PERAN SENTRAL KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN DAN PENGUATAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN
DI KABUPATEN SUMEDANG
FERNANDES SIMANGUNSONG
IPDN-KEMDAGRI
Biodata Narasumber
• Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
• Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
• NIP : 19770304 1995 11 1 001
• Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
• Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)
• Instansi : Kampus IPDN Jatinangor
• Alamat : Komp. Singgasana Pradana
Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung
• Email/HP : [email protected] - 08122445916
Beberapa pendapat ahli tentang kegagalan Pemerintah :
1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’ Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.
2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’
Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.
3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ =>
Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.
• Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis
multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan
terutama pemerintah.
• Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan evaluasi.
• Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder and shareholder).
• Diantara komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi, ternyata birokrasi merupakan sektor yang paling lamban berubahnya.
EMPAT PILAR UNTUK MEMBANGUN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PENEGAKAN HUKUM YANG ADIL
MANAJEMEN PERTUMBUHAN PEMERINTAHAN EKONOMI
YANG BAIK YANG CUKUP
DEMOKRASI POLITIK YANG BERMORAL
• Berdasarkan praktek pemerintahan di berbagai negara
ditengarai adanya “bad government”, yang ditandai dengan banyaknya korupsi, kolusi, nepotisme, yang membuat negara mengarah ke kebangkrutan. Oleh karena itu, diperlukan
konsep baru mengenai cara berpemerintahan yang baik (good government).
• Good governance
•
Bad Good•
Government Government•
Konsep Good Government
Perbandingan Ciri-ciri Bad Government dengan good Government
1. Proaktif
2. Ramah dan Persuasif 3. Transparan
4. Mengutamakan proses dan produk
5. Proporsional dan profesional
6. Bekerja secara sistemik 7. Pembelajaran sepanjang
hayat
8. Menempatkan stakeholder
& shareholder ditempat utama
1. Lamban dan bersifat reaktif 2. Arogan
3. Korup
4. Birokratisme 5. Boros
6. Bekerja secara naluriah 7. Enggan berubah
8. Kurang berorientasi pada kepentingan publik
Ciri-ciri Good Government
Ciri-ciri Bad Government
• Persepsi Korupsi menurut pebisnis – gambaran
pelayanan publik
• IPK 2006 Ind 2,4, di ASEAN hanya sedikit lebih baik dari Myanmar dan Kamboja.
• PERC – Annual Graft Ranking, skor Indonesia 2006 = 8,16.
• 2004, 2005, dan 2006 terkorup se-Asia. 2007 : 2 ;
• 2008 : 3. 2009 : 1 PERC L
td.
• The World
Competitiveness Index 2006: Indonesia ranking 60; Malaysia 23, Thai 32; Philipina 49;
Singapura 3. Institute of Management Development (IMD) Geneva
• Growth Competitiveness Index Indonesia ranking 50 dengan skor 4,26.
• Jumlah hari
mendapatkan ijin di Indonesia contoh waktu yang diperlukan untuk mengurus ijin-ijin tertentu di Indonesia.
• Indikator Kemudahan Melakukan Bisnis waktu menunggu
persetujuan ijin-ijin relatif lebih lama dibanding
negara Asia lain.
Korupsi Dilihat Dari :
Indikator
Korupsi
Indikator Kemudahan
Melakukan Bisnis di Beberapa negara
Negara Jumlah
Prosedur Jumlah
Hari Biaya * Modal Minimum*
Bangladesh 8 35 91,0 0,0
Kamboja 11 94 480,1 394,0
China 12 41 14,5 1.104,2
Hongkong 5 11 3,4 0,0
India 11 89 49,5 0,0
Indonesia 12 151 130,7 125,6
Korea Selatan 12 22 17,7 332,0
Laos 9 198 18,5 28,5
Malaysia 9 30 25,1 0,0
Filipina 11 50 19,5 2,2
Singapura 7 8 1,2 0,0
Sri Lanka 8 50 10,7 0,0
Taiwan 8 48 6,3 224,7
Thailand 8 33 6,7 0,0
Vietnam 11 56 28,6 0,0
Catatan : * sebagai % dari pendapatan per kapita Sumber : World Bank (2005), dikutip dari Purwanto (2006)
Jumlah Hari Mendapatkan
Izin di Indonesia
APA YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH CAMAT DALAM MENDUKUNG
PEMBANGUNAN DI KABUPATEN
SUMEDANG?
Fungsi utama Pemerintah Daerah pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974 semula adalah sebagai
PROMOTOR PEMBANGUNAN
Fungsi utama Pemerintah Daerah pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974 semula adalah sebagai
PROMOTOR PEMBANGUNAN
Apa Tujuan Pembangunan?
(Todaro: the three objectives of development)
1. Peningkatan standar hidup (levels of living) setiap orang, baik pendapatannya, tingkat konsumsi pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, dll.
2. Penciptaan berbagai kondisi yang memungkinkan tumbuhnya rasa percaya diri (self-esteem) setiap orang.
3. Peningkatan kebebasan (freedom/democracy) setiap orang.
How? How?
1. Mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan
antar daerah
antar sub daerah
antar warga masyarakat (pemerataan dan keadilan).
2. Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan.
3. Menciptakan atau menambah lapangan kerja.
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah.
5. Mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya
alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi
masa datang (berkelanjutan).
Pembangunan Daerah (1)
Pembangunan daerah pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang andal dan profesional dalam:
• memberikan pelayanan kepada masyarakat,
• mengelola sumber daya ekonomi daerah.
Pembangunan Daerah (2)
Pembangunan daerah juga merupakan upaya untuk
memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga:
• tercipta suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju, dan tenteram,
• memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat bagi
peningkatan harkat, martabat, dan harga diri.
Pembangunan Daerah (3)
• Pembangunan daerah dilaksanakan melalui penguatan otonomi daerah dan pengelolaan sumber daya yang
mengarah pada terwujudnya tata kepemerintahan yang baik (good governance).
• Pelaksanaan pembangunan daerah yang baik hanya dapat
dilakukan apabila terjadi keseimbangan peran dari tiga pilar,
yaitu: pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat.
Pembangunan Daerah (4)
• Pemerintahan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) memainkan peran yang menjalankan dan menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif bagi unsur-unsur lain.
• Peran dunia usaha swasta adalah mewujudkan penciptaan lapangan kerja dan pendapatan.
• Masyarakat berperan dalam penciptaan interaksi sosial,
ekonomi dan politik.
Government Governance
Memberikan hak ekslusif bagi negara untuk mengatur hal-hal publik,
Aktor di luarnya hanya dapat disertakan sejauh negara mengijinkannya.
Persoalan-persoalan publik adalah urusan bersama
pemerintah, civil society dan dunia usaha sebagai tiga aktor utama.
Pergeseran Paradigma:
From Government to Governance
Pelaku Pembangunan: Paradigma Governance
Interaksi antara Pemerintah, Dunia Usaha Swasta, dan Masyarakat yang bersendikan transparansi, akuntabilitas, partisipatif, dsb.
Apabila sendi-sendi tersebut dipenuhi, maka Governance akan Good.
Dunia Usaha
Swasta Pemerintah Masyarakat
Nilai Pertumbuhan
Redistibusi Melalui Pelayanan Pasar
Kontrol Kontrol
Tenaga Kerja
Pelaku Pembangunan: Stakeholders
Executive Judiciary Legislature Public service
Military Police
organized into:
Community-based organizations Non-governmental organizations
Professional Associations Religious groups Women’s groups
Media
Small / medium / large enterprises Multinational Corporations
Financial institutions Stock exchange
BUSINESS
STATE CITIZENS
Troika:
Pola Hubungan antara Pemerintah, Dunia Usaha Swasta, dan Masyarakat
VISI
Masyarakat, Bangsa, dan
Negara
Pemerintah
Masyarakat
Dunia Usaha
Good Governance
Ternyata
Pemerintah Masih Diperlukan
Permasalahan Pembangunan Daerah (1)
1. Pembangunan Ekonomi
Meningkatnya pengangguran dan kemiskinan
Menurunnya fungsi intermediasi perbankan untuk mengembangkan sektor riil
Pola persebaran investasi untuk PMA dan PMDN secara nasional belum merata dan menunjukkan ketimpangan yang cukup tinggi antarwilayah
2. Pembangunan Sosial
Menurunnya kemampuan pemerintah dalam pelayanan-
pelayanan sosial dasar (pendidikan, kesehatan dan gizi).
Permasalahan Pembangunan Daerah (2)
3. Pembangunan Prasarana Wilayah
Terbatasnya tingkat pelayanan jaringan transportasi antar dan intra wilayah.
Menurunnya kapasitas pemerintah daerah dalam pengaturan dan pengelolaan infrastruktur.
Menurunnya kapasitas dan ketersediaan sumberdaya tenaga listrik.
Meningkatnya masalah kelangkaan air bersih dan air minum.
Menurunnya kapasitas pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan infrastruktur.
Permasalahan Pembangunan Daerah (3)
4. Pembangunan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
Menurunnya kualitas permukiman (kemacetan, kawasan kumuh, pencemaran lingkungan (air, udara, suara,
sampah).
Berkurangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah perkotaan.
Alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan
permukiman secara signifikan.
Permasalahan Pembangunan Daerah (4)
Pembangunan SDA dan LH (lanjutan)
Meningkatnya urbanisasi dan aglomerasi perkotaan.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus hanya pada Perencanaan.
Penurunan luas kawasan Hutan Tropis dan kawasan resapan air, serta meningkatnya DAS kritis.
Kejadian bencana alam gempa, banjir dan longsor yang
frekuensinya meningkat dan dampaknya semakin meluas,
terutama pada kawasan yang berfungsi lindung.
Permasalahan Pembangunan Daerah (5)
4. Permasalahan Khusus
Lemahnya daya saing investasi
Pembangunan daerah tertinggal belum ditangani secara terpadu antar sektor dan antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha
Pemekaran daerah yang belum mampu menyejahterakan masyarakat
Rendahnya proses pembangunan dan penguatan stabilitas
keamanan di daerah perbatasan negara.
Alur Pikir Penataan
Kelembagaan Kecamatan Untuk Meningkatkan Pelayanan Publik
Bupati/
Walikota Bupati/
Walikota
Delegasi Kewenangan
Kpd Camat Delegasi Kewenangan
Kpd Camat
Susunan Organisasi Yg
Sesuai dgn Kewenangan
Susunan Organisasi Yg
Sesuai dgn Kewenangan
Pemberian Pelayanan Prima kepada
Masyarakat Pemberian
Pelayanan Prima kepada
Masyarakat
Kepuasan Masyarakat
Kepuasan Masyarakat
Dukungan politik
Dukungan dengan : Anggaran
Personil yang memadai , sesuai kemampuan
Logistik keuangan Daerah
Model : Sadu Wasistiono
Pada masa UU Nomor 22/1999 maupun UU Nomor 32/2004 telah berubah menjadi
“PELAYAN MASYARAKAT”.
• Konsekuensi logisnya, unit-unit pemerintahan yang
memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat seperti dinas daerah, kecamatan, kelurahan perlu memperoleh
perhatian yang lebih besar baik dari segi kewenangan, personil, pembiayaan maupun dukungan logistik.
• Perlu ada pembagian fungsi yang jelas antara unsur staf, unsur lini, serta unsur penunjang. Tugas pokok unsur staf adalah melayani kedalam dan berpikir. Tugas pokok unsur lini adalah pelayanan langsung dan bersifat operasional.
Tugas pokok unsur penunjang adalah menjalankan fungsi
khusus dan bersifat koordinatif.
Pemeri
ntah Pusat
Daera h Otono
m
Pemerint ah Daerah
Masyara kat Daerah
DPRD
Badan Semi Otonom
Organisasi Pemerinta
h Daerah
Staf
Lemte kda
Dinas Pelayanan Prima
Kepada Masyarak
at
Kepuasan Masyarak
at
Dukungan politik
Transfer kewenan gan
Hak cipta : Sadu Wasistiono
Keterangan :
: Pelayanan langsung kepada masyarakat sangat terbatas (Unsur staf)
: Pelayanan langsung kepada masyarakat luas (Unsur lini)
: Pelayanan langsung kepada masyarakat relatif terbatas (Auxiliary)
MODEL PELAYANAN UMUM
OLEH PEMERINTAH DAERAH
LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
• Membangun budaya melayani di kalangan birokrasi
(lihat semangat yang terkandung di dalam UU Nomor 22/1999 maupun UU Nomor 32/2004)
• Membangun keasadaran bahwa fungsi utama pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan pada masyarakat, bukan lagi sebagai promotor pembangunan spt pada era UU Nomor 5 Tahun 1974.
• Memperkuat unit-unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat (dinas, kecamatan, kelurahan).
• Memperkuat dan meningkatkan kualitas orang-orang yang
memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat (front line officer).
• Mengembangkan unit-unit organisasi pelayanan agar dekat dengan konsumen (konsep “close to the customers”).
• Mengembangkan sistem pelayanan “one stop service” dan atau
“one roof system” yang sesungguhnya.
• Mengadakan survey kepuasan pelanggan secara periodik.
• Mengadakan lomba diantara unit-unit pemberian pelayanan yang sejenis dengan penilai dari masyarakat yang dilayani.
• Mengembangkan pendekatan “public choice” sehingga
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang beraneka ragam dapat terpenuhi dengan tetap mempertimbangkan aspek keadilan.
• Mengembangkan sistem insentif yang menarik bagi unit-unit yang berhasil memuaskan pelanggan.
PERKEMBANGAN MODEL PEMBERIAN PELAYANAN PUBLIK OLEH PEMERINTAH
MODEL I : SISTEM TERPENCAR (SPREAD SYSTEM)
DINAS2
MASYARAKAT
MODEL II : SISTEM PELAYANAN SATU ATAP (ONE ROOF SYSTEM/ ORS)
DINAS2
MASYARAKAT
Unit di Samsat berfungsi mengumpulkan berkas
Penyelesaian perijinan tetap di tangan dinas masing2
MODEL IIIA : SISTEM PELAYANAN SATU PINTU (ONE STOP SERVICE/ OSS)
Dinas2
Konsultasi teknis
masuk keluar MASYARAKAT
• Ijin diberikan oleh Kepala Unit OSS,
• Dinas memberikan konsultasi teknis
MODEL IIIB : SISTEM PELAYANAN SATU PINTU (ONE STOP SERVICE/ OSS) (ADA CABANG ONLINE)
Dinas2
Konsultasi teknis
ONLINE
masuk keluar KEC/
MASYARAKAT
KELURAHAN
• Ijin diberikan oleh Kepala Unit OSS,
• Dinas memberikan konsultasi teknis
APAKAH KECAMATAN DAPAT DIJADIKAN PUSAT PELAYANAN MASYARAKAT
(PUSYANMAS) ?
• Berdasarkan prinsip “close to the customers”, sudah seharusnya
pemerintah memberikan pelayanan yang mudah, murah, terjangkau, dan terutama dekat dengan pelanggan (masyarakat).
• Kunci utamanya adalah :
1) Adanya kemauan politik dari Bupati/Walikota;
2) Adanya dukungan politik dari DPRD;
3) Adanya kesadaran masyarakat sebagai pemilik kedaulatan untuk menuntut pelayanan yang prima.
4) Adanya kesungguhan dari aparat birokrasi untuk mengubah cara pandang dalam menjalankan tugas pokok dn fungsinya dari
paradigma penguasa menjadi paradigma pelayan masyarakat.
IMPLEMENTASI “PATEN”
Permendagri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten).
• PATEN adalah penyelenggaraan pelayanan publik di kecamatan dari tahap permohonan sampai terbitnya dokumen dalam satu tempat.
• Ruang lingkup PATEN meliputi : a. pelayanan bidang perizinan; dan b. pelayanan bidang non-perizinan.
• Maksud PATEN :
a. Menjadikan kecamatan sebagai PUSYANMAS;
b. Menjadikan kecamatan sebagai simpul pelayanan bagi kantor/ badan pelayanan terpadu di kabupaten/kota.
• Tujuan PATEN :
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat;
b. Mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
• Syarat Kecamatan sebagai penyelenggara PATEN :
a. syarat substantif yaitu adanya pendelegasian wewenang bupati/
walikota kepada camat, yang meliputi 1) bidang perizinan, dan 2) bidang non-perizinan, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
b. syarat administratif meliputi : 1) standar pelayanan; dan 2) uraian tugas personil kecamatan, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
c. syarat teknis meliputi : 1) sarana dan prasarana, dan 2) pelaksana teknis.
* Bupati/Walikota menetapkan kecamatan yang telah memenuhi
persyaratan sebagai penyelenggara PATEN dengan Keputusan Bupati/
Walikota.
LANGKAH STRATEGIS UNTUK MELAKSANAKAN “PATEN” UNTUK TINGKAT KABUPATEN/KOTA
1) Membuat peta mengenai kemampuan masing-masing kecamatan dilihat dari kesiapannya dalam melaksanakan Paten.
2) Menyiapkan standar dan prosedur pemberian pelayanan administrasi pada skal kabupaten/kota;
3) Menyiapkan tolok ukur/ parameter untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan Paten.
4) Menyelenggarakan kompetisi antarkecamatan mengenai
pelaksanaan Paten, dengan pendekatan “reward and punishment”
yang atraktif.
HAL-HAL PENTING BERKAITAN DENGAN UU NO 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK
• Asas-asas Penyelenggaraan Pelayanan Publik:
a. Kepentingan umum;
b. Kepastian hukum;
c. Kesamaan hak;
d. Keseimbangan hak dan kewajiban;
e. Keprofesionalan;
f. Partisipatif;
g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. Keterbukaan;
i. Akuntabilitas;
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. Ketepatan waktu; dan
l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. (Pasal 4).
• Masyarakat dapat menggugat Penyelenggara atau Pelaksana melalui peradilan tata usaha negara apabila pelayanan yang diberikan
menimbulkan kerugian di bidang tata usaha negara. (Pasal 51).
• Dalam hal Penyelenggara melakukan perbuatan melawan hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik, sebagaimana diatur dalam UU ini, masyarakat dapat mengajukan gugatan terhadap Penyelenggara ke pengadilan. (Pasal 52 ayat 1)
• Pengajuan gugatan terhadap penyelenggara tidak menghapus kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan keputusan ombudsman dan/atau Penyelenggara. (Pasal 52 ayat 2).
• Dalam hal Penyelenggara diduga melakukan tindak pidana dalam penyelenggaraan pelayanan publik, masyarakat dapat melaporkan Penyelenggara kepada pihak berwenang. (Pasal 53 ayat 1).
• Laporan tersebut tidak menghapus kewajiban Penyelenggara untuk melaksanakan keputusan ombudsman dan/atau
Penyelenggara. (Pasal 53 ayat 2).
KETENTUAN SANKSI
• Jenis-jenis sanksi bagi Penyelenggara atau Pelaksana : 1. teguran tertulis;
2. teguran tertulis, dan apabila dalam waktu 3 bulan tidak
melaksanakan ketentuan dimaksud dikenai sanksi pembebasan dari jabatan;
3. teguran tertulis, dan apabila dalam waktu 1 tahun tidak
melaksanakan ketentuan dimaksud dikenai sanksi pembebasan dari jabatan;
4. penurunan gaji sebesar 1X kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun.
5. penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun.
• 6. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri;
7. pemberhentian tidak dengan hormat;
8. pembekuan misi dan/atau izin yang diterbitkan oleh instansi pemerintah.
9. pencabutan izin yang diterbitkan oleh instansi pemerintah.
(Pasal 54 ayat 1 sd ayat 11).
10. sanksi pidana;
11. sanksi pidana dan ganti rugi;
(Pasal 55 ayat 1 sd 3).