah 26, 40 Deksametason 18, 33 Deplesi 64

Dermatitis Ulseratif 57 Desa Kabaru 70 Diabetes Mellitus 50 Diabetik 10

Diferensial Granulosit 81 Eksperimental 10

Ekstrak Daun Kelor 50 Ekstrak Pare 10 Fasciola gigantica 87 Feses 45

Histopatologi Hati 50 Indeks Kondisi Tubuh 57 Intensitas 70

Isolat 18A 1

Jumlah Bakteri Coliform 45 Kerusakan Otak 33

Kit API 50 CH 1

Klebsiella Sp. 26 Kuda 70

Leukosit 76 Limfosit 76 Limpa 18, 64 Logam Berat Pb 64 Monosit 76

Morfometrik 93 Nekrosis 18 Non Coliform 40 Nusa Penida 45 Otak 33

Partisi Air 10 Pola Kepekaan 26 Prevalensi 57, 70 Proliferasi 64

Sapi Bali 26, 40, 45, 64, 76, 81, 87

Sapi Putih Taro 93 Streptozotocin 10 T. Evansi 70 Tipe Dataran 81 Tukik Lekang 57 Uji Konvensional 1 Umur 40

Vitamin E 18, 33 INDEKS SUBJEK

(9)

Buletin Veteriner Udayana

Vol. 10 No.1 Tahun 2018

AdnyanaIBW 57 AdnyaniNMR 81 AgustinaKK 87, 100 AndungFLHR 76 Antara NS 1 AntharaMS 87 Apsari IAP 70 ArdanaIBK 87

Berata IK 18,33, 45, 64 BesungINK 26, 40, 45 DharmayudhaAAGO 87 DwinataIM 70

GunawanIWNF 87,93 HeryaniLGSS 93 Hidayati E 18 Junus BV 45 KardenaIM 57, 64 KendranAAS 76 KusumadarmaIBD 87 Merdana IM 18,33 NdihaMRM 70

Pidada IAA 50 Purnama DID 100 Putra WS 64 Ramaditya NA 26 Samsuri 18,33 Setiasih NLE 50, 81 Suada IK 100 Suardana IW 1 Suarjana IGK 26, 45 Suartha N 10

Sudimartini LM 10, 87 Sudira IW 33

Sukoco H 1 Susari NNW 93 Suwiti NK 45, 76, 81 Tono KPG 26, 40 Umam AC 33 Wijaya AR 57 Wiliantari PP 40 Winaya IBO 50 Yudha DWYI 10

INDEKS PENULIS

(10)

1. Ketentuan Umum

a. BuletinVeteriner Udayana memuat tulisan ilmiah dalam bidang Kedoteran Hewan dan Peternakan, berupa hasil penelitian, artikel ulas balik (review).

b. Naskah/makalah harus orisinal dan belum pernah diterbitkan. Apabila diterima untuk dimuat dalam Buletin Veteriner Udayana, maka tidak boleh diterbitkan dalam majalah atau media yang lain.

2. Naskah ilmiah dicetak dengan kertas ukuran A4. Naskah diketik dengan spasi menggunakan program olah kata word for windows, huruf Times New Roman ukuran huruf 12.

3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut urutan sebagai berikut: Judul, Identitas penulis, Abstrak, Abstract, Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan terimakasih dan Daftar Pustaka.

Upayakan dicetak hitam putih, dan keseluruhan naskah tidak lebih tidak kurang dari 10- 15 halaman.

a. Judul: Singkat dan jelas.

b. Identitas penulis: Nama ditulis lengkap (tidak disingkat) tanpa gelar. Bila penulis lebih dari seorang, dengan alamat, instansi yang berbeda, maka di belakang setiap nama diberi indeks atas angka arab. Alamat penulis ditulis di bawah nama penulis mencakup laboratorium, lembaga, dan alamat lengkap dengan nomer telepon/faksimili dan Email. Indeks tambahan diberikan pada penulis yang dapat diajak berkorespondensi (corresponding author).

c. Abstrak: Ditulis dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu dan bahasa Inggris bila naskah dalam bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Abstrak dilengkapi kata kunci (keywords) yang diurut berdasarkan kepentingannya. Abstrak memuat ringkasan naskah, mencakup seluruh tulisan tanpa mencoba merinci setiap bagiannya. Hindari menggunakan singkatan.

d. Pendahuluan: Memuat tentang ruang lingkup, latar belakang tujuan dan manfaat penelitian. Bagian ini hendaknya memberikan latar belakang agar pembaca dapat memahami dan menilai hasil penelitian tanpa membaca laporan-laporan sebelumnya yang berkaitan dengan topik. Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukung pembahasan.

e. Metode Penelitian: Hendaknya diuraikan secara rinci dan jelas mengenai bahan yang digunakan dan cara kerja yang dilaksanakan, termasuk metode statistika. Cara kerja yang disampaikan hendaknya memuat informasi yang memadai sehingga memungkinkan penelitian dapat diulang dengan berhasil.

f. Hasil dan Pembahasan: Disajikan secara bersama dan membahas dengan jelas hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk tertulis di dalam naskah, tabel, atau gambar. Kurangi penggunaan grafik jika hal tersebut dapat dijelaskan naskah. Batasi pemakaian foto, sajikan foto yang jelas menggambarkan hasil yang diperoleh. Gambar dan tabel harus diberi nomor dan dikutip dalam naskah. Pembahasan yang disajikan hendaknya memuat tafsir atas hasil yang diperoleh dan bahasan yang berkaitan dengan laporan-laporan sebelumnya. Hindari mengulang pernyataan yang telah disampaikan pada metode, hasil dan informasi lain yang telah disajikan pada pendahuluan.

KETENTUAN UNTUK PENULISAN NASKAH

(11)

g. Simpulan dan Saran: Disajikan secara terpisah dari hasil dan pembahasan.

h. Ucapan Terimakasih: Dapat disajikan bila dipandang perlu. Ditujukan kepada yang mendanai penelitian dan untuk memberikan penghargaan kepada Lembaga maupun perseorangan yang telah membantu penelitian atau proses penulisan.

i. DaftarPustaka: Ditulis mengikuti pola Vancouver Style. Disusun secara alfabetis menurut nama dan tahun terbit. Singkatan majalah/jurnal berdasarkan tata cara yang dapat dipakai oleh masing-masing jurnal. Proporsi daftar pustaka jurnal/majalah ilmiah sedikitnya 60%, dan teks book 40%. Contoh penulisan daftar pustaka:

Jurnal/majalah

Cowle SM, Horae S, Mosselman S, Parker MG. 1997. Estrogen receptor alpha and beta for heterodimeson DNA. J Biol Chem, 272(1):158-162.

Buku

Gordon I. 1997. Controlled reproduction in sheep and goats. Controlled reproductionin farm animal series. 2nd Ed. Cab. Internationa. Ireland

Bab dalam Buku

Lukert PD, Saif YM. 1997. Infectious bursal disease. In: Diesease of Pultry. 10th Ed.

Calnek BW, Barness HJ, Beard CW, McDaugrad LR, Saif YM. (eds). Iowa State University Press, Ames, Iowa, USA. Pp. 721-738.

Prosiding

Muzzarelli R. 1990. Chitin and chitosan: Unique cationic polysaccharides, In:

Proceeding Sympotium Towards a Carbohydrate Based Chemistry. Ames, France, 23-26 Oct. 1989. Pp. 199-231.

Disertasi/Tesis

Said S. 2003.Studies on Fertilization of rat soocytes by intra cytoplasmic sperm injection. (Disertation). Okayama: Okayama University.

Website

Gorman C. 1997. The new Hongkong Flue. http://www.pathfinder.com/time/

magazine/1997/dom/971229/heatlh.thenewhong_html

4. Pengiriman naskah dapat dilakukan setiap saat dalam bentuk cetakan (printout) sebanyak dua eksemplar dan satu softcopy kepada:

Redaksi BuletinVeteriner Udayana

Alamat: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar

Telp. (0361) 223791; Fax. (0361) 223791 Email:buletinvet@gmail.com/bulvet@unud.ac.id

5. Terhadap naskah/makalah yang dikirim, redaksi berhak untuk: memuat naskah/makalah tanpa perbaikan, memuat naskah/makalah dengan perbaikan, menolak naskah/makalah.

Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat untuk keperluan itu.

6. Setiap naskah yang dikirim ke redaksi untuk dipublikasikan dalam Buletin Veteriner Udayana akan dipandang sebagai karya asli penulis dan bila diterima, naskah tersebut tidak diperkenankan dipublikasikan lagi secara keseluruhan ataupun sebagian tanpa seijin Buletin Veteriner Udayana.

(12)

Alamat Redaksi Fakultas Kedokteran Hewan Jl. PB Sudirman Denpasar, Telp (0361)223791

BULETIN VETERINER UDAYANA

(13)

18

Gambaran Histopatologi Limpa Tikus Putih yang Diberi Deksametason dan Vitamin E

(HISTOPATHOLOGICAL OF WHITE RATS SPLEEN THAT GIVEN DEXAMETHASONE AND VITAMIN E)

Elsa Hidayati1, I Ketut Berata2, Samsuri3, I Made Merdana3*, Luh Made Sudimartini3

1Praktisi Dokter Hewan di Kediri Jawa Timur 2Laboratorium Patologi Veteriner

3Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana

Jalan PB. Sudirman Denpasar, Bali Telp. 0361-223791 Faks (0361) 223791

*Email: imade_merdana@unud.ac.id ABSTRAK

Deksametason merupakan obat kortikosteroid golongan glukokortikoid yang berfungsi sebagai anti-inflamasi dan imunosupresan. Efek terapi dari obat ini adalah mengurangi respon radang dan menekan sistem imun. Limpa merupakan organ yang mengkoordinasi sistem imun, sehingga penggunaan deksametason secara berkepanjangan akan berefek pada limpa. Sebagai upaya mencegah efek deksametason ke limpa, maka dibutuhkan antioksidan. Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan bertindak sebagai antioksidan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap, dimana 25 ekor tikus putih jantan, dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kontrol negatif diberi pakan dan minum. Deksametason (Harsen®) diberikan secara injeksi subkutan 0,13 mg/kg BB pada perlakuan kontrol positif, P1, P2 dan P3. Vitamin E diberikan peroral pada perlakuan P1 (100 mg/kg BB), P2 (150 mg/kg BB) dan P3 (200 mg/kg BB). Setelah 2 minggu perlakuan, semua sampel diterminasi dan diambil organ limpa untuk dibuat preparat histopatologi. Variabel yang diperiksa meliputi perdarahan dan nekrosis. Penelitian menunjukkan terjadi nekrosis pada kontrol positif, sedangkan P1, P2, P3 mengalami perbaikan kerusakan namun tidak signifikan. Perlakuan P2 menunjukkan hasil paling baik dalam mengurangi efek deksametason. Kesimpulan dari penelitian ini adalah deksametason mempengaruhi gambaran histopatologi limpa tikus putih dan Vitamin E dosis 150 mg/kg BB dapat memperlihatkan perbaikan kerusakan jaringan limpa yang lebih baik vitamin E dosis 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB.

Kata kunci: antioksidan; deksametason; limpa; nekrosis; vitamin E ABSTRACT

Dexamethasone is a corticosteroid drug from the class of glucocorticosteroids that has anti- inflammation and immunosuppressant effect. This drug has therapeutic effect such as immunosuppressive and reducing the inflammatory response. Spleen is an organ of the immune system, so that when used dexamethasone in the long term and large doses can affect the spleen. To prevent dexamethason effect on spleen, provision of antioxidants is required. Vitamin E is a fat soluble vitamin that acted as antioxidant. This study used complete randomized design. Sample of this experiment were 25 male rats divided randomly into 5 groups. Negative control were given standards food and drink. Dexamethasone administrated by subcutaneous injection 0,13 mg/kg BW in positive control group, P1, P2 and P3. Vitamin E administrated orally with following P1 (100 mg/kg BW), P2 (150 mg/kg BW) and P3 (200 mg/kg BW). After 2 weeks intervention, all samples were terminated, then took the spleen to make histopatology preparation. The variables examined include hemorrhage and necrosis. From the results showed a positive control necrosis, whereas P1, P2, P3 improvements in spleen damage, but was not significant. P2 treatment showed the best results in reducing the effects of dexamethasone. From this study it can be concluded that the dexamethasone dose 0,13 mg/kg BW has histopatology of spleen changes and vitamin E dose 150 mg/kg BW can repair spleen tissue damage is better than vitamin E dose 100 mg/kg BW and 200 mg/kg BW.

Keywords: antioxidant; dexamethasone; spleen; necrosis; vitamin E PENDAHULUAN

(14)

19 Deksametason merupakan salah satu obat kortikosteroid yang masuk ke dalam kelompok glukokortikoid sintetik (Indayani et al., 2015). Glukokortikoid berfungsi untuk mengatur metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Macfarlane et al., 2008). Sebagai obat kortikosteroid, deksametason berkhasiat sebagai imunosupresan dan antiinflamasi untuk mengobati berbagai kondisi radang (Samtani et al., 2005). Efek antiinflamasi dari yang bekerja dengan menghambat respons inflamasi dan menyebabkan apoptosis dari berbagai sel (Kadmiel dan Cidlowski, 2008). Pemberian deksametason dengan dosis 0,13 mg/kg BB dapat mengakibatkan kerusakan pada pankreas, hati dan ginjal (Dharma et al., 2015; Insani et al., 2015; Rabiah et al., 2015).

Limpa merupakan salah satu organ pertahanan tubuh. Limpa memiliki fungsi memfiltrasi darah dan mengkoordinasi respon imun. Secara histologi limpa terdiri dari 2 bagian yaitu stroma dan parenkim.

Bagian stroma terdiri dari kapsula dan trabekula, sedangkan parenkim limpa terdiri dari pulpa putih merupakan sistem kekebalan untuk melawan infeksi dan pulpa merah bertugas membuang bahan- bahan yang tidak diperlukan dari dalam darah seperti sel darah merah yang rusak (Guyton dan Hall, 2000). Pulpa merah terdiri dari sel makrofag, sel plasma, dan elemen darah; pulpa putih terdiri dari limfosit yang tersusun padat didalamnya dan arteri sentralis pada bagian tengahnya (Matheos et al., 2013). Pulpa putih ini merupakan jaringan limfatik yang menyebar di seluruh limpa sebagai nodulus limpa dan seperti selubung limfatik periarterial. Serabut retikuler dan sel retikuler membentuk jalinan stroma dalam tiga dimensi mengandung pecahan limfosit, makrofag dan sel lain mirip dengan yang terlihat pada limfoglandula (Setiasih et al., 2011).

Penelitian mengenai efek samping deksametason secara histopatologi pada organ limpa sudah pernah dilakukan,

namun belum ada yang melaporkan bagaimana mengatasi efek samping dari deksametason tersebut. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan perlakuan berupa pemberian vitamin E yang diperkirakan dapat mengurangi efek samping yang ditimbulkan deksametason pada limpa.

Vitamin E merupakan vitamin larut dalam lemak yang berfungsi sebagai antioksidan yang tinggi (Brigelius-Flohe, 1999). Vitamin E dapat menghambat terjadinya proses peroksida lipid dengan cara memindahkan atom hidrogen kepada radikal peroksil (Bebas et al., 2016).

Antioksidan dalam vitamin E akan bertindak sebagai garis pertama pertahanan terhadap peroksidasi lipid, melindungi membran sel dari serangan radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinnya penyakit seperti penyakit degeneratif, aterosklerosis, stres oksidatif, kanker, katarak dan lain sebagainya (Rizvi et al., 2014). Vitamin E juga berkontribusi dalam menyokong sistem imun yang baik sehingga resiko terkena berbagai penyakit dapat berkurang. Selain itu Vitamin E juga dapat mengurangi efek toksik penggunaan Methotrexate dalam kemoterapi pengobatan kanker (Dhanesha et al., 2015).

METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Yang digunakan adalah 25 ekor tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang berumur 2 - 3 bulan dengan berat badan 200–300 gram. yang didapatkan di kota Denpasar, Provinsi Bali yang dibagi 5 perlakuan dan masing-masing perlakuan menggunakan 5 ekor tikus putih. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah limpa tikus putih.

Prosedur Penelitian

Tikus dibagi menjadi lima kelompok secara acak yang terdiri dari kontrol negatif atau tanpa perlakuan, kontrol positif diberikan deksametason 0,13 mg/kg BB secara subkutan, dan perlakuan diberikan deksametason 0,13 mg/kg BB

(15)

20 dengan variasi vitamin E bertingkat yaitu P1 (100 mg/kg BB peroral), P2 (150 mg/kg BB peroral) dan P3 (200 mg/kg BB ini masing-masing peroral), perlakuan

2 selama sehari

kali satu diberikan minggu.

Pembuatan Sediaan Histopatologi Pada pembuatan sediaan histopatologi, lima kelompok tikus yang telah diberikan perlakuan selama 2 minggu akan diambil organ limpanya untuk selanjutnya dilakukan pembuatan preparat dengan metode pewarnaan Hematoksilin- Eosin (HE). Sampel organ limpa tersebut diambil dan dipotong 1x1x1 cm, kemudian

larutan

direndam dalam neutral buffer formalin (NBF) 10%. Sampel organ selanjutnya diperkecil lagi dengan irisan tipis untuk disimpan dalam tissue cassate dan dilakukan fiksasi dalam larutan NBF.

Setelah difiksasi, dilakukan proses dehidrasi dan clearing dengan satu sesi larutan yang terdiri dari: alkohol 70%, alkohol 90%,

alkohol alkohol 80%,

absolut, toluene dan parafin, secara bertahap dalam waktu satu hari. Sampel organ di blocking dengan embedding set yang dituangi parafin cair kemudian didinginkan. Blok yang sudah dingin di sectioning menggunakan microtome dengan ketebalan ± 4−5 mikron. Proses terakhir adalah pewarnaan dengan metode Harris Hematoxylyin-Eosin dan mounting media.

Preparat histopatologi diamati di bawah mikroskop masing-masing pada 5 lapang pandang dengan perbesaran 100X dan 400X. Limpa yang diperiksa secara histopatologi berdasarkan adanya perdarahan dan nekrosis folikel diskoring.

Untuk hasil pemeriksaan perdarahan diberi skor yakni 0 (Normal, tidak ada perdarahan), 1 (Perdarahan ringan/fokal), 2 (Perdarahan sedang/multifokal), 3 (perdarahan berat/difusa). Untuk hasil

pemeriksaan nekrosis yakni 0 (Tidak ada nekrosis), 1 (Nekrosis ringan/fokal), 2 (Nekrosis sedang/multifokal), 3 (Nekrosis berat/difusa).

Analisis Data

Dianalisis menggunakan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Pengaruh vitamin E terhadap limpa tikus putih yang diberi deksametason dianalisis dengan uji statistik nonparametik Kruskal-Wallis.

Jika perubahan nyata (P <0,05), uji dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan pengaruh dosis vitamin E yang diberikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil pemeriksaan histopatologi limpa tikus putih pada kontrol negatif (-) limpa dari menunjukkan kesuluruhan

mengalami tikus putih tidak

kelima

namun terdapat perdarahan nekrosa,

positif nekrosa kontrol

Pada sedang.

perdarahan sedang paling banyak dan

sedang hampir di semua limpa.

Hasil pengamatan histopatologi limpa tikus putih (Rattus norvegicus) pada semua kelompok perlakuan tersaji pada Tabel 1 dan Tabel 2. Kelompok P2 secara merupakan kelompok yang

pengamatan histopatologi memiliki gambaran yang paling baik. Nekrosis pada perlakuan P2 ini mengalami perbaikan yaitu terdapat tiga limpa yang mengalami nekrosis ringan, satu limpa nekrosis sedang, dan satu limpa tidak mengalami nekrosis. Untuk perdarahan kelima limpa mengalami perdarahan sedang hampir sama dengan perdarahan pada kontrol negatif.

Hasil pemeriksaan histopatologi dengan lesi perdarahan dan lesi nekrosis disajikan pada Gambar 1 sampai Gambar 5.

(16)

21

Tabel 1. Tabulasi hasil pemeriksaan histopatologi limpa tikus putih kategori perdarahan pada semua kelompok perlakuan.

Perlakuan Kategori tingkat patologi (n=25)

Normal /tidak ada perdarahan

(0)

Perdarahan ringan/fokal

(1)

Perdarahan sedang/multifokal

(2)

Perdarahan berat/difusa

(3) Kontrol (-)

Kontrol (+) P1

P2 P3

- 1 3 - 2

- - - - -

4 4 2 5 3

1 - - - -

Tabel 2. Tabulasi hasil pemeriksaan histopatologi limpa tikus putih kategori nekrosis pada semua kelompok perlakuan.

Perlakuan Kategori tingkat patologi (n=25) Normal /tidak

ada perubahan (0)

Nekrosis ringan/fokal

(1)

Nekrosis sedang/multifokal

(2)

Nekrosis berat/difusa (3)

Kontrol (-) Kontrol (+) P1

P2 P3

5 - - 1 1

- - 1 3 1

- 5 4 1 3

- - - - -

Gambar 1. Gambaran histopatologi limpa tikus putih pada kelompok kontrol negatif ditemukan adanya perdarahan yang bersifat sedang (multifokal) yang ditunjukkan oleh tanda panah hitam dan tidak terdapat nekrosis (HE, 200X.).

Gambar 2. Gambaran histopatologi limpa tikus putih pada kelompok kontrol positif ditemukan adanya nekrosis yang bersifat multifokal (tanda panah merah) dan perdarahan yang bersifat multifokal (tanda panah hitam) (HE, 400X.).

(17)

22 Gambar 3. Gambaran histopatologi limpa tikus putih pada kelompok P1 ditemukan adanya nekrosis yang bersifat multifokal (tanda panah merah) dan tidak terdapat perdarahan (HE, 400X.).

Gambar 4. Gambaran histopatologi limpa tikus putih pada kelompok P2 ditemukan adanya nekrosis yang bersifat lokal (tanda panah merah) dan perdarahan yang bersifat multifokal (tanda panah hitam) (HE, 400X.).

Gambar 5. Gambaran histopatologi limpa tikus putih pada kelompok P3 ditemukan adanya nekrosis yang bersifat lokal (tanda

panah merah) dan perdarahan yang bersifat multifokal (tanda panah hitam) (HE, 400X.).

Pembahasan

Uji statistik Kruskal-Wallis terlihat bahwa perlakuan untuk perdarahan menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (P>0,05) antara perlakuan kontrol negatif dengan kelompok perlakuan lain.

Perlakuan untuk nekrosis terdapat perbedaan sangat nyata (P<0,01) antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan. Karena hanya kategori nekrosis yang terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar dosis vitamin E yang diberikan. Hasil uji Mann-Whitney untuk kategori nekrosis adalah antara kelompok kontrol negatif dengan kontrol positif dan P1 terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0.01), sedangkan antara kontrol negatif dengan P2 dan P3 terdapat perbedaan nyata (P<0,05). Kemudian antara kontrol positif dengan P2 terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05), antara kontrol positif dengan P1 dan P3 tidak terdapat perbedaan nyata (P>0,05). Sedangkan P1 dengan P2 dan P3 tidak terdapat perbedaan nyata (P>0,05) dan P2 dengan P3 juga tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05).

Hasil pemeriksaan histopatologi dan uji statisik pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian deksametason memberi efek samping pada limpa tikus putih, dimana limpa kontrol negatif tidak mengalami nekrosis, namun setelah pemberian deksametason limpa mengalami nekrosis yang bersifat multifokal. Selanjutnya pemberian suplemen vitamin E terhadap efek samping deksametason (0,13 mg/kg BB) pada limpa tikus putih pada kategori nekrosis mengalami perbaikan sel. Dilihat dari hasil ini pada perlakuan kontrol positif yang diberi deksametason 0,13 mg/kg BB menunjukkan kerusakan ditandai dengan

(18)

23 terjadinya nekrosis yang bersifat sedang atau multifokal. Untuk kategori perdarahan tidak menunjukkan adanya perbaikan.

Perdarahan pada penelitian ini hampir terjadi pada semua kelompok perlakuan. Pada kontrol negatif terjadi perdarahan yang paling parah dibanding perlakuan-perlakuan lain. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh organ limpa sendiri merupakan organ yang berfungsi memfiltrasi darah dan bertugas membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan dari dalam darah seperti sel darah merah yang rusak, selain itu limpa merupakan organ yang berperan memobilisasi darah bila aktivitas fisiologis meningkat (Guyton dan Hall, 2000). Perdarahan ini juga bisa diakibatkan tikus yang dipakai mengalami trauma sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan pada limpa.

Nekrosis bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya suplai darah kurang, toksin, tidak ada inervasi syaraf, suhu, sinar radio aktif dan trauma mekanik (Berata et al., 2011), selain itu nekrosis juga bisa diakibatkan oleh virus misalnya virus distemper (Fadilah et al., 2015).

Deksametason sebagai obat yang bersifat imunosupresan bekerja dengan cara menurunkan dan menghambat limfosit dan makrofag perifer, sehingga efek dari kerja deksametason tersebut menyebabkan kematian sel pada folikel limfoid (pulpa putih) limpa. Namun limfosit pada pulpa merah kurang sensitif terhadap glukokortikoid jika dibandingkan dengan pulpa putih. Glukokortikoid mempengaruhi molekul protein pada limfosit, yaitu reseptor yang terdapat pada sitoplasma di luar membran mitokondria yang menstimulasi mekanisme apoptosis.

Perbedaan sensitivitas reseptor glukokortikoid ini yang mempengaruhi struktur pulpa putih pada limpa (Luzicova dan Epimova, 2009). Bila kerja apoptosis ini terus menerus terjadi maka sel limpa akan mengalami nekrosis.

Pemberian vitamin E secara oral selama 2 minggu pada tikus putih yang diberi deksametason terbukti mengalami

perbaikan namun tidak signifikan pada semua perlakuan. Perbaikan yang terjadi dari nekrosis yang bersifat multifokal menjadi nekrosis bersifat fokal.

Kemampuan untuk mengurangi efek deksametason ini diperoleh dari kandungan vitamin E yaitu tokoferol dan tokotrienol yang bersifat sebagai antioksidan (Rizvi et al., 2014). Vitamin E digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein) di dalam dinding usus diserap secara difusi pasif, kemudian vitamin E diserap oleh sistem limfatik. Dari sistem ini vitamin E kemudian masuk ke dalam saluran darah untuk ditransportasikan ke hati. Kemudian hati akan memasangkan vitamin E ini dengan VLDL (very low- density lipoprotein). Selanjutnya VLDL dipecah oleh lipoprotein lipase menghasilkan LDL (low-density lipoprotein). Low-density lipoprotein (LDL) secara bebas bertukaran vitamin E dengan HDL (high density lipoprotein) yang kemudian bersama-sama di sirkulasi mendistribusikan vitamin E ke dalam jaringan. Sebagai antioksidan vitamin E dapat melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas dan mencegah kerusakan pada sel-sel normal (Aminullah et al., 2012). Vitamin E melindungi kerusakan tersebut dengan cara menghambat sel-sel yang mengalami apoptosis dan meningkatkan proliferase sel (Gheibi et al., 2013).

Pada penelitian ini didapat hasil suplementasi vitamin E per oral terhadap limpa tikus putih yang diberi deksametason 0,13 mg/kg BB secara subkutan mengalami perbaikan, khususnya pada dosis 150 mg/kg BB, dimana dari nekrosis bersifat multifokal menjadi nekrosis yang bersifat fokal. Pada dosis vitamin E 100 mg/kg BB nekrosis pada limpa belum mengalami perbaikan, dimungkinkan karena kandungan antioksidan vitamin E yang diberikan belum mampu menangkal radikal bebas yang dihasilkan deksametason. Untuk dosis vitamin E 200 mg/kg BB sudah terdapat limpa yang mengalami nekrosis

(19)

24 nekrosis, mengalami

tidak dan

fokal

namun tiga tikus masih mengalami nekrosis multifokal. Hal ini bisa terjadi karena vitamin E larut lemak sehingga dapat disimpan tubuh dalam jangka waktu lama dan ada kemungkinan terjadi toksisitas (Dewoto, 2009). Vitamin E yang diberikan secara berlebihan pada indukan lele mengakibatkan toksik (Mokoginta et al, 2011). Sehingga kemungkinan besar terhadap spesies lain misalkan tikus putih bisa juga menjadi toksik.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Terjadi nekrosis multifokal pada gambaran histopatologi limpa tikus putih yang diberi deksametason 0,13 mg/kg BB.

Pemberian vitamin E dapat memperbaiki gambaran histopatologi limpa tikus putih.

Dosis vitamin E 150 mg/kg BB paling baik jika dibanding dengan dosis 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB.

Saran

Disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan mengenai mekanisme detail tentang interaksi vitamin E di limpa terhadap pemberian deksametason.

UCAPAN TERIMA KASIH kepada staff kasih

Ucapan terima

laboratorium patologi dan farmakologi FKH Universitas Udayana, Balai Besar Veteriner Denpasar yang telah membantu selama penelitian ini berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah Y, Wiratno, Susilaningsih N.

2012. Kombinasi Vitamin C Dan Vitamin E Dosis Tinggi Terhadap Sistem Hemapoitik Penderita Kanker Kepala Dan Leher Yang Mendapat Kemoterapi Cisplatin. J. Med.

Hospitalia. 1(2): 89-94.

AAAM, IBO, Adi

Berata IK, Winaya

2011.

IBW.

Adnyana Patologi

Umum

Veteriner . Denpasar: Swasta Nulus.

Bebas W, Buyona GL, Budiasa MK. 2016.

Penambahan Vitamin E Pada

BTS® Terhadap Daya Pengencer

Spermatozoa Dan Motilitas

Hidup

Babi Landrace Pada Penyimpanan 15°C. Bul. Vet.Udayana. 8(1): 1-7.

1999.

Brigelius-Flohe R. Vitamin E:

Metabolism.

and

Function FASEB.

Germany.

Dewoto HR. 2009. Vitamin dan Mineral.

Dalam: Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi Dan Kedokteran Fakultas

Terapeutik

Pp:

Jakarta.

Indonesia, Universitas

769-793.

Dhanesha M, Singh K, Bhori M, Marar T.

2015. Impact Of Antioxidant Supplementation On Toxicity Of Methotrexate: An In Vitro Study On Erythrocytes Using Vitamin E. Asian J. Pharm. and Clin. Res. 8(3): 339- 343.

Dharma IGBS, Berata IK, Samsuri. 2015.

Studi Histopatologi Pankreas Tikus Putih (Rattus Novergicus) yang Diberi Deksametason dan Suplementasi Vitamin E. Indon. Med. Vet. 4(3): 257- 266.

Fadilah MF, Berata IK, Kardena IM. 2015.

Studi histopatologi Limpa Anjing Penderita Distemper Dikaitkan Dengan Sebaran Sel-Sel Radang Pada Otak Dan Paru. Bul. Vet. Udayana. 7(2):

194-201.

Gheibi S, Karimipour M, Mahmoodsadeh R, Nargezi AA, Salabati M. 2013.

Vitamin E Effect on Intestinal Damage in Burned Rats. J. Pharm. Sci. Tabriz University. 19(3): 83-90

Guyton AC dan Hall EJ. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.ed ke-9. Setawan I, Tengadi KA, Santoso A, penerjemah; Jakarta: EGC.

Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology. Pp: 1103-1106.

Indayani SI, Susilowati, Sri RL. Pengaruh Pemberian Deksametason Terhadap Kerusakan Hepar Tikus Jantan (Rattus norvegicus) Galur Wistar. J. Online UM Ilmu Hayati 1(1).

Insani A, Berata IK, Samsuri. 2015. Studi Histopatologi Hati Tikus Putih yang

(20)

25 Diberi Deksametason dan Vitamin E.

Indon. Med. Vet. 4(3): 228-237.

Macfarlane DP, Fabos S, Walker BR.

2008. Glucocorticoids and fatty acid metabolism in humans: fuelling fat redistribution in the metabolic syndrome. J. Endocrinol. 197: 189- 204.

Kadmiel M dan Cidlowski JA. 2008.

Glucocorticoid receptor signaling in health and disease. J. Trends. In Pharmacol. Sci. 34(9): 518-530.

Luzicoza EM, Evimova OA. 2009.

Reaction of Bcl-2 Positive Splenic Cells to Glucocoticoids. Bul. Exp. Bio.

and Med. 147(2): 257-261.

Matheos C, Lintong P, Kairupan C. 2013.

Gambaran Histologik Jaringan Limpa Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diinfeksi Eschericia coli Dan Diberi Madu. J. e-Biomedik. (eBM). 1(2).

Mokoginta, Syahrizal, Zairin M. 2011.

Pengaruh Kadar Vitamin E (Α-

Tocopherol) Pakan Terhadap Kadar Lemak, Asam Lemak Esensial Telur Dan Derajat Tetas Telur Ikan Lele, Clarias batrachus Linn. J. Akuakultur Indonesia.

Rabiah ES, Berata IK, Samsuri. 2015.

Studi Histopatologi Ginjal Tikus Putih yang Diberi Deksametason dan Vitamin E. Indon. Med. Vet. 4(3): 249- 256.

Rizvi S, Raza ST, Ahmad A, Abbas S, Mahdi F. 2014. The Role Of Vitamin E In Human Health And Some Disease.

Sultan Qaboos University Med. J.

14(2): 157-165.

Samtani, Mahesh N, William JJ. 2005.

Stability of Dexamethasone Sodium Phosphate in Rat Plasma. Int. J. of Pharm. 301:1.

Setiasih NLE, Suwiti NK, Suastika P, Piraksa IW, Susari NNW. 2011. Studi Histologi Limpa Sapi Bali. Bul. Vet.

Udayana 3(1): 9-15.

Referensi

Dokumen terkait

Guru yang mengajar di SLB Negeri Autis Medan dan Smart Aurica School terdapat identifikasi masalah yang muncul antara lain ketika progress anak berkebutuhan khusus

[28] investigated the characteristics of concrete with chemically bonded used foundry sand in concrete with characteristic compressive strength of 20 MPa having natural river sand