1. Dalam perspektif sistem sosial, organisasi dianggap sebagai kelompok longgar orang yang berinteraksi lebih dekat satu sama lain daripada dengan orang-orang di luar kelompok mereka. Meskipun kelompok-kelompok longgar ini mungkin tumpang tindih dengan departemen dan nama-nama pada bagan organisasi sampai batas tertentu, batas-batas mereka tidak sejelas yang disarankan diagram (Hasilohan, 2012). PT. Eigerindo yang memiliki naungan produk manufaktur utama bernama Eiger merupakan salah satu organisasi yang menerapkan sistem proses berdasarkan teori organisasi modern.
Pada kasus yang ada dalam artikel tersebut, in addition to apologies, PT.
Eigerindo Eiger dengan sengaja mengirimkan surat keberatan ini kepada beberapa pencipta. Berdasarkan latar belakang tersebut, Model Teori Komunikasi Krisis Situasional sedang digunakan. Tanggapan Eiger dalam menyikapi review Youtuber itu sendiri menunjukkan hubungan komunikasi dan organisasi berupa Image Repair Theory (IRT) (Kirana dan Yulianitas, 2023). Model komunikasi organisasi seperti IRT ini sendiri berfungsi untuk menyikapi tanggapan kritis yaitu (1) Penyangkalan; (2) Penghindaran tanggung jawab; (3) Pengurangan perasaan negatif; (4) Mengoreksi tindakan;
dan (5) Pengakuan kesalahan (Mortification) (Rahmawati et al., 2022)
Pengakuan kesalahan (Mortification) ini dilakukan oleh organisasi manufaktur PT. Eigerindo untuk mempertahankan loyalitas kustomernya.
Dimana IRT poin kelima ini dikembangkan dalam menyikapi komunikasi kritis dalam sistem sosial antara netizen dengan hasil review Youtuber tersebut. Komunikasi krisis IRT berdasarkan pandangan konseptual dapat dikatakan benar dikarenakan dapat mengatasi adanya prinsip irreversible yang berarti komunikasi tersebut tidak dapat dikembalikan (hubungan kustomer loyal Eiger dengan pihak PT. Eigerindo).
Oleh karena itu, orientasi organisasi PT. Eigerindo yang menggunakan teori organisasi modern dan komunikasi kriris berupa pengakuan kesalahan (Mortification) ini dapat memberikan pelajaran bahwa reputasi merupakan hal yang penting untuk dijaga. Manajemen krisis yang dilakukan oleh Eiger mengindikasikan bahwa Eiger pada saat ini cukup baik dalam mengelola manajemen komunikasi krisis atas brand-nya. Salah satu buktinya adalah
dengan keterlibatan CEO Eiger yang langsung meminta maaf dan menunjukkan rasa penyesalan serta, mencoba bertanggung jawab atas permasalahan yang terjadi dengan melakukan klarifikasi (Dayana et al., 2023).
Dinilai dari beberapa langkah Eiger dalam menghadapi komunikasi krisis yang terjadi di media sosial, Eiger mencoba menyelesaikan permasalahan dengan cara rebuild crisis response strategies yaitu dengan mengakui kesalahan dan meminta maaf atas apa yang telah terjadi (apology).
Sedangkan, apabila ditinjau dari teori Image Repair Theory (IRT) langkah- langkah yang dilakukan Eiger dalam pemulihan reputasinya menggunakan metode mortification, yaitu dengan mengakui kesalahan dan meminta maaf atas tindakan yang telah dilakukan. Alhasil, Eiger berhasil mengatasi situasi krisis yang sempat terjadi, dan kedepannya menjadi sebuah tugas besar praktisi public relations dari Eiger dalam membangun kembali serta mempertahankan reputasi dari Eiger yang sudah lama dikenal baik oleh masyarakat luas (Syukron, 2021).
2. Kompetensi komunikasi organisasi pada karyawan berbeda-beda tergantung olek skala organisasi atau perusahaan. Hal ini dijelaskan oleh Arif dan Indrawijaya (2021) bahwa kompetensi dan komunikasi organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui motivasi kerja. Selain itu, Kabu dan Priadi (2020) turut menjelaskan bahwa semakin lancar dan cepat komunikasi yang dilakukan akan semakin cepat pula dapat terbinanya hubungan kerja yang baik.
Dikarenakan jenis komunikasi organisasi atau perusahaan yang berbeda, maka hubungan skala besar kecil atau gemuk tipisnya suatu organisasi berbanding lurus dengan kompetensi komunikasi organisasi karyawannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis perusahaan merupakan faktor yang paling berpengaruh dominan terhadap kompetensi komunikaskaryawan.
Berkaitan dengan kompetensi komunikasi, tiap karyawan harus memiliki kemampuan komunikasi berupa terlatih untuk secara aktif bertanggung jawab
atas perilaku mereka, mengembangkan dan saling berbagi informasi tentang pekerjaan agar komunikasi dalam organisasi bisa berjalan secara efektif.
Berdasarkan pendapat oleh Siagian (2011), komunikasi karyawan harus bagus baik secara komprehensif dan holistik baik di level internal atau eksternal. Untuk itu, organisasi atau perusahaan yang besar menurut Ramadhan et al. (2022) dapat menyelesaikan persoalan komunikasi internal dalam konteks formal atau formal. Hal ini tentunya mendorong kemampuan kompetensi komunikasi tiap karyawannya.
3. Berdasarkan uraian di atas, maka Perusahaan X dapat dikatakan menganut teori organisasi Bureaucracy Theory oleh Max Weber. Hal ini dikarenakan sistem pembagian departemen berdasarkan kemampuan masing-masing karyawan berbasis sistem birokrasi yang tertutup. Terdapat pada kutipan kalimat bahwa “…50 karyawan yang masing-masing ditempatkan di unit kerja sesuai kompetensinya…”. Sehingga susunan organisasi pada Perusahaan X tersebut mengembangkan norma-norma yang seharusnya dijalankan oleh suatu birokrasi (yang direfleksikan sebagai “pegawai publik”) (Winardi, 2006).
Selain itu, pengawasan karyawan tiap unitnya dilakukan secara ketat di setiap bulan melalui pemberian honor dan reward. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari Bureaucracy Theory oleh Max Weber bahwa Perusahaan X melakukan pembagian kerja berdasarkan keahlian dan spesifikasi anggota organisasi atau karyawannya, memiliki susunan hirarki administratif yang jelas, sistem yang berorietasi pada kinerja dan peran karyawannya, serta terdapat pemisahan antara kepemilikan dan hak individu dengan kantor (Sitepu, 2011).
Melalui kalimat “…karyawan ditempatkan di bagian IT dan multimedia.
Karyawan lainnya ditempatkan di bagian administrasi, call center, legal, dan keuangan. Setiap karyawan memiliki wewenang dan tanggung jawab sesuai deskripsi pekerjaan yang jelas di posisinya…”, dapat disimpulkan juga bahwa pandangan Perusahaan X berkaitan dengan division of labor milik teori komunikasi organisasi Max Weber (Sitepu, 2011). Dimana pandangan
ini memungkinkan Perusahaan X untuk memaksimalkan kemampuan karyawannya yang spesifik sesuai dengan pekerjaan atau tugas yang diberikan.
REFERENSI
Arif, M., & Indrawijaya, S. (2021). Kompetensi Dan Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Yang Dimediasi Oleh Motivasi Kerja (Studi Pada Dinas Penanaman Modal Dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (Dpm- Ptsp) Provinsi Jambi). Jurnal Manajemen Terapan dan Keuangan, 10(02), 315-328.
DAYANA, A. F., Mahriani, R., & Saraswati, E. (2023). STRATEGI MANAJEMEN KRISIS EIGER DALAM KASUS YOUTUBER DUNIADIAN (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).
Hasiholan, L. B. (2012). Teori organisasi suatu tinjauan perspektif sejarah. Dinamika Sains, 10(24).
Kabu, S. R., & Priadi, R. (2020). Kompetensi Komunikasi Pimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Di Kementerian Agama Kabupaten Nias Utara. Persepsi:
Communication Journal, 3(1), 12-22.
Kirana, D. R., & Yulianita, N. (2023, January). Manajemenin Krisis PR PT Eigrindo Multi Produk Industri dalam Memulihkan Citra Perusahaan.
In Bandung Conference Series: Public Relations (Vol. 3, No. 1, pp. 1-7).
Rahmawati, A., Salsabila, C., Natalie, L., & Claretta, D. (2022). PERSEPSI ANGGOTA MAHAPALA SURABAYA TENTANG MEREK EIGER (Studi Kasus Surat Keberatan Eiger Adventure). Jurnal Socia Logica, 1(2), 21-38.
Ramadhan, S., Manik, H. I. G., & Ritonga, E. Y. (2022). Peranan Komunikasi Organisasi Bagi Pimpinan Organisasi. JIKEM: Jurnal Ilmu Komputer, Ekonomi dan Manajemen, 2(2), 2723-2729.
Siagian, H. (2011). Pedoman kerja berbasis struktur organisasi. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 1(2), 111-118.
Sitepu, Y. S. (2011). Paradigma dalam Teori Organisasi dan Implikasinya pada Komunikasi Organisasi. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, 1(2), 83-91.
Syukron, A. F. (2021). Komunikasi Krisis Eiger dan Tantangan Perbaikan Reputasi di Era Digital. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 6(2), 1618-1631.
Winardi, J. (2006). Teori organisasi dan pengorganisasian.