• Tidak ada hasil yang ditemukan

BYSTANDER WARGA PINGGIRAN SUNGAI TERHADAP PERILAKU MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN DI DESA PEKAUMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BYSTANDER WARGA PINGGIRAN SUNGAI TERHADAP PERILAKU MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN DI DESA PEKAUMAN"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ecopsy, Volume 5 Nomor 3, Desember 2018 http://dx.doi.org/10.20527/ecopsy.v5i3.5518

159

BYSTANDER WARGA PINGGIRAN SUNGAI TERHADAP PERILAKU MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN DI DESA PEKAUMAN

BYSTANDER RESIDENTS OF THE RIVER AGAINST LITTERING BEHAVIOR IN THE VILLAGE OF PEKAUMAN

Neka Erlyani

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Jl.A.Yani Km.36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia

E-mail: [email protected] No. Handphone : 08115558182

ABSTRAK

Bystander adalah fenomena sosial dimana semakin besar jumlah orang yang ada di sebuah tempat kejadian, akan semakin kecil kemungkinan orang-orang tersebut membantu seseorang yang sedang berada dalam situasi darurat di tempat kejadian itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran bystander warga pinggiran sungai yang menghadapi situasi perilaku membuang sampah sembarangan di sungai dan sekitarnya. Penelitian ini menggunkan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam serta teknik observasi non partisipan yang dilakukan pada 2 orang subjek.

Hasil penelitian adalah subjek satu memiliki perilaku bystander karena merasa perilaku menjaga lingkungan adalah tanggungjawab pemerintah dan semua warga, sedangkan subjek dua tidak memiliki bystander karena kepedulian murni muncul dari dalam kemudian wujud peduli yaitu dengan menegur orang yang membuang sampah sembarangan di sungai.

Kata kunci: bystander, perilaku membuang sampah sembarangan ABSTRACT

Bystander is a social phenomenon whereby the greater the number of people present at a scene, the less likely they are to help someone who is in an emergency situation at the scene. This study aims to determine the bystander description of riverside residents who face the behavioral situation of littering in the rivers and surrounding areas. This research uses qualitative method with in-depth interview technique and non participant observation technique conducted on 2 subjects.

The result of the research is the subject one has the behavior of bystander because it feels the behavior of maintaining the environment is the responsibility of the government and all citizens, while the subject two does not have the bystander because pure care arises from within then the caring form is by rebuking people who throw garbage in the river.

Keywords:Bystander,littering behavior

Sungai merupakan aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus menerus dari hulu menuju hilir. Pentingnya sungai bagi kehidupan sehari- hari sayangnya tidak membuat manusia turut menjaga kelestarian sungai. Sampah-sampah dibuang ke sungai dengan seenaknya tanpa memperdulikan kehidupan biota yang ada didalamnya. Kerugian pun tentunya di rasakan oleh masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai.

Merekalah yang dengan langsung memanfaatkan sungai

dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.Suwondo (2004) sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan sekitarnya seperti pencemaran akibat pembuangan sampah, meningkatnya penyakit diare serta biaya pengolahan air baku untuk air minum yang terus meningkat. Masyarakat di pinggiran Sungai Martapura menggunakan sungai untuk mandi, mencuci, minum, memasak, tempat untuk buang air kecil dan buang air besar (BAB) serta tempat pembuangan sampah.

(2)

160 Jurnal Ecopsy, Volume 5 Nomor 3, Desember 2018

Hal ini tentu saja mempengaruhi kualitas air Sungai Martapura. Tingkat perilaku masyarakat di desa/kelurahan yang terletak di bantaran Sungai Martapura diperoleh skor rata-rata 9,40 termasuk dalam kategori sedang, berarti akumulasi perilaku masyarakat dari skor pengetahuan, sikap dan tindakan diperoleh persentase 40% - 75% (Penny, 2012).

Masyarakat tentunya harus faham betul tentang betapa pentingnya peran sungai terhadap kehidupan.

Dengan demikian pencemaran yang dapat memperburuk kondisi sungai dapat diminimalisir. Peran masyarakat menjadi penentu utama dalam memperbaiki dan menjaga sungai. Sungai sebagai nadi kehidupan, jalur perkembangan peradaban, dan bukti kemajuan zaman harus menjadi nilai-nilai yang dianut masyarakat dalam menumbuhkan kepeduliannya terhadap kelestarian sungai.(Buhrani. 2016).Kurangnya kepedulian seseorang atau individu saat melihat orang lain membuang sampah ke sungai yang dapat mengakibatkan pencemaran sungai dam lain-lain disebut jugabystander effect (Baron dan Byrne,2005).

Kata Bystander dapat diartikan sebagai efek pengamat yang digunakan untuk menunjukkan sebuah fenomena dimana terdapat sejumlah besar orang saat terjadi suatu kejadian maka akan semakin kecil kemungkinan seseorang yang akan membantu seseorang yang kesusahan dalam kejadian tersebut.

Saat keadaan darurat, kemungkinan seseorang akan membantu jika semakin sedikit atau tidak terdapat orang lain yang melihat. Hasil studi pendahuluan ditemukan banyak warga desa pekauman yang membiarkan atau melihat saja saat ada seseorang yang membuang sampah di sungai karena dia merasa tidak memiliki hak untuk menegur atau menasehati orang terssebut. Ia menganggaphal tersebut adalah tugas dan tanggung jaawab dari ketua RT setempat.

Indikator dalam bystander (Sarlito, 2009) sebagai berikut: (1) Pengaruh sosial, yaitu pengaruh dari orang lain yang dijadikan sebagai patokan dalam menginterpretasi situasi dan mengambil keputusan untuk ikut campur, seseorang akan ikut campur jika orang lain juga ikut campur; (2). Hambatan bystander , yaitu merasa dirinya dinilai oleh orang lain dan risiko membuat malu diri sendiri karena tindakannya ikut campur yang kurang tepat akan menghambat orang lain untuk ikut campur;

(3). Penyebaran tanggung jawab membuat tanggung jawab untuk ikut campur menjadi terbagi karena hadirnya orang lain.

Bystander adalah fenomena sosial di bidang psikologi dimana semakin besar jumlah orang yang ada di sebuah tempat kejadian, akan semakin kecil kemungkinan orang-orang tersebut membantu seseorang yang sedang berada dalam situasi darurat di tempat

kejadian itu. Dari penjabaran di atas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku bystander sangat merugikan lingkungan sekitar dari orang yang berperilaku tersebut karena seorang yang berperilaku bystander akan menjadi apatis dan tidak peduli pada lingkungannya, penelitian ini sangat penting untuk di laksanakan guna mengetahui perilaku bystander warga pinggiran sungai terhadap perilaku membuang sampah sembarangan.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan teknik Observasi non-partisipan, yaitu observer tidak secara langsung atau tidak berpartisipasi dalam aktifitas yang sedang dilakukan oleh observe. Wawancara dilakukan dengan semi terstruktur.

Panduan obervasi dan wawancara disusun berdasarkan indikator bystander dari Sarlito (2009).

Subjek dalam penelitian ini yaitu dua orang warga yang tinggal di pinggiran sungai martapura, desa pekauman yang di sekitar rumah mereka masih banyak limbah dari sampah yang dibuang ke sungai atau sekitar area sungai dan tempat tinggal. Subjek 1, AS, laki-laki, usia 35 tahun, pengangguran dan menjadi pengurus perkumpulan pemuda desa. Subjek 2, AF, laki-laki 20 tahun seorang mahasiswa di suatu perguruan tinggi di Banjarbaru, Subjek adalah warga asli desa pekauman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Observasi dan wawancara pada subjek AS dilakukan peneliti di lingkungan tempat tinggal subjek pada hari Minggu tanggal 8 Oktober 2017 pukul 17.00 WITA. Sebelumnya peneliti membuat janji untuk bertemu dengan subjek di pos keamanan desa pekauman.

Peneliti juga mengobservasi respon warga desa terhadap oranglain yang membuang sampah di sungai. Banyak aktivitas yang dilakukan oleh warga desa seperti menyapu halaman rumah, mencuci sepeda motor, mandi dan banyak anak-anak yang bermain. Hasil wawancara dengan AS diperoleh bahwa banyak warga melakukan pembiaran dengan perilaku membuang sampah di Sungai karena dianggap sudah hal yang lumrah. Apalagi mereka menganggap bahwa gerakan peduli kebersihan sungai merupakan tanggungjawab seluruh warga yang dimotori oleh organisasi pemuda desa.

Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara dengan subjek dua pada hari Senin 09 Oktober 2017.

Subjek AF mengatakan bahwa Ia berani bertindak tegas dengan menegur orang yang membuang sampah sembarangan tanpa pandang bulu. Ia juga memiliki

(3)

Neka Erlyani., Bystander Warga Pinggiran Sungai Terhadap Perilaku Membuang Sampah Sembarangan Di Desa Pekauman 161

alasan karena tidak ingin sungai yang berada di sekitar tempat tinggalnya kotor dan tercemar oleh sampah. Ia juga mengatakan tidak pernah merasa malu ketika menegur orang yang membuang sampah di sungai. Ia merasa tidak terpengaruh oleh orang lain dan tidak merasa takut dengan penilaian orang lain terhadap dirinya. Selain itu, Ia juga aktif dalam kegiatan-kegiatan bersih lingkungan yang dilakukan oleh warga, aktif memungut sampah yang berserakan, menanam pohon.

Dari pemaparan tersebut, perilaku bystander muncul pada subjek AS karena menurutnya menjaga lingkungan merupakan tanggungjwab pemerintah dan semua warga, hal ini sesuai dengan indikator bystander bahwa tugas menjaga lingkungan merupakan tugas dan tanggung jawab pihak yang terkait sehingga Ia merasa tidak perlu untuk ikut campur.

Pada subjek kedua, bystander tidak muncul karena perilaku dan sikap yang ditunjukkan mengindikasikan perilaku peduli lingkungan serta tanggungjawab untuk aktif dalam menjaga lingkungan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dilihat bahwa subjek AS memunculkan perilaku bystander karena pembiaran yang Ia lakukan karena perilaku peduli lingkungan menjadi bagian dari tugas pihak terkait sehingga Ia tidak berkewajiban ikut andil. Subjek AF tidak menunjukkan perilaku bystander karena bentuk perilaku pedulinya terhadap lingkungan diwujudkan dengan keaktifan dalam kegiatan peduli lingkungan, perilaku nyata dalam memelihara kebersihan, dan ikut bertanggungjawab dalam kegiatan peduli desa.

Saran yang dapat diberikan kepada subjek AS yaitu agar meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dengan menumbuhkan kesadaran internal dengan memperbanyak edukasi lingkungan, mengikuti kegiatan peduli lingkungan. Bagi Subjek AF disarankan untuk menularkan kepedulian yang dimiliki kepada orang sekitar dengan memberikan edukasi pentingnya menjaga lingkungan dan dampak dari membuang sampah di sungai bagi kesehatan masyarakat desa pekauman. Bagi pemerintah disarankan agar melakukan sosialisasi tentang pentingnya kerjasama seluruh warga dalam memelihara lingkungan yang bersih dan lestari.

DAFTAR PUSTAKA

Robert A. B., Donn B, (2005). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid 2

Nurhidayat, S. P., (2010). Mengolah Sampah Untuk Pupuk dan Pestisida Organik. Jakarta:

Penebar Swadaya,

Penny, L. Kajian Perilaku Masyarakat Membuang Sampah Di Bantaran Sungai Martapura Terhadap Lingkungan Perairan. Vol. 8 hlm.

117-126.

Wirawan, S, S. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada

Buhrani Y. (2016). “Sungai Martapura Tertutup Sampah”. Banjarmasin Post. 24 Januari 2016.

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Franzoi, S. L. Social Psycology. (5th. Ed.). New York:

McGraw Hill Company

Lestari,D.S.S. (2012). Karakteristik Perumahan di Kawasan Tepi Sungai Mahakam Kasus Kelurahan Selili Kecmatan Samarinda Ilir Kota Samarinda. Jurnal Online.

Surakarta: Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

Nurhidayat, S., P. (2010) Mengolah Sampah Untuk Pupuk dan Pestisida Organik, Penebar Swadaya, jakarta.

Penny L, Bijaksana U. H, Yunita Ri, Itta D. Kajian Perilaku Masyarakat Membuang Sampah Di Bantaran Sungai Martapura Terhadap Lingkungan Perairan. Vol. 8 hlm. 117- 126.

Plotner, M., Harriet O., Malinda Carpenter, Michael Thomasello. 2015. Young Chilldern Show the Bystander Effect in Helping Situation. University of St Andrews. Vol.

26 466-506.

Putra Perdana Tangguh, Adyatma Sidharta, Normelani Ellyn. Analisis Perilaku Masyarakat Bantaran Sunagai Martapura Dalam Aktivitas Membuang Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat.

Vol. 3 No. 6 hlm.23-35.

Sunarti. 2008. Pengelolaan DAS berbasis Bioregion (Suatu Alternatif Menuju Pengelolaan Berkelanjutan). Jakarta:

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan.

Thornberg, R., .et.al. 2012. Bystander Motivation in Bullyng Incidents: To Intervene or Not to Intervene. Georgia State University. Vol. 13 03

Yunus Buhrani. 2016. “Sungai Martapura Tertutup Sampah”. Banjarmasin Post. 24 Januari 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Sparkman, "Electricity and control for heating, ventilating and air conditioning", Delmar Publishers Inc., 1986.. Smith, "Electricity for Refrigeration, heating, and air Conditioning",

Apprenticeship in Korea 2017 Table 3-1 Requirements for participation in apprenticeship ··· 43 Table 3-2 Exceptional condition for participation in apprenticeship ··· 44 Table 3-3